Proyek Mandek, Pertamina Rugi

Senin, 05 Desember 2011 – 01:30 WIB

JAKARTA  - Proyek pemanfaatan gas buang di Kilang Balongan, Indramayu, Jabar senilai USD 238 juta yang dikerjakan PT Rekayasa Industri (Rekind), hingga kini masih mengalami kegagalan saat menjalani tahapan permulaan operasi (start-up)Sekretaris Perusahaan PT Rekind Wilka Osca di Jakarta mengatakan, saat ini proyek dalam proses komisioning.

"Kami akan upayakan proyek segera bisa berjalan," katanya, Minggu (4/12)

BACA JUGA: Hatta: Indonesia Kebal Krisis Ekonomi Eropa

Pihaknya tetap bertanggung jawab hingga proyek gas buang tersebut benar-benar beroperasi.

Proyek pemanfaatan gas buang atau "residue catalytic cracking off gas ton propylene project" (ROPP) tersebut dikerjakan PT Rekayasa Industri bersama mitranya dari Jepang, Toyo Engineering Corporation (TEC).

Penandatanganan kontrak dilakukan PT Pertamina (Persero), selaku pemilik proyek, dengan Rekind dan TEC pada 29 Januari 2008
Sesuai kontrak, proyek ROPP Balongan ditargetkan mulai berproduksi komersial pada September 2010, namun hingga kini, proyek belum beroperasi

BACA JUGA: Hatta: HIPMI Wadah Calon Pemimpin



Wilka mengatakan, proyek sebenarnya sudah selesai dikerjakan, hanya saja dalam masa komisioning, ditemukan sejumlah kendala
"Kendala-kendala ini merupakan hal yang wajar

BACA JUGA: HIPMI Canangkan Ayo Jadi Pengusaha

Apalagi, proyek ini memiliki kesulitan tinggi," ujarnya.

Menurut dia, pada awal 2011, pihaknya juga sempat menemui kendala, namun kini sudah berhasil teratasiRekind, lanjutnya, juga telah memperoleh perpanjangan masa komisioning dari Pertamina.

Sesuai jadwal, masa pemeliharaan proyek oleh Rekind berakhir September 2011 atau satu tahun setelah penyelesaian proyek sesuai kontrak pada September 2010Dari sini ada  keterlambatan 14 bulan yang merugikan PT Pertamina

Kerugian itu datang dari kapasitas produksi yang seharusnya 556 mt  per hari.  Apabila harga propylene adalah USD 1300 per mt, maka kerugian Pertamina per bulan mencapai USD 21.684.000 per bulan.  Jika 14 bulan keterlambatan, maka totak kerugian Pertamina mencapai USD 303.576.000 atau sekitar  Rp 2.7 triliun

Juru Bicara Pertamina M Harun mengatakan, proyek ROPP Balongan masih menjadi tanggung jawab Rekind sampai benar-benar beroperasi"Kami berharap segera berproduksi," katanya.

Gas buang yang dihasilkan unit pemisah katalis residu (residue catalytic cracking/RCC), sebelumnya hanya dibakar saja untuk menunjang operasi Kilang Balongan.  Namun, melalui proyek ROPP tersebut, gas diolah kembali menjadi propylen yang bernilai tinggi.

Volume gas buang yang dihasilkan unit RCC di Kilang Balongan mencapai 513 ton per hari atau mengandung etilen sekitar 45.000-50.000 ton per tahunProduk etilen yang dihasilkan itu selanjutnya dicampur dengan butana yang ada di "mixed" C4 untuk diolah menjadi propilen dengan kapasitas 179.000 metrik ton per tahun(rir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perbatasan Perlu 9102 KW Listrik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler