Prostitusi Pria di Solo Terbongkar, Ada yang Gemuk, Langsing, Oh!

Rabu, 29 September 2021 – 09:45 WIB
Polda Jateng saat menggelar jumpa pers kasus praktik prostitusi pria di Solo, Senin (27/9). Foto: HUMAS POLDA JATENG - Radar Solo

jpnn.com, SOLO - Polda Jawa Tengah berhasil membongkar prostitusi pria di Solo. Praktik pertukaran hubungan sesama jenis itu bermodus layanan pijat.

Kehidupan dunia gay di Kota Bengawan konon sudah lama berkembang. Komunitas ini telah terorganisasi sejak sepuluh tahun.

BACA JUGA: Polisi Bongkar Prostitusi Sesama Jenis Bermodus Layanan Pijat Plus di Solo

Adanya kebutuhan hubungan seksual sesama pria memicu munculnya prostitusi pria.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Argyo Demartoto yang pernah meneliti komunitas sesama jenis di Kota Bengawan mengatakan selama ini komunitas ini sangat jarang muncul ke permukaan dan sangat tertutup.

BACA JUGA: Prostitusi Online: Dua Malam 5 Wanita Penghibur itu Layani Para Pria Hidung Belang

"Anggotanya kalangan tertentu saja jadi jarang sekali bisa terungkap. Yang bisa mengakses juga hanya orang-orang tertentu, bahkan dari luar mereka terlihat normal,” katanya, seperti dikutip dari Radar Solo, Rabu (29/9).

Jaringan komunitas mereka juga bukan hanya warga lokal, tetapi sudah antarkota.

BACA JUGA: Terbongkar, Komunitas Gay di Padang Punya Kata Sandi Khusus, Ada Paket Lengkap

Namun, dengan kemajuan teknologi, muncul sejumlah aplikasi yang kemudian menjadi cara bagi komunitas gay ini mencari pasangan.

"Contohnya Grinder, Planet Romeo, dan lain sebagainya. Saya kurang tahu apakah aplikasi itu masih aktif atau sudah di-takedown oleh pemerintah," ujar Argyo.

Ada konsumen, ada produsen. Inilah yang kemudian memunculkan praktik prostitusi sesama jenis ini.

Para pekerja seks komersial (PSK) gay ini mendapat julukan 'kucing’ dari komunitas mereka.

"Jadi ini berbicara tentang identitas dan orientasi seksual,” kata Argyo.

Identitas seksualnya memang memiliki hasrat yang menyimpang dalam pemuasan nafsu. Sedangkan orientasi seksual adalah faktor pendorong mereka melakukan hubungan sesama jenis.

Ada nonkomersial dan komersial. Komersial yang membentuk prostitusi itu. Sebab, hasratnya bukan hanya pemuasan hawa nafsu saja, melainkan faktor ekonomi demi mendapat sejumlah uang.

Argyo mengatakan dalam hubungan seksualitas dunia gaya, peran dibagi menjadi dua. Ada yang menjadi top, ada bottom.

Top merupakan gay yang berperan sebagai laki-laki atau yang melakukan penetrasi, sedangkan bottom yang berperan sebagai wanita.

Muncikari prostitusi pria biasanya juga menyediakan dua tipe tersebut bagi para pelanggannya.

"Ini kaitannya dengan selera ya. Seperti layaknya prostitusi wanita. Pelanggan beda-beda seleranya. Ada yang mencari yang gemuk, ada yang langsing, yang kulitnya putih atau sawo matang, dan lain sebagainya," kata dia.

Menurutnya, terjun ke dunia gay bukan tanpa risiko. Banyak dampak yang akan ditimbulkan. Karena kondisi mereka tidak tahu apakah sehat atau tidak. Bisa saja mereka memiliki riwayat infeksi seksual atau HIV. Apalagi sekarang marak Covid-19.

"Itu baru kesehatan, para pelaku gay ini juga rentan menjadi korban kekerasan dari pasangan sejenisnya. Bisa disiksa, bahkan dibunuh hanya karena cemburu,” kata Argyo.

Di sisi lain, Direskrimum Polda Jateng Kombes Djuhandani Rahardjo Puro menjelaskan prostitusi pria yang dibongkar beberapa hari lalu itu, menjadikan sebuah indekos di daerah Banjarsari, Kota Solo sebagai tempat praktiknya.

Dari hasil penyelidikan sementara terungkap pelaku yang berkedok melayani jasa pijat itu juga bisa dipanggil ke luar indekos.

"Tidak hanya sesama jenis, tetapi juga threesome. Layanan itu untuk pasutri,” ujarnya.

"Modusnya tertutup rapi. Jadi yang tahu adanya layanan ini cuma orang-orang tertentu saja. Mereka berhubungan lewat grup di media sosial," imbuhnya. (atn/bun/dam)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler