jpnn.com, BONE - Pulang kampung ke Bone Sulawesi Selatan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memerintahkan pemilik perkebunan tebu memperluas embung.
Jika perlu korbankan lahan tebu. Apa gunanya?
BACA JUGA: Mentan: Saya Titip Pak Rachmat kepada Penjabat Gubernur
Embung atau cekungan penampung (retention basin) ini digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan.
Pengalaman Menteri Amran, salah satu penyebab rendahnya hasil panen tebu selama ini adalah lantaran minimnya sumber air.
BACA JUGA: Maksimalkan Penggunaan Alsintan, Kementan Bentuk Brigade
"Buat di sini sinder embung, karena dia memberi minum pada tanaman," perintahnya di hadapan jajaran PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) dan Muspida setempat usai dibawa mengelilingi areal perkebunan tebu setempat.
Dari pantauan di lapangan memang terdapat beberapa embung di perkebunan tebu ini.
BACA JUGA: Menteri Amran: Petani Butuh Tractor, Saya Langsung Kirim
Tapi menurut Amran, luas embungnya masih kurang. Dia menargetkan idealnya ada 100 hektar embung tambahan.
Jika perlu korbankan lahan tebu untuk dikonversi menjadi embung.
"Saya apresiasi, sudah ada kemajuan yang dilakukan PTPN, tapi saya belum puas. PTPN tidak cukup hanya berlari, harus ada lompatan-lompatan. Jika perlu terbang," tegasnya.
Sejauh ini, hasil panen tebu yang berhasil dicatatkan PTPN baru berkisar antara 70-80 ton per hektar dengan rendemen 5,8 - 8 persen.
Menurut Amran, capaian itu masih rendah. Dia menargetkan setidaknya hasil panen harus bisa menembus angka 100 ton/ hektar dengan rendemen 10 persen.
Itu bisa dicapai jika perluasan embung segera direalisasi. Untuk perluasan tersebut, pemerintah sebut Amran siap menggelontorkan anggaran besar.
"Kami anggarkan Rp22 triliun buat embung, kalau ada embung ada kehidupan. Itu agar gula kita swasembada. Jika ada ikan lepaskan ikan, biarkan masyarakat memancing di situ. Pelihara bebek, kasih berenang di situ," imbuh Amran.
"Seharusnya, sebelum jadi karbohidrat dan protein, jangan biarkan air hujan masuk ke laut," tambahnya.
Untuk diketahui, Amran lama lalang-melintang di perkebunan tebu. Selain disertasi-nya di Pabrik Gula Takalar, sejak kuliah, dia menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di perkebunan tersebut.
Karena kecemerlangannya, dia kemudian diangkat sebagai Kepala "Field Operation" di Pabrik Gula Bone, Sulsel pada 1994-1995 silam.
Hingga terakhir menjabat sebagai Kepala Bagian Logistik PTPN XIV, sebelum kemudian dia memilih mengundurkan diri.
Sehingga dia paham persis seluk-beluk perusahaan perkebunan milik negara tersebut.
"Saya lama di sini, dua tahun. Kenapa saya berhenti di PTPN, aku benci sikap itu. Saling membohongi. Saya bersumpah nggak mau lagi ikut-ikut, tapi ternyata sekarang diberi (jabatan) yang lebih tinggi," ungkapnya.
Saat ini, kata Amran impor gula masih cukup besar mencapai 3,5 juta ton per tahun.
Dia optimistis, jika PTPN serius, Indonesia akan swasembada gula, mengikuti sukses jagung, beras dan bawang merah.
Tiga komoditas pangan itu, kata Amran, sudah tidak impor.
"FAO sudah mengakui, Malaysia juga bilang Indonesia sudah bangkit. Mereka minta kerjasama, saya bilang tanam di perbatasan. Kemudian ekspor ke negaranya," tuturnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Amran Minta Pengusaha Tidak Mainkan Harga Jagung
Redaktur & Reporter : Natalia