Psikolog Forensik Sarankan Polisi Brutal Dipecat

Jumat, 26 Juli 2013 – 01:48 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel memandang fenomena kekerasan Polri versus TNI, Brimob versus Sabhara belakangan ini secara psikologi dinilai aneh karena belum ada literatur ilmiahnya.

Menurutnya kalau kekerasan di lingkungan TNI masih bisa dianggap wajar karena tugas mereka memang untuk tempur. Namun tidak untuk penyerangan oleh 30 anggota satuan Brigade Mobil (Brimob) Srondol, Jawa Tengah ke markas satuan Sabhara Polda Jawa Tengah di Mijen, Semarang, Rabu (24/7).

BACA JUGA: Belum Tentu Rhoma, Kans Tokoh Lain Masih Terbuka

"Tak ada literatur ilmiah tentang fenomena aneh ini," kata Reza melalui pesan singkatnya kepada jpnn.com, Kamis (25/7) malam.

Pakar psikologi forensik pertama yang dimiliki Indonesia ini tidak menampik bahwa kondisi ini juga disebabkan tidak maksimalnya peran tes psikologi dalam proses penerimaan bintara Polri.

BACA JUGA: Anggota Komisi III Sebut Koordinasi Brimob dan Sabhara Lemah

"Perlu dipertegas bahwa proses seleksi personel polisi harus bisa menyaring sehingga hanya mereka dengan potensi kekerasan minimal yang bisa menjadi polisi," tegasnya.

Menurutnya, penyerangan oknum Brimob ke markas Sabhara bentuk nyata bibit kebrutalan. Nah, sebelum bibit itu berkembang biak hingga membahayakan masyarakat. "Pecat saja mereka yang terlibat dalam Brimob vs Sabhara tersebut. Kompolnas harus selidiki, adakah kejanggalan sehingga mereka bisa diterima sebagai bintara?" Pungkasnya. (fat/jpnn)

BACA JUGA: Kementan Dapat Rapor Merah, Suswono Kaget

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipanggil Ombudsman, Kemenakertrans Pastikan Perjelas Sistem Online


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler