jpnn.com, CIREBON - Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan memberi manfaat besar bagi perekonomian nasional.
Antara lain, bisa menghemat cadangan devisa negara dari pengurangan impor gasoline dan petrokimia.
BACA JUGA: Pertamina Gandeng PT Moto Energy Indonesia Ekspansi Bisnis BBM
Penilaian itu disampaikan Anggota Komisi VI DPR, I Nyoman Parta berdasarkan hasil kunjungan kerja spesifik ke Cirebon pekan lalu.
“Kita saat ini masih tergantung dengan bahan baku petrokimia. Kebanyakan kan impor. Jadi ketika proyek ini selesai, diharapkan bisa mengurangi impor,” ujar Nyoman Parta, Kamis (3/11).
BACA JUGA: Nilai Kelakuan Maia Estianty, Anang Hermansyah: Dia Lahir Harusnya Laki, Bukan Perempuan
RDMP Balongan juga harus memfokuskan diri pada produk Petrokimia. Karena itu kata dia sangat besar manfaatnya untuk pupuk.
"Jadi selanjutnya memang harus ke sana arahnya, ke petrokimia,” serunya.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Bakal Bangun Pabrik Petrokimia di Indonesia Timur
Itu sebabnya Nyoman Parta berharap, agar Pertamina bisa menyelesaikan proyek ini tepat waktu. Apalagi saat kunjungan kerja, Nyoman Parta juga melihat perkembangan Fase Pertama proyek memang sesuai dengan perencanaan.
Berdasarkan data Pertamina, misalnya, untuk fase pertama ini, pelaksanaan Engineering Procurement dan Construction (EPC) akan dimulai pada tahun depan. Selanjutnya, pada 2022, juga direncanakan pelaksanaan commissioning and start up.
“Itu proyeknya jalan dan masih on track,” kata dia.
Dalam konteks itu pula Nyoman Parta mengatakan Komisi VI sangat mendukung proyek RDMP Balongan. Proyek ini masih sangat dibutuhkan, sebelum bisa berallih penuh ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Karena fuel masih dibutuhkan, maka pilihannya bproyek ini harus dibangun. Dan ketika nanti ada EBT, tentu harus ada persiapan juga ketika nanti ada EBT. Mana kebutuhan yng masih bisa dilayani dari hasil energi fosil dan mana yang bisa dilayani dengan EBT,” paparnya.
Nyoman Parta juga mendukung target penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang mencapai 50 persen pada Fase I.
Menurutnya, penggunaan komponen dalam negeri yang besar tentu bisa memutar roda perekonomian nasional.
“Waktu kunjungan kerja, itu juga kami sampaikan. Penggunaan komponen dalam negeri memang harus ditingkatkan. Untuk apa membangun industri jika komponennya kebanyakan dari luar negeri,” tandasnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy