Pulang Sekolah, Kakak Adik Ini Langsung Menambang Pasir

Minggu, 29 Januari 2017 – 00:07 WIB
Agus Mima, siswa yang duduk bangku SMP ini, setelah pulang sekolah ia bekerja sebagai penambang pasir di Desa Hunggaluwa, Limboto, Demi membantu perekonomian keluarganya. Foto: Riyan/Gorontalo Post/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Sepintas, dua sosok kakak beradik, Agus Mima (12) dan Isal Mima (7), merupakan bocah biasa. Namun, ada sesuatu yang membuat mereka berbeda.

Saat Gorontalo Post (Jawa Pos Group) mengikuti kakak beradik ini saat pulang sekolah, mereka langsung pergi menambang pasir. Selain sebagai uang jajan, sebagian pendapatannya juga diberikan kepada orang tua.

BACA JUGA: Usul Kemendikbud, SNM PTN Pakai Tiga Mapel Unas

Muh. Alfarisi Ali - Limboto

Lonceng sekolah berbunyi panjang, tanda kegiatan belajar mengajar telah selesai. Anak-anak sekolah dengan gembira segera pulang ke rumahnya masing-masing.

BACA JUGA: Kasihan, Siswa Harus Hadapi Empat Kali Ujian

Lain halnya dengan anak-anak pada umumnya, yang langsung berkumpul kembali bersama orang tua di rumah setelah pulang sekolah, Agus Mima dan Isal Mima justru langsung menuju sungai yang berada di Desa Hunggaluwa, Limboto, Gorontalo.

Tujuan mereka ke sungai bukanlah untuk bermain, melainkan bekerja mencari uang untuk jajan sekolah mereka pada besok harinya lagi.

BACA JUGA: Mendikbud Puji Sekolah Berbasis Pesantren

Agus merupakan pelajar kelas 7 Sekolah Menengah Pertama, sementara Isal adiknya saat ini duduk di Kelas 3 Sekolah Dasar.

Tiba di sungai, mereka segera melepas seragam sekolah dan meletakannya di pinggir sungai agar tidak kotor.

Mereka pun mulai mengambil sekop untuk menyalin pasir yang berada di pinggiran sungai ke dalam sebuah timba secara bergantian.

Timba yang telah terisi penuh dengan pasir, kemudian mereka pikul hingga ketempat tumpukan pasir yang berada tidak jauh dari sungai.

"Tiap hari bagini om, supaya mo dapa uang," ucap Agus saat sedang berusaha menggali pasir.

Sekilas, terlihat hal ini cukup sulit dilakukan, bahkan hingga orang dewasa sekali pun.

Mengingat ember yang sudah dimodifikasi itu merupakan sebuah wadah untuk mengangkut pasir ini ukurannya lumayan besar, jika dibandingkan dengan ukuran tubuh dari kedua anak tersebut.

Dan tidak hanya itu, timba yang sudah penuh dengan pasir ini harus mereka pikul sambil mendaki tanggul sungai yang cukup terjal.

"So biasa ini om, jadi torang so kuat," kata Agus sambil memperlihatkan otot tangannya yang kecil namun terlihat kekar.

Menjelang sore hari, mereka pun menghentikan pekerjaan berat tersebut dan langsung menjatuhkan diri ke dalam sungai.

Kebetulan saat itu teman-teman mereka sudah berdatangan untuk mengajak bermain di sungai. "Kalo so lalah somo barmain di sungai," kata Isal.

Sambil bermain, kedua anak kandung dari pasangan Husain Mima dan Rafia Hasan ini juga menunggu kedatangan para pembeli pasir.

Menurut Agus, biasanya pembeli yang datang mulai dari 4 hingga 5 gerobak, dengan upah Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu yang mereka terima dari pemilik tambang pasir tergantung banyaknya pembeli, namun tak jarang pula dalam sehari itu nihil pembeli.

"Kalo tida ada yang ba bili tida mo dapa uang juga torang dari depe tuan pasir," ujar Agus.

Husain Mima, ayah kandung Agus dan Isal saat diwawancarai Gorontalo Post mengatakan, selain untuk uang jajan sekolah sehari-hari, terkadang kedua anaknya juga membagikan hasil keringat mereka untuk menambah biaya kebutuhan keluarga.

"Kalo dorang mo dapa kamari lebe, dorang jaga kase kamari untuk biaya kebutuhan, dan lain juga dorang jaga tabung," tutur pria yang juga bekerja sebagai pengangkut pasir dengan menggunakan perahu ini. ***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rakornas PAUD Digelar di Tiga Kota


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler