Puan: DPR Sedang Memperjuangkan RUU KIA, Cuti Melahirkan 6 Bulan

Sabtu, 18 Juni 2022 – 20:46 WIB
Momen Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani berbincang dengan Puji Rahayu di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Sabtu (18/6). Foto: Dokumen DPP PDI Perjuangan.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menyebut legislatif sedang memperjuangkan RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yang antara lain mengatur durasi cuti melahirkan yang diperpanjang.

Puan mengatakan itu saat berpidato di acara Gebyar Inovasi Pelayanan Kesehatan Rakyat dalam rangka perayaan Bulan Bung Karno 2022 di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Sabtu (18/6).

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Pejabat BKN soal Penghapusan Honorer

"Kami sedang memperjuangkan UU Kesejahteraan Ibu dan Anak yang mana nantinya ibu melahirkan itu cutinya itu insyaallah dari tiga bulan jadi enam bulan," ungkap cucuk Proklamator RI itu dalam pidatonya, Sabtu.

Menurut Puan, DPR memperjuangkan RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak karena melihat pentingnya kedekatan orang tua dengan buah hati mereka.

BACA JUGA: Soal Penghapusan Honorer, Pj Wali Kota Sudah Keluarkan Perintah Ini

Mantan Menko PMK itu memahami cuti tiga bulan sebenarnya cukup, tetapi makin baik apabila ibu mendapat libur melahirkan enam bulan,

"Jadi, kedekatan antara ibu dan anak bisa lebih dekat, bisa lebih memberikan ASI," kata Puan.

BACA JUGA: NasDem Umumkan 3 Bakal Capres 2024, Mbak Puan Berkata Begini

Selain cuti, kata Puan, RUU KIA menyasar pula peran ayah untuk mengurus dan membesarkan anak.

"Jadi, mari dukung, ya, itu semua,” kata Puan.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo berterima kasih kepada PDIP untuk mau perhatian terhadap isu stunting.

"Program stunting menjadi program kami di BKKBN yang harus menurunkan angka stunting sampai 14 persen," ujar Hasto saat menyampaikan pidato di acara Gebyar Inovasi Pelayanan Kesehatan Rakyat di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Sabtu.

Pria kelahiran Yogyakarta itu mengatakan ada tiga kerugian diterima anak ketika menderita stunting.

"Satu stunting itu pendek jadi susah bersaing. Mau jadi TNI-Polri juga susah, mau naksir pramugari juga ragu-ragu karena enggak percaya diri," ujar dia.

BACA JUGA: Perjuangkan Honorer Jadi CPNS atau PPPK, Gubernur Ini Surati KemenPAN-RB

Hasto Wardoyo melanjutkan bahwa anak yang stunting berpotensi memiliki daya ingat yang kurang. Ujungnya, anak tidak bisa bersaing di pendidikan.

"Kemudian ketiga, mudah sakit-sakitan. Kalau orang stunting itu di umur 45 tahun itu sudah sentral obbess atau bengkak atau gemuk, tetapi di tengah," ujarnya. (ast/fat/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler