jpnn.com, TARAKAN - Lokalisasi Sungai Bengawan dan Karang Agas di Kota Tarakan akan ditutup pada 28 Desember ini. Salah satu PSK yang berhasil ditemui Radar Tarakan (Jawa Pos Group), sebut saja Melati, tengah menunggu pelanggan, Kamis malam pekan lalu.
Ia pun menerima pewarta dan bersedia berkeluh kesah mengenai rencana penutupan. Wanita yang baru empat bulan tinggal di Tarakan ini mengaku pasrah akan keputusan tersebut. “Ya kalau mau ditutup kami sih pasrah saja, mau bagaimana lagi kan,” ujarnya.
BACA JUGA: Penutupan Lokalisasi Tunggu Sedekah dari Masyarakat?
Namun, dirinya berharap rencana tersebut tidak hanya semata meminta mereka berhenti bekerja. Lebih dari itu, memberi pendampingan serta kompensasi. Alasan ekonomi membuat mereka terjun ke lembah hitam, kata Melati.
“Kami terpaksa kerja begini karena sudah tidak ada pilihan lain lagi, apalagi saya punya anak yang harus saya dibiayai sekolahnya. Suami saya pergi begitu saja, saya kan enggak mungkin minta sama orang tua,” bebernya.
BACA JUGA: Nanda Dibekuk Saat Akan Pesta Narkoba bersama Hidung Belang
Dalam semalam Melati mengaku bisa mengantongi Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Tergantung banyaknya pengunjung. Sebelumnya, wanita asal Jawa Timur ini merupakan buruh pabrik rokok yang penghasilan per harinya Rp 30 Ribu hingga Rp 50 ribu.
“Saya ke Tarakan ini karena diajak teman, ditawari ada kerja begini ya saya tidak ada pilihan lain. Tahu sendiri kan biaya hidup saat ini seperti apa, cari kerjaan juga susah,” keluhnya.
BACA JUGA: Anak Nonton Ibu Layani Hidung Belang di Kamar Hotel
Derai air mata lantas tak terbendung. Melati lantas mengingat kedua putranya. “Saya tuh sebenarnya enggak mau kerja begini, menghidupi anak dari hasil ini tuh saya enggak mau. Tapi mau bagaimana lagi. Penginnya saya pulang, begini juga saya masih ngumpulin uang untuk buka usaha nanti di kampung biar enggak kerja gini lagi,” ungkapnya lirih.
Untuk tarif satu kali kencan, Melati mematok harga Rp 200 Ribu hingga Rp 300 ribu. Sewa kamar Rp 30 ribu, dan sebagai teman minum Rp 100 ribu. Dalam setiap bulannya, Melati mengirim kepada anaknya sekitar Rp 3 juta untuk keperluan sekolah, dan kehidupan hari-hari keluarganya di kampung. “Mereka tahunya saya kerja sebagai asisten rumah tangga di sini,” sebutnya.
Melati tak menampik akan kerasnya dunia malam. Meski demikian, Melati mengaku tak sembarangan melayani pria hidung belang. “Kalau dia enggak mau pakai kondom, ya saya enggak mau, karena ini kan risiko kerjaan besar sekali saya takut juga kena penyakit karena anak saya masih kecil semua,” sebutnya.
Untuk itu dirinya berharap nantinya setelah lokalisasi ditutup, pemerintah tidak lantas tutup mata akan nasib mereka. Melati mewakili suara teman-teman sejawatnya meminta maaf kepada masyarakat Kota Tarakan, dirinya pun mengharapkan pemerintah nantinya bisa memberikan pendampingan kepada mereka seperti kewirausahaan dan memberikan mereka kompensasi untuk pulang kembali ke kampung halamannya masing-masing.
Lantas bagaimana bentuk dukungan para wakil rakyat atas rencana penutupan lokalisasi?
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tarakan Salman Aradeng mengatakan, bahwa pihaknya telah berkali-kali melakukan pertemuan bersama dengan Pemkot, Majelis Ulama Islam (MUI) dan dinas terkait untuk membahas tentang penutupan lokalisasi, sampai pada persetujuan batasan waktu penutupannya.
“Bahkan, sampai saat terakhir pun kami ikut berpartisipasi untuk membahas proses penutupan lokalisasi, yang diwakili oleh Pak Syamsuddin Arfah,” ujarnya.
Salman menyatakan bahwa Polres Tarakan dilibatkan 28 Desember mendatang. Praktik prostitusi dipastikan sudah tidak ada lagi pada 29 Desember 2018 sampai waktu selanjutnya. “Ada polisi yang jaga nanti, Pak Kapolres (AKBP Yudhistira Widyahwan) kan tempatkan satu orang satu tempat,” katanya.
Melalui hal tersebut, Salman menyatakan bahwa pihaknya sangat mendukung penutupan lokalisasi. Bahkan sebelumnya Salman pernah menyampaikan bahwa pihaknya tidak layak terpilih menjadi wakil rakyat jika penutupan lokalisasi tidak dilaksanakan.
“Itulah bentuk dukungan kami kepada pemerintah agar lokalisasi ditutup, karena semua normal menginginkan itu. Walaupun dengan beragam pertimbangan yang juga sudah kami sampaikan. Tapi kami sangat mendukung lokalisasi prostitusi ditutup,” jelasnya.
BACA JUGA: Penutupan Lokalisasi Tunggu Sedekah dari Masyarakat?
Salman memastikan bahwa pihak-pihak terkait pasti akan melakukan penutupan lokalisasi sampai pada batas waktu yang ditentukan. Dirinya bahkan tidak ingin berandai-andai jika lokalisasi tersebut tak juga ditutup.
“Tidak mungkin terjadi (pembatalan penutupan lokalisasi), itu kan sudah ada surat keputusannya. Intinya kami DPRD mendukunglah,” jelasnya. (ega/*/shy/lim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenang, Aliran Saksi-Saksi Yehuwa Tak Membangkang Negara
Redaktur & Reporter : Soetomo