jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri 1443 Hijrah.
Puan bersyukur momen Lebaran kali ini situasi pandemi Covid-19 sudah melandai sehingga warga bisa pulang ke kampung halaman.
BACA JUGA: Puan Berkomitmen untuk Mengawal Regulasi yang Berpihak Buruh
Dia pun berharap momen Lebaran ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat muslim di tanah air untuk menjalin halalbihalal antarsesama.
Halalbihalal sendiri adalah istilah yang muncul setelah pertemuan antara Presiden pertama RI Soekarno dan ulama pendiri Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah.
BACA JUGA: Buat Pejabat yang Mau Halalbihalal, Simak Aturan dari Pak Tito Ini
Puan mengisahkan, pada 1948 atau tiga tahun pasca-merdeka, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa.
Para elite politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum, sementara pemberontakan terjadi di mana-mana.
BACA JUGA: Cegah Covid-19 Saat Halalbihalal Lebaran, Mendagri Keluarkan SE, Semua Kepala Daerah Harus Tahu
Di pertengahan bulan Ramadan tahun 1948, Bung Karno pun memanggil KH Wahab Chasbullah ke istana negara untuk dimintai pendapat dan sarannya dalam mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.
Kemudian KH Wahab memberi saran kepada kakek Puan Maharani itu untuk menyelenggarakan silaturahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idulfitri.
“Mendengar saran itu, Bung Karno menyanggah dan menganggap silaturahmi memang sudah biasa dilakukan umat Islam tiap lebaran,” ujar Puan.
KH Wahab pun akhirnya mengusulkan istilah halalbihalal pada Bung Karno. KH Wahab saat itu menganggap para elite politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan.
“Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram, supaya mereka tidak punya dosa maka harus dihalalkan sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah halalbihalal,” ujar KH Wahab kepada Bung Karno kala itu.
Dari saran KH Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada hari raya Idulfitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara.
Acara silaturahim itu kemudian diberi tajuk halalbihalal.
Sejak saat itulah instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal, yang kemudian diikuti juga oleh masyarakat secara luas.
"Jadi, Bung Karno bergerak menyebarkan istilah halalbihalal lewat instansi pemerintah, sementara KH Wahab menggerakkan warga melalui institusi nonformal," kata Puan.
Istilah halalbihalal pun akhirnya masih terus dipakai sampai hari ini sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia setiap perayaan Idul Fitri.
"Semangat yang digagas oleh KH Wahab dan Bung Karno soal halalbihalal selalu relevan untuk terus memupuk persatuan Indonesia yang penuh keberagaman," kata Puan.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari