jpnn.com - JAKARTA - Dunia perbulutangkisan nasional tengah berada dalam euforia pasca keberhasilan mendulang dua gelar juara dalam ajang All England 2014.
Dua gelar juara yang dipersembahkan Hendra Setiawan/ Muhammad Ahsan di ganda putra dan Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir dari sektor ganda campuran jelas cukup membanggakan.
BACA JUGA: Shahar Makin Percaya Diri
Hendra/ Ahsan mengawali pesta Indonesia dengan mengalahkan pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/ Kenichi Hayakawa 21-19 21-19. Lalu diteruskan Tontowi/ Liliyana yang mengandaskan asa balas dendam ganda campuran Tiongkok, Zhang Nan/ Zhao Yunlei 21-13 21-17. Uniknya, skor itu sama dengan kemenangan tahun lalu atas pasangan yang sama.
Apabila Hendra/ Ahsan mengakhiri paceklik gelar dari ganda putra sebelas tahun terakhir, maka kemenangan Owi/ Butet ini menandai gelar ketiganya dalam tiga tahun beruntun pada ajang All England. Pasangan ganda campuran terbaik Indonesia ini sebelumnya meraih gelar serupa dalam edisi 2012 dan 2013.
BACA JUGA: Mou Harapkan Rival Melaju
Namun, lupakan dulu hingar bingar pesta itu. Sebab, pekerjaan rumah lebih besar sudah menanti Indonesia demi mengembalikan taringnya di dunia bulutangkis internasional. Bukan hanya dapat bertaring di sektor ganda, Indonesia sudah seharusnya juga mampu mengangkat trofi juara untuk sektor tunggal.
Bayangkan, dua dasawarsa silam menjadi prestasi terakhir Indonesia mengawinkan gelar juara di dalam All England. Trofi juara yang didapatkan Heryanto Arbi di sektor tunggal putra dan Susi Susanti di tunggal putri seakan menjadi pintu penutup dominasi juara Indonesia dalam turnamen berhadiah USD 400 ribu itu.
BACA JUGA: Menanti Kebangkitan Oezil
Selebihnya, hanya sektor tunggal putra yang hampir mempertahankan dominasi itu. Meski hanya mentok sebagai runner up seperti yang sudah dicatatkan Taufik Hidayat (edisi 1999 dan 2000) dan Budi Santoso pada tahun 2002. Kondisi itu tentu sudah cukup membuat para legenda bulu tangkis nasional mengelus dada.
Salah satunya Heryanto Arbi. Kepada Jawa Pos, juara dunia tahun 1995 itu menyebut pekerjaan rumah PBSI kini tidak ringan. Waktunya pun tidak bisa ditempuh dalam waktu cepat supaya bisa menghasilkan pebulu tangkis yang berpotensi menjadi andalan Indonesia di tahun berikutnya, baik di All England, ataupun di ajang internasional lainnya.
Bukan mencari sosok lain di pelatnas Cipayung saat ini, melainkan memoles bibit-bibit generasi mudanya. "Bukan yang seniornya. Jangankan menjadi juara di All England, di ajang Grand Prix saja mereka belum bisa juara. Mesti disiapin yang juniornya dulu untuk tunggal putra," ujarnya, kemarin.
Persaingan tunggal putra yang orangnya itu-itu saja bisa menjadi salah satu kendalanya. Kondisi itu membuat pebulutangkis kurang mendapatkan aroma persaingan satu sama lainnya. Berbeda hal dengan pada saat era 1990-an, pada era keemasan Heriyanto, yang notebene persaingan pada semua sektor termasuk tunggal cukup ketat.
Sampai saat ini, tidak banyak pebulu tangkis di kelompok taruna yang sudah menunjukkan grafik meyakinkan untuk menjadi jagoan baru tunggal putra. Hanya dua pebulu tangkis, yaitu Jonathan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa.
"Mereka-mereka ini yang harus mulai sekarang semakin diperbanyak lagi jam terbangnya di pentas internasional," cetusnya.
Pernyataan mantan pebulutangkis berusia 42 tahun itu juga dibenarkan Susi Susanti. Menurutnya perlu kerja keras untuk bisa menelurkan bibit unggul di sektor tunggal putri. Tanda-tanda ke arah sana disebutnya sudah mulai ada, salah satunya dengan potensi dari beberapa pebulu tangkis pelapis.
Antara lain Gregoria Mariska, Ruselli Hartawan, dan Hana Ramadhini. "Ketiganya bisa menjadi tumpuan di tahun-tahun berikut. Misal untuk Olimpiade, bukan untuk edisi 2016, melainkan itu bisa diproyeksikan lebih panjang untuk Olimpiade 2020. Jadi, minimal enam tahun lagi baru bisa muncul," ungkapnya memprediksi kemunculan pebulu tangkis dari tunggal putri.
Penekanan persiapan jangka panjang pada sektor tunggal ini, baik di putra ataupun putri ini, bisa menjadi harapan bahwa kejayaan bulutangkis nasional kelak. Seperti apa yang diungkapkan oleh ketua umum PBSI, Gita Wirjawan. Dalam rilis resminya, dia menyebut keberhasilan ini sebagai satu rentetan untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis nasional
"Itu sesuai dengan tekad dan harapan saya bersama segenap pengurus di PP PBSI. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan dalam berbagai kesempatan, bahwa tidak ada alasan kami tidak bisa mengembalikan kejayaan bulutangkis nasional. Ini sebagai bagian dari langkah menuju kesana," tandasnya. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Misi Sulit The Gunners
Redaktur : Tim Redaksi