jpnn.com, JOGJA - Sanksi dari PSSI sudah menanti suporter PSIM Jogjakarta menyusul insiden kerusuhan ketika timnya melawan PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul, Selasa (11/12) kemarin.
Bukti rekaman dan fakta pertandingan sudah dikantongi oleh Komisi Disiplin PSSI. begitu juga terkait perilaku pemain PS Tira yang ikut-ikutan ‘rusuh’ menyerang suporter lawan dalam pertandingan tersebut.
BACA JUGA: Flare Menyala di Stadion Teladan, PSMS Didenda Rp 150 Juta
Namun, Wakil Komdis PSSI Umar Husein tidak mau berkomentar banyak terkait hal tersebut. Dia juga belum mau bersprekulasi terkait sanksi apa yang akan dijatuhkan. Baik itu untuk suporter PSIM, panpel pertandingan, hingga pemain PS Tira yang ikut dalam kerusuhan. ’’Tinggal menunggu hasil sidang komdis. Rencananya akan digelar kamis (13/12) besok,’’ paparnya.
Itu artinya hari ini Komdis baru akan memulai melakukan rapat dan memutuskan sanksi. Namun, Umar tidak mau membenarkan hal tersebut. Mengenai sanksi dan hukuman banyak aspek yang harus didapat terlebih dahulu.’’Yang jelas benar-benar disayangkan bisa terjadi kericuhan seperti itu. Untuk lebih lanjut saya akan konfirmasi setelah hasil sidang keluar,’’ katanya.
BACA JUGA: Gila! Lihat nih Duel PSIM vs PS Tira Berkecamuk
Jika merujuk pada Kode Disiplin PSSI, kerubutan di Stadion Sultan Agung tersebut harusnya baik PSIM dan PS Tira harus dikenai sanksi. Misalnya saja pada pasal 57 yang bisa dijatuhkan kepada Laskar Mataram. PSIM dan suporternya terbukti membuat jalannya pertandingan terhenti. Denda Rp 100 juta sudah terbayang akan dijatuhkan kepada tim.
Denda itu bisa bertambah mengingat suporter PSIM tidak hanya membuat pertandingan terhenti saja, juga tindakan diskriminatif. Karena itu, pasal 60 ayat 2 bisa diberikan. Denda RP 450 juta juga mengancam PSIM dari Komdis.
BACA JUGA: Hidayat Dilarang Aktif di Sepak Bola Selama Tiga Tahun
Belum lagi ancaman larangan menyaksikan tim idolanya bertanding juga sudah pasti dijatuhkan. Berkaca pada beberapa kasus kerusuhan di sepak bola Indonesia, yang terbaru adalah Persita Tangerang melawan Kalteng Putra pada perebutan tempat ketiga Liga 2. Suporter Pendekar Cisadane –julukan Persita- dilarang menonton timnya sebanyak 5 kali akibat turun ke lapangan dan mencoba mengejar pemain Kalteng Putra.
Untuk panpel, pelanggaran pasal 68 terkait tanggung jawab pelaksana pertandingan bisa diberikan. Terbukti, pada pertandingan tersebut panpel tidak bisa memberikan rasa nyaman, baik kepada kedua tim ataupun penonton yang hadir. Denda Rp 20 juta jadi nilai minimum untuk pelanggaran tersebut.
Sementara, untuk pemain PS Tira yang terlibat keributan, hukuman juga siap menanti. Sanksi larangan bertanding mulai dari 1 bulan hingga seumur hidup bisa dijatuhkan. untuk denda sendiri sesuai dengan pasal 53 terkait tingkak laku buruk tim, Rp 100 juta sudah wajib dibayar.
Salah seorang pemain PS Tira Abduh Lestaluhu berharap Komdis bisa adil dalam memberikan hukuman. Dia sadar jika memang ada rekannya yang terlibat kerusuhan dalam pertandingan tersebut. ’’Komdis harus benar-benar jeli, tidak melihat video pertandingan yang sedikit itu. Harus lihat secara keseluruhan. Kalau kami memulai duluan harus terima tapi ini bukan kami yang mulai. Mereka yang harus kena sanksi bukan kami,’’ tegasnya.
Abduh memang berada di tribun saat kejadian. Dia tidak ikut bermain. Tapi dia menyaksikan sendiri awal mula bagaimana persitiwa kerusuhan itu terjadi. ’’Dari gol pertama bench kami sudah dilempari. Setelah gol kedua malah lebih parah, suporter dari timur turun lalu menyerang teman-teman di lapangan,’’ kenangnya.
Mengenai rekannya yang juga ikut keributan, dia bercerita kalau pria yang dipukuli berkaos hitam itu awalnya menyerang asisten pelatih PS Tira, Mahruzar Nasution. Dari situ, rekan-rekannya emosi. Tidak terima pelatihnya diperlakukan seperti itu. ’’Dia (pria berkaos hitam di video) turun dari tribun belakang gawang. Lalu melempar dan menyerang pelatih kami,’’ paparnya. Abduh sendiri yang di atas tribun aman karena dilindungi oleh beberapa oknum suporter yang tidak ikut kerusuhan.
Di luar itu, mantan bek sayap Timnas Indonesia itu berujar kalau peristiwa kerusuhan itu sebenarnya sudah didengar sebelum pertandingan. tepat H-1 ketika kedua tim melakukan rapat koordinasi pertandingan. ’’Coach Mahruzar bilang kalau dikasih tahu PSIM suporternya akan demo menuntur manajemen. Tapi seiring berjalanannya waktu, demo manajemen tidak jadi, protes wasit lalu menyerang kami,’’ ucapnya.
Anggota Exco PSSI Yoyok Sukawi menegaskan peristiwa di Bantul itu merupakan buntut dari isu pengaturan skor yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Akibatnya, suporter sudah tidak ada rasa percaya lagi terhadap wasit ataupun hasil dari sebuah pertandingan. ’’Setiap ada pertandingan yang krusial, yang kalah merasa dikalahkan oleh pengaturan skor. Ini PR panjang bagi kami untuk menyelesaikannya,’’ jelasnya.
Dia menegaskan PSSI akan segera memberantas hal tersebut. Komite AdHoc juga akan segera dibentuk yang secara khusus bakal memberantas permasalahan pengaturan skor. ’’’Kami masih menyelaraskan dengan statuta FIFA. Disesuaikan agar sesuai dengan FIFA,’’ paparnya.
Yoyok juga berharap Komdis bisa benar-benar memberikan hukuman yang berat kepada semua pihak yang terlibat. Hukuman yang benar-benar memberi efek jera agar ke depannya tidak ada lagi persitiwa yang sama. ’’Harus lebih berat dibandingkan yang sudah-sudah. Kalau tidak begitu, terulang lagi terus karena merasa hukumannya sangat ringan,’’ harapnya. (rid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Putusan Komdis PSSI soal Dugaan Ajakan Atur Skor?
Redaktur : Tim Redaksi