Publik Rindukan Presiden dari TNI, Jenderal Gatot Berpotensi Gerus Elektabilitas Jokowi

Sabtu, 30 Januari 2016 – 18:31 WIB
Jenderal Gatot Nurmantyo saat dilantik menjadi Panglima TNI pada 8 Juli 2015 di Istana Negara. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 memang masih 3,5 tahun lagi. Namun, jajak pendapat sudah mulai digelar untuk mengukur figur calon presiden pada pilpres yang akan datang.

Itu pula yang dilakukan Segitiga Institute, sebuah lembaga kajian pimpinan Muhammad Sukron. Berdasarkan survei Segitiga Institute terhadap 1.225 responden selama periode 4-15 Januari 2015, terungkap adanya keinginan publik agar pimpinan nasional nanti kembali dipegang tokoh berlatar belakang TNI.

BACA JUGA: Mabes TNI Tandatangani Kontrak Pengadaan Barang Senilai Rp 5,954 Triliun

"Sekitar 40,5 persen publik menghendaki presiden dengan latar belakang TNI.  Sementara 21,4 persen publik menghendaki capres berlatar belakang sipil dan 27,3 persen tidak lagi mempersoalkan sipil maupun militer,”  ujar Syukron  dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (30/1).

Menurut Sukron, alasan publik merindukan sosok militer pertimbangan tentang jaminan bagi keamanan negara. "Masyarakat merasa terjamin soal keamanan kalau pemimpinnya berlatar belakang TNI," katanya.

BACA JUGA: Dengar Nih Pak! Wadah Pegawai KPK Yakin Novel Dikriminalisasi

Lantas siapa sosok tentara yang diinginkan memimpin negara? Mayoritas responden survei Segitiga Institute ternyata memilih Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Tingkat elektabilitas jenderal kelahiran Tegal, Jawa Tengah itu mencapai 35, 9 persen.

Selanjutnya ada tiga nama mantan Panglima TNI. Yakni Marsekal (Purn) Djoko Suyanto (27, 4 persen), Jenderal (Purn) Moeldoko (22, 6 persen) dan Laksamana (Purn) Agus Suhartono (14,1 persen).

BACA JUGA: Jokowi Instruksikan Bentuk Badan Otorita Pariwisata Borobudur, Menpar: Dimulai Februari

Syukron menjelaskan, elektabilitas Gatot tinggi karena masih menjadi Panglima TNI. "Selain itu, publik juga menilai Gatot memiliki pengaruh yang kuat di kalangan militer," ungkapnya.

Survei Segitita itu juga memasukkan nama mantan Kepala Staf TNI AD (KASAD) Pramono Edhi Wibowo. Namun, adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono itu memang tak bisa mengungguli Gatot, Djoko atau pun Moeldoko.

Posisi Pramono yang kini menjadi politikus Partai Demokrat hanya di atas Agus Suhartono. Rinciannya,  Gatot (34,7 persen), Djoko Suyanto (25,2 persen), Moeldoko (19,3 persen), Pramono Edhi (18,6 persen) dan Agus Suhartono 2,2 persen.  

Lantas, bagaimana jika Gatot diposisikan sebagai pesaing Presiden Jokowi? Ternyata elektabilitas Gatot belum bisa melampaui Jokowi.

“Jokowi tetap unggul dengan posisi 59,3 persen. Sementara Gatot berada di posisi 38,5 persen,” ujar Syukron.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa masih ada waktu 3,5 tahun lagi. Jangka waktu itu bisa membuat elektabilitas Gatot terkerek dan Jokowi anjlok. “Dengan jangka waktu masih lama atau sekitar tiga tahun lagi menjelang Pilpres 2019, Gatot menjadi ancaman sangat nyata bagi Jokowi,” ucap Syukron.

Survei Segitiga Institute terhadap 1.225 responden itu digelar di 200 kabupaten/kota di 34 provinsi Indonesia. Populasi surveinya adalah seluruh calon pemilih dalam Pemilu 2019.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kuesioner. Dengan mematok margin of error di angka 2,8 persen, tingkat kepercayaan survei itu di angka 95 persen.(rka/JPG/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesan Laksamana Saat Apel Komandan Satuan TNI AL 2016


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler