jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan ekonomi global terus dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian.
Ketidakstabilan ekonomi dunia yang terjadi sejak periode 2022 sampai semester I 2024 menjadi salah satu penyebab beratnya roda PT Sky Energy Indonesia Tbk untuk bergerak maju.
BACA JUGA: Pertamina NRE Sepakat Kembangkan Energi Terbarukan di Bangladesh
Selain itu, sebagai perseroan yang bergerak di sektor energi terbarukan, PT Sky Energy Indonesia juga menghadapi tantangan regulasi menyangkut industri energi terbarukan khususnya solar panel yang masih inkonsisten dan belum mendukung pertumbuhan pasar lokal.
Indikasi fraud yang terjadi pada periode 2020-2021 menambah tantangan bagi Sky Energy Indonesia untuk bisa mencatat tren positif.
BACA JUGA: Modena Energy Dukung Program Pemerintah dalam Maksimalkan Penggunaan Energi Terbarukan
“Memang pergantian besar pada jajaran direksi dan manajemen pada Oktober 2022 itu menjadi tantangan yang sangat berat bagikami. Namun, soal dugaan fraud, tentu sudak kami laporkan kepada pihak yang berwenang untuk diselesaikan sesuai hukum berlaku,“ kata Direktur Utama PT Sky Energy Indonesia Jung Fan.
Pemetaan kondisi perseroan telah dilakukan untuk menyusun langkah maju dalam strategi terbaru, proses pemulihan seusai keputusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada September 2023 pun sedang berlangsung.
BACA JUGA: Geram Kapolres Jember 5 Anggotanya Dikeroyok Pesilat PSHT, Aipda Parmanto Terluka Parah
Meskipun menghadapi sejumlah tantangan, perseroan hingga hari ini masih tetap berproduksi.
Jung Fan pun menyatakan optimismenya bahwa PT Sky Energy Indonesia akan segera bounce back.
“Kami terus mengejar target pemasaran, baik di pasar lokal maupun global. Selain itu, kami juga terus mengupayakan penambahan customer dan pada waktu yang sama menjaga hubungan dengan customer eksisting. Hanya saja, pada tahun ini memang terjadi pelemahan serapan pasar global terutama di pasar US yang terjadi akibat overstock dan pengaruh iklim politik nasionalnya,” katanya.
Kebutuhan energi di Indonesia hampir 90 persen dipasok dari sumber tak terbarukan. Perlu adanya transformasi untuk segera bergeser ke energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) memperkirakan bahwa 90 persen listrik dunia berasal dari sumber energi terbarukan pada 2050.
“Setelah kami mempelajari regulasi terkini tentang industri energi terbarukan, kami optimistis ini akan menjadi angin segar dan diharapkan dapat membawa dampak positif bagi pemulihan serta kemajuan perusahaan. Merujuk pada hasil analisis IRENA, kami optimistis akan mampu merebut atau menciptakan pasar baru baik pada pasar lokal maupun pasar global,” katanya. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Rumah Sakit Klaim Fiktif BPJS Kesehatan Miliaran Rupiah, KPK Turun Tangan, Nah Loh
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti