Proxy War Makin Nyata dan Ancam Indonesia

Sabtu, 06 Februari 2016 – 15:14 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat ceramah di depan para awak media cetak dan elektronik di atas KRI Makassar-590, yang sedang berlayar di Perairan Laut Jawa, Jumat (5/2). Panglima TNI membawakan materi bertajuk “Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas” dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2016.

jpnn.com - SURABAYA – Indonesia tengah mewaspadai penyebaran Proxy War. Salah satu jenis peperangan ini masuk ke kategori perang yang mematikan. Proxy War diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini sering disebut dengan boneka. Pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak dikenal oleh siapapun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.

Proxy War saat ini berlatar belakang energi. Proxy War di Indonesia semakin nyata dengan adanya pergeseran konflik dunia, salah satunya,” kata Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam ceramahnya di depan para awak media cetak dan elektronik di atas KRI Makassar-590, yang sedang berlayar di Perairan Laut Jawa, Jumat (5/2).

BACA JUGA: Revisi UU KPK, Presiden Malah jadi Ancaman Independensi KPK

Panglima TNI membawakan materi bertajuk “Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas” dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2016.

Menurut Panglima TNI, media massa sebagai sarana informasi dan pendidikan memiliki peran penting dan strategis. Wartawanlah yang menjadi motor penggerak kemajuan bangsa.

BACA JUGA: Buruh Aksi di Depan Istana, JK: Demo Ya, Silakan

“Saat ini sisa cadangan energi dunia sisa 45 tahun dan  itu akan habis jika kita semua tak berusaha menemukan penggantinya, karena konsumsi energi 2025 meningkat 45 persen,” tuturnya.

“Sekitar 70 persen konflik di dunia berlatar belakang energi. Peningkatan energi pada tahun 2007-2009 juga memicu kenaikan harga pangan dunia yang mencapai 75 persen. Disisi lain, hanya ada negara-negara yang dilintasi ekuator yang mampu bercocok tanam sepanjang tahun negara tersebut, seperti Amerika Latin, Afrika Tengah, dan Indonesia sendiri,” kata Panglima TNI.

BACA JUGA: Buku Cerita Bergambar tentang Yusril Ihza Mahendra

Panglima TNI juga memaparkan tentang jumlah penduduk dunia yang akan mencapai 12,3 milliar di tahun 2043. Menurutnya, jumlah tersebut 3 kali lipat melebihi daya tampung bumi. Jadi, di dunia ini hanya ada 2,5 miliar penduduk yang tinggal di garis ekuator, sementara untuk sisa penduduknya ada sejumlah 9,8 milliar yang berada di luar ekuator.

“Kondisi ini yang memicu terjadinya perang untuk mengambil alih energi negara-negara yang berada di garis ekuator, salah satunya Indonesia. Maka saat ini yang terjadi adalah perang masa kini dengan latar energi akan mengalami pergeseran menjadi perang pangan, air, dan energi,” papar Panglima TNI.

Lebih lanjut, Panglima TNI menyampaikan, banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Saat ini sudah terasa yakni adanya Proxy War sudah mulai kita waspadai karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan berkeluarga.

“Caranya dengan menguasai media di Indonesia, dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai dan penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka semua komponen bangsa harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup, keahlian sesuai bidangnya, menempa diri dengan pengalaman yang nyata di lapangan. Dengan demikian akan terbentuk karakter individu bangsa Indonesia yang kuat dan berwawasan kebangsaan. Pada akhirnya, dengan kekuatan karakter individu yang kuat tersebut, bangsa Indonesia akan mampu melawan dan menghancurkan Proxy War di Indonesia.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan, agar kita tidak menyerah terhadap semua ancaman, sebab kita memiliki modal geografi dengan potensi menjadi negara agraris yang berkelimpahan sumber daya alam. Sebagai negara maritim, kita memiliki sumber daya alam kelautan yang melimpah. Jika kedua potensi tersebut dikelola dan dikembangkan, maka akan menjadi daya tawar yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. “Di sisi lain, dengan modal demografi Pancasila dan kearifan lokal, bangsa Indonesia dapat meraih kemerdekaan dan mampu melewati berbagai ancaman yang mengganggu jalannya pembangunan,” katanya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Usul Pejabat Wajib Disadap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler