Prospek Ekonomi Semester Kedua Bikin Emiten Cemas

Kamis, 10 Agustus 2017 – 05:44 WIB
Astra. Foto: Astra

jpnn.com, JAKARTA - Prospek perekonomian domestik pada semester kedua tahun ini membuat emiten di bursa saham khawatir.

Kinerja emiten pada semester kedua diperkirakan masih flat.

BACA JUGA: Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Lagi, Pemerintah Fokus Investasi

Kekhawatiran akan terhapus jika ada kenaikan harga komoditas dan realisasi belanja publik untuk proyek-proyek infrastruktur,

Pesimisme pada prospek pertumbuhan di semester kedua disuarakan PT Astra International Tbk (ASII).

BACA JUGA: Data Makro Pemerintah Bikin Pengusaha Bingung

Presdir ASII Prijono Sugiarto memproyeksikan penjualan kendaraan stagnan seperti kondisi pada semester pertama lalu.

”Kami belum tahu apakah harga CPO (crude palm oil, Red) dan batu bara bakal turun pada semester kedua ini. Namun, semester kedua mungkin tidak banyak berbeda dengan semester lalu,” katanya dalam public expose di Bursa Efek Indonesia, Rabu (9/8).

BACA JUGA: Kuartal Kedua, Pertumbuhan Industri Hanya 3,54 Persen

Di tengah pasar otomotif yang sedang menurun, ASII beruntung karena penjualan mobil masih meningkat sembilan persen menjadi 298 ribu unit.

 Pangsa pasar ASII juga meningkat dari 51 persen menjadi 56 persen.

Namun, penjualan sepeda motor dari entitasnya, PT Astra Honda Motor (AHM), turun tujuh persen menjadi dua juta unit.

Meski demikian, karena industri otomotis secara umum menurun, pangsa pasar Honda masih naik tipis dari 73 persen menjadi 74 persen.

”Pertumbuhan ekonomi seperti ini (5,01 persen), ya, tidak begitu bagus. Tapi, we’re not that bad,” terangnya.

 Prijono berharap harga komoditas yang saat ini bagus mampu mendorong daya beli, terutama masyarakat di luar Jawa.

”Kalau harga komoditas naik-turun begini, ya, penjualan mungkin flat,” lanjutnya.

Di sektor ritel, Direktur PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) Suryanto menilai penurunan daya beli masyarakat merupakan imbas perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak 2014.

Pada 2015, penjualan RALS turun 0,2 persen dari 2014.

Sementara itu, pada 2016, Ramayana melakukan transformasi toko sehingga pertumbuhan penjualan mampu mencapai 5,7 persen. H

Hingga Mei lalu, penjualan RALS bisa naik 14,5 persen karena momen Lebaran.

”Ekonomi melambat bukan karena e-commerce. Untung, kami masih bisa meremajakan toko fokus pada segmen (menengah ke bawah). (Perbaikan perekonomian) bergantung apakah pemerintah merealisasikan proyek-proyek infrastrukturnya,” ujar Suryanto. (rin/c16/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Good News, Angka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Atas AS dan Singapura


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler