Proyek Kereta Cepat Mulai 2014

Jakarta - Surabaya Hanya 3 Jam Saja

Sabtu, 28 Desember 2013 – 06:23 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Impian Indonesia memiliki kereta super cepat layaknya Shinkansen di Jepang mulai mendekati kenyataan. Tahun depan proyek ruas pertama kereta peluru itu akan mulai dikerjakan.

Menteri Akuisisi Lahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang Akihiro Ohta mengatakan, pemerintah Jepang dan Indonesia sepakat mengembangkan proyek infrastruktur dalam kerangka Prioritas Wilayah Metropolitan atau Metropolitan Priority Area (MPA).

BACA JUGA: Dirut Danamon Dukung OJK Awasi Bank

Salah satu diantaranya adalah pembangunan jalur kereta ekspres Jakarta " Bandung. Ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang pembangunan kereta super cepat Jakarta - Surabaya. "Itu akan mulai dikerjakan awal tahun depan," ujarnya usai bertemu Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Kantor Kemenko Perekonomian kemarin (27/12).

Sebagaimana diketahui, rencana pengembangan jalur transportasi darat berupa kereta api super cepat Jakarta - Surabaya sudah dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Jepang yang memiliki reputasi hebat dalam mengembangkan kereta super cepat Shinkansen siap menjadi mitra Indonesia.

BACA JUGA: Menteri ESDM Berharap tak Ada PHK Imbas UU Minerba

Rencananya, dengan kereta super cepat ini, perjalanan Jakarta-Surabaya yang saat ini ditempuh dalam waktu 12 jam via kereta api ekspres, nanti hanya akan ditempuh dalam waktu 3 jam saja.

Selama ini pemerintah masih mengkaji beberapa opsi rute kereta super cepat. Ada dua opsi utama. Pertama, Jakarta - Cirebon - Surabaya. Pilihan kedua adalah Jakarta - Bandung - Cirebon - Surabaya. Dalam pertemuan ke-4 forum Metropolitan Priority Area (MPA) di Tokyo awal Desember ini, diputuskan bahwa kereta super cepat akan melewati Bandung.

BACA JUGA: Januari 2014 UU Minerba Akan Diberlakukan

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan, pemerintah Indonesia dan Jepang kini tengah mengkaji skema pembiayaan proyek. Ada tiga skema yang disiapkan, yakni kerja sama pemerintah dan swasta (public private partnership/PPP), dana APBN, dan pinjaman luar negeri dari Jepang. "Kita pilih mana yang terbaik," katanya.

Misalnya, lanjut dia, untuk proyek Pelabuhan Cilamaya, pemerintah lebih condong menggunakan skema PPP. Adapun proyek mass rapid transit (MRT) di Jakarta akan menggunakan skema pinjaman luar negeri. "Ini kan loan (pinjaman) dengan bunga rendah, hanya 0,1 persen per tahun," ucapnya.

Proyek lain yang juga dibicarakan adalah fasilitas pengolahan air limbah di Jakarta dan fasilitas penyediaan air bersih di beberapa kota lain di Indonesia.

Di luar itu, kata Hatta, pihak Jepang juga sempat menyampaikan ketertarikan untuk pengembangan proyek bandara. "Selain pendanaan, Jepang juga siap membantu teknologinya," ujarnya. (owi/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Baru, Harga Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler