Pilkada 2018

Puja Kessuma Harus Memegang Teguh Falsafah 'Tunggal Sekapal'

Jumat, 12 Januari 2018 – 02:10 WIB
Ketua Umum Putra Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Puja Kessuma), Suhendra Hadi Kuntono. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Puja Kessuma) Suhendra Hadi Kuntono menyerukan kepada warga keturunan Jawa yang lahir di Sumatera, Sulawesi dan Maluku untuk memenangkan calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota yang senasib sepenanggungan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Pilkada 2018 akan digelar serentak di 171 daerah di seluruh Indonesia pada Rabu, 27 Juni 2018.

“Keluarga Puja Kessuma harus memegang teguh falsafah 'tunggal sabahita' atau tunggal sekapal," ungkap Suhendra dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (12/1/2019).

BACA JUGA: Angky Berjanji Bikin Maluku Tenggara Makin Makmur

Suhendra menjelaskan ‘Tunggal’ berarti satu, dan ‘sabahita’ adalah perahu atau kapal laut. Karena itu, ‘tunggal sabahita’ berarti kebersamaan dalam satu kapal.

Untuk diketahui, replika ‘Bahita’ saat ini terpahat di relief Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

BACA JUGA: Martinus: KPUD Mimika Tidak Adil dan Sewenang-Wenang

Lebih lanjut, Suhendra merujuk sejarah orang-orang Jawa yang “dibuang” ke Sumatera oleh pemerintah kolonial Belanda secara bergelombang sejak 1880 dengan menggunakan kapal laut untuk kerja paksa.

Di Sumatera, dan kemudian juga di Sulawesi, Maluku dan pulau-pulau lain di Indonesia, bahkan sampai ke Semenanjung Malaya dan Madagaskar, mereka beranak-pinak, dan memiliki ikatan persaudaraan yang tinggi untuk bertahan hidup (survive) di perantauan. Menurutnya, rasa persaudaraan itu sama seperti saudara kandung yang kemudian diturunkan ke anak-cucu.

BACA JUGA: Awas! Satgas Pilkada KPK Incar Penyelenggara Negara

“Kami selalu merasa senasib sepenanggungan, ibarat berada di sebuah kapal,” jelas Suhendra, keturunan Jawa kelahiran 50 tahun lalu di Medan, Sumatera Utara ini.

Sebagai bangsa yang hidup di negeri maritim, menurut Suhendra, nenek-moyang kita memang dikenal sebagai pelaut ulung. Sebab itu, ‘sabahita' pun dimaknai sebagai hidup mati bersama, apa pun masalahnya harus dihadapi bersama. Apa pun permasalahan antar-pribadi yang muncul di atas "sabahita", harus diselesaikan di daratan. Jangan sampai mengganggu kebersamaan mereka di lautan.

“Pemimpin yang menghayati makna ‘tunggal sabahita’ akan mampu membawa rakyat ke pulau harapan,” cetus Suhendra yang juga mantan Ketua Tim Penyelesaian Pelanggaran HAM Indonesia-Vietnam.

“Ciri khas Puja Kessuma adalah gotong-royong, ikatan persaudaraan yang kuat, dan daya survival yang tinggi. Untuk itu, pilihlah kepala daerah yang memiliki sifat demikian, apa pun etnis dan agamanya,” tukas Suhendra sambil menambahkan bila bicara Puja Kessuma maka sama sekali tidak bermuatan primordialisme atau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Sebab, kata dia, Puja Kessuma adalah organisasi yang terbuka bagi etnis dan agama apa pun. Yang penting, lanjut Suhendra, mencintai budaya dan nilai-nilai Jawa seperti andhap asor (sopan santun), gotong-royong, tepa selira (persaudaraan), kerukunan, senasib sepenanggungan, dan sebagainya.

“Kepala daerah yang andhap asor, tepa selira, daya survivalnya tinggi dan suka gotong-royong tentu akan sangat mampu membangun daerah dan rakyatnya,” lanjut dia.

Untuk itu, ia tidak mau menunjuk calon kepala daerah mana yang akan didukung oleh Puja Kessuma. Pasalnya, yang lebih penting adalah mereka mampu mengimplementasikan makna ‘tunggal sabahita’.

“Syukur-syukur bila secara biologis mereka memang Puja Kessuma,” terangnya.

Potensi Puja Kessuma untuk memenangkan kandidat dalam pilkada, lanjut Suhendra, cukup besar. Di Sumatera, jumlah keturunan Jawa mencapai lebih dari 50 persen penduduk. “Ini posisi tawar yang luar biasa. Kalau kompak, pasti akan menang,” paparnya.

Suhendra kembali mengingatkan bahwa seruan tersebut bukan soal primordialisme atau SARA. Sebagai warga negara yang mempunyai hak pilih, dia merasa boleh punya aspirasi tentang kriteria pemimpin.

“Apa pun etnis dan agamanya, asal kandidat itu menghayati makna ‘tunggal sabahita’, ia akan mampu menjadi nakhoda yang baik, sehingga kita pilih,” tandasnya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Dinilai Main Dua Kaki, Nih Respons Anak Buah Megawati


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler