Pujakessuma Membagikan Ratusan Sertifikat yang Ditahan Oknum

Jumat, 13 April 2018 – 22:34 WIB
Ketua Umum Putra Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Puja Kessuma), Suhendra Hadi Kuntono. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo membagikan 9.000 sertifikat tanah kepada masyarakat saat melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada Jumat (24/11/2017). Namun, siapa sangka, begitu Jokowi kembali ke Jakarta, ribuan sertifikat yang diterbitkan dan dibagikan secara gratis itu ditarik kembali oleh oknum-oknum kepala dusun dan kepala desalination.

Untuk mengambil sertifikat yang “ditahan” itu, para pemilik harus menebusnya sebesar Rp 2 juta hingga Rp 5 juta. Bila tidak, sertifikat akan terus “disandera”.

BACA JUGA: Peguyuban Kades Ancam Boikot Program Jokowi soal PTSL

Mendapat pengaduan masyarakat yang resah dan terzolimi akibat dugaan “pungli” (pungutan liar) dan "pemerasan" itu, Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara, Suhendra Hadi Kuntono pun geregetan. Ia kemudian bergerak bersama kader-kadernya untuk memersuasi oknum-oknum kepala dusun dan kepala desa itu, sekaligus “mengancam” bila sertifikat-sertifikat yang “ditahan” itu tidak segera dibagikan kepada para pemiliknya secara cuma-cuma, maka ia akan memperkarakannya secara hukum.

“Alhamdulillah, setelah kami persuasi, timbul kesadaran dari oknum-oknum itu untuk membagikan sertifikat-sertifikat yang sempat ‘disandera’ secara gratis kepada para pemiliknya. Pembagian sertifikat langsung kepada masyarakat itu kita fasilitasi,” ujar Suhendra Hadi Kuntono dalam keterangan persnya diterima Jumat (13/4/2018).

BACA JUGA: Substansi Kritik Amien Rais Telah Bergeser

Hal itu, kata Suhendra, terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Secanggang, Langkat, antara lain Desa Telaga Jernih.

“Kita akan terus bergerak ke desa-desa dan kecamatan-kecamatan lain di Langkat, karena disanyalir masih ada ribuan sertifikat tanah yang belum diserahkan kepada pemiliknya,” jelas pria low profile kelahiran Medan 50 tahun lalu ini.

BACA JUGA: Perkuat Kritik Amien Rais, PAN Pakai Data Megawati Institute

Langkah Pujakessuma Nusantara menjadi semacam tim bayangan dan “mengawal” kebijakan Nawacita ala Presiden Jokowi ini diklaim Suhendra bukan yang pertama dan terakhir. Sebab, tidak jarang para pejabat atau birokrat di bawah sering memberikan laporan “ABS” (asal bapak senang), namun di balik itu sering kali ada persoalan. “Contohnya ya pembagian sertifikat di Langkat itu. Yang jadi korban adalah rakyat kecil,” cetusnya.

Suhendra mensinyalir, kasus “penyanderaan” sertifikat yang merupakan Proyek Nasional (Prona) dan digenjot pada masa pemerintahan Presiden Jokowi ini, bukan hanya terjadi di Langkat atau Sumut saja, melainkan juga di daerah-daerah lain, termasuk DKI Jakarta.

Sebab itu, Suhendra mengaku akan terus bergerak ke daerah-daerah lain, terutama di Sumatera, Sulawesi dan Maluku yang terdapat komunitas Pujakessuma Nusantara. “Kami menyebut langkah ini sebagai Bhakti Pujakessuma Nusantara,” tandasnya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amien Rais Pasti Punya Data, Tunggu Tanggal Mainnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler