Puluhan Guru PPKN Kabupaten Kendal Mendatangi MPR

Senin, 23 Oktober 2017 – 17:16 WIB
Kabag Perpustakaan Roosiah Yuniarsiah, abag Pemberitaan Hublembaga dan Layanan Infornasi, Rharas Esthining Palupi menerima guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari Kendal, Senin (23/10). Foto: MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Tiga puluh dua guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pada 23 Oktober 2017, mendatangi MPR. Kedatangan mereka diterima oleh anggota MPR dari Fraksi Nasdem yang juga anggota Badan Penganggaran MPR Fadholi, Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah, Kepala Bagian Pemberitaan Hubungan antarlembaga dan Layanan Infornasi, Rharas Esthining Palupi, dan Kepala Bagian Perpustakaan Roosiah Yuniarsiah.

“Saya seharusnya ke Australia namun karena menerima bapak, ibu, maka keberangkatan ke Australia, saya tunda,” ujar Fadholi saat menerima mereka di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR.

BACA JUGA: Gejala Serangan Jantung yang Harus Anda Ketahui

Di ruangan itu, Fadholi memaparkan mengenai tugas-tugas DPR dan MPR. Dikatakan, dirinya selain menjadi anggota MPR juga menjadi anggota DPR. “Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD,” ujarnya.

Sebagai lembaga negara yang berbeda maka tugas DPR dan MPR pun tak sama. Di DPR disebut ada 11 komisi. “Masing-masing komisi menangani masalah yang berbeda,” ujarnya.

BACA JUGA: HNW: Santri Berperan Besar Memerdekakan Indonesia

“Terkait masalah nasib guru itu dibahas di Komisi X,” tambahnya.

Menurut Fadholi, tugas MPR selain masalah kenegaraan juga melakukan Sosialisasi Empat Pilar. Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, disebut sangat penting sebab saat ini nilai-nilai luhur bangsa tergerus oleh nilai-nilai globalisasi. “Nilai-nilai luhur harus dipertahankan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ketua MPR Minta Hentikan Saling Hujat

Pria asal Salatiga, Jawa Tengah, itu mencontohkan bila di kampung halaman, satu sama yang lain saling mengenal, lain dengan kehidupan di kota besar. “Satu gang saja bahkan nggak kenal,” keluhnya.

Dirinya pun mencontohkan yang lain. Disebut, orang sekarang sudah nongkrong di caffe kopi asing padahal harganya terbilang mahal, secangkir bisa Rp 40.000. Sementara di warung kopi masyarakat harga kopi hanya Rp 4000. Kemudian orang juga suka makan di rumah makan ayam goreng dari luar negeri.

“Padahal ayamnya itu dari Indonesia sendiri bukan dari asing,” paparnya.

Untuk itu dirinya mengharap agar kita tidak kalah bersaing dengan produk luar. Untuk itu diharapkan kita bisa memasak dan mengolah makanan yang lebih bagus dibanding dengan bangsa lain.

Sebagai guru PPKN apa yang diajarkan, menurut Fadholi, sama dengan apa yang dilakukan oleh MPR, yakni mensosialisasikan Empat Pilar.

“Bapak, ibu, mempunyai peran dalam meletakan dasar pemahaman kebangsaan,” ujarnya.

Ia berharap apabila mereka mempunyai gagasan tentang paham kebangsaan yang berasal dari lingkungan sekolah, gagasan itu bisa ditulis atau diungkapkan. Dengan cara yang demikian kita bisa merawat nilai-nilai kebangsaan.

Kedatangan mereka, menurut Siti Fauziah diharapkan bisa membawa manfaat. “Kami berterima kasih atas kunjungannya,” ujarnya. D

alam kunjungan tersebut, para guru bisa menyampaikan aspirasinya. “Bisa bertanya langsung pada anggota MPR, Bapak Fadholi,” paparnya.

Senada dengan Siti Fauziah, Kabag Pemberitaan Setjen MPR Rharas Esthining Palupi mengatakan MPR telah menerima delegasi dari instansi pendidikan dari level PAUD hingga mahasiswa dan guru-guru serta organisasi masyarakat.

“Menerima delegasi dari masyarakat khususnya kalangan pendidikan merupakan bentuk pelayanan dari MPR,” ujarnya.

“Bersyukur karena kedatangan bapak, ibu, langsung bisa diterima oleh anggota MPR,” paparnya.

“Dengan demikian bisa langsung menyampaikan aspirasi,” tambahnya.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR Zulkifli Hasan Bicara Nasionalisme Zaman Now


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
MPR  

Terpopuler