jpnn.com - JEMBRANA – Puluhan siswa-siswi SMP Negeri 2 Mendoyo mengalami kesurupan masal saat berkemah di Sirkuit Tibukleneng, Banjar Tibu Kleneng, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana. Untuk mengatasi kesurupan massal, guru pendamping siswa membawa mereka ke Puskesmas Yehkuning dan langsung membubarkan kegiatan perkemahan tersebut sebelum waktunya.
Menurut sumber Bali Express (Grup JPNN.com) di arena perkemahan kemarin (15/12), sebelum kesurupan terjadi, seluruh siswa berteduh di bangunan sebelah selatan sirkuit tempat mereka berkemah.
BACA JUGA: ââ¬Å½Ã¢â¬Å½Menteri Yuddy Sorot Rapor Akuntabilitas Kinerja Sultra
Lantaran, saat itu hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Namun entah apa yang terjadi, tiba-tiba salah seorang siswi menjerit histeris. Para guru yang mengetahuinya langsung melakukan pertolongan. Tetapi, siswi tersebut justru meronta-ronta seperti kerasukan.
“Siswi tersebut tidak berhasil ditenangkan para guru. Bahkan, setelah itu sejumlah siswa-siswi lain ikut menjerit histeris sehingga menyebabkan para guru pendamping kelabakan. Semua peserta kemah panik karena semakin banyak murid yang menjerit histeris lantaran kesurupan,” kisah seorang peserta kemah.
BACA JUGA: Puluhan Siswa Menjerit Histeris di Arena Perkemahan
Terus bertambahnya murid yang kesurupan menyebabkan guru pendamping langsung mengevakuasi murid yang kesurupan ke Puskesmas Yehkuning untuk mendapat pertolongan. Sementara murid lainnya yang masih mengalami kesurupan berusaha ditenangkan di lokasi perkemahan.
“Saat hujan, kami memilih berteduh di bangunan lain karena lokasi kemah kami tergenang banjir. Namun saat berteduh, salah seorang siswa yang duduk di ujung timur menjerit histeris. Setelah itu diikuti siswa lainnya sehingga suasana menjadi gaduh,” kata peserta kemah, Ni Putu Dea Jayanti dan Ni Luh Diantarani.
BACA JUGA: KISAH TRAGIS: Mau Nikahi Janda Cantik Tapi Ditolak, eh...Bunuh Diri, Si Janda Juga Ikut-ikutan
Menurut kedua murid kelas IX tersebut saat ditemui di Puskesmas Yehkuning, mereka yang mengalami kesurupan berusaha ditenangkan para guru. Sementara siswa lain yang masih normal menghubungi orang tuanya agar segera dijemput. Suasana gaduh terjadi di tempat perkemahan membuat orang tua siswa yang menjemput anaknya ikut panik dan segera menemui anaknya.
“Saking paniknya, sejumlah orang tua yang datang hendak menjemput anaknya sampai terjatuh karena terburu-buru. Mereka sepertinya tidak menghiraukan jalan di areal Sirkuit Tibukleneng yang angker dan sangat licin,” kata salah seorang peserta kemah.
Akibat gaduhnya suasana di lokasi perkemahan, kegiatan yang semula direncanakan berlangsung selama dua malam dan tiga hari akhirnya dibubarkan. Kegiatan perkemahan dimulai Senin (14/12) malam dan direncanakan berakhir Rabu (16/12) hari ini.
kalau berjalan lancar. Namun lantaran terjadi kasus kerauhan masal, perkemahan akhirnya dibubarkan lebih awal. Beberapa warga setempat mengatakan, lokasi perkemahan di Sirkuit Tibukleneng memang dikenal angker. Sejumlah warga setempat mengaku sering melihat ada sosok orang tua jongkok di sebelah bangunan paddock sirkuit tersebut.
Kesurupan ini terjadi, diyakini warga setempat karena peserta tidak matur piuning (permisi). Karena lokasi ini dikenal sangat angker oleh warga sekitar.
“Saya sangat sering melihat ada sosok orang tua yang sedang duduk santai di bawah pohon. Padahal, saat itu malam hari. Jadi, kalau mereka tidak minta izin, jelas seperti ini,” jelas penduduk setempat, I Komang Rawan.(don/mus/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Sakit Baru di Labuan Bajo, Bukan Sekedar Ekspansi Bisnis
Redaktur : Tim Redaksi