Puncak Mangunan, Panorama Eksotis dari Lahan Kritis

Jumat, 14 Januari 2022 – 11:38 WIB
Pengunjung menikmati pemandangan dari puncak Mangunan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Foto: M Sukron Fitriansyah/JPNN.com.

jpnn.com - Destinasi wisata di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bukan hanya Pantai Parangtritis. Ada pula Kebun Buah Mangunan yang menyuguhkan pemandangan eksotis buah dari ketekunan mengubah lahan kritis.

Laporan M Sukron Fitriansyah, Yogyakarta

BACA JUGA: Warung Nasi Bu Eha dan Selera Lidah Keluarga Bung Karno

LANGIT Yogyakarta masih tampak gelap saat subuh. Jalanan menuju Kebun Buah Mangunan terlihat lengang.

Destinasi yang terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, itu berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Jogja. Jalanan sempit dengan banyak kelokan dan jalur menanjak menuju Mangunan harus dilalui pengunjung yang memilih rute melalui Jalan Wonosari.

BACA JUGA: Jejak Perempuan Tangguh Rokatenda Menenun Kain dan Membangun Asa di Pengungsian

Makin jauh dari jalan besar, suasana kian sepi. Di kanan dan kiri jalan hanya terlihat pepohonan menjulang tinggi.

Begitulah sekilas gambaran rute perjalanan menuju Kebun Buah Mangunan. Namun, suasana riuh sudah tampak di pintu masuk Kebun Buah Mangunan meski hari baru pukul 05.00 pagi.

BACA JUGA: Asa Persis Solo, Jejak Jokowi dan Kiprah 2 Anak Presiden

Saat masih pagi buta, biasanya sudah banyak pengunjung mengantre di pintu masuk Kebun Buah Mangunan. Semua pelancong itu ingin menyaksikan sunrise.

Memang pesona Mangunan sudah kondang. Media sosial turut melambungkan nama dan daya tarik destinasi yang memiliki banyak spot untuk foto itu.

Salah satu pengunjung, Woro, mengaku terkesima dengan panorama yang ada di Kebun Buah Mangunan. “Tadi berangkat sebelum pukul 05.00 WIB, gelap-gelapan demi melihat sunrise dan terpuaskan banget,” kata gadis asal Palembang yang bekerja di Yogyakarta itu.

Namun, ada ikhtiar panjang untuk menjadikan lahan kritis menjadi Kebun Buah Mangunan yang memesona. Pengelola Kebun Buah Mangunan, Rujiyatmi, menuturkan pengembangan destinasi itu dimulai pada 2003.

Setahun kemudian, warga setempat menanami lahan seluas 23 hektare itu dengan berbagai tanaman buah-buahan. Ada pohon durian, rambutan, hingga mangga yang kini menghiasi Kebun Buah Mangunan.

“Sebetulnya tujuan awalnya itu untuk memanfaatkan lahan kritis dengan tanaman buah-buahan. Waktu itu juga belum ada spot foto seperti sekarang,” kata Rujiyatmi kepada JPNN.com belum lama ini.

Baru sekitar 2008, pengelola secara jeli melirik potensi lain dari Kebun Buah Mangunan. Dari situlah pengelola membuat berbagai spot foto yang bertahan hingga kini.

Namun, untuk spot sunrise yang ada di Puncak Mangunan baru dibuka sekitar 12 tahun silam. “Pada 2010 sudah dibuka, tetapi pengunjungnya masih belum banyak seperti sekarang,” kata Rujiyatmi.

Perempuan paruh baya itu menceritakan spot Puncak Mangunan mulai tenar pada 2016. Lokasi dengan ketinggian sekitar 200 mdpl tersebut menjadi titik kumpul pengunjung untuk menyaksikan surya muncul.

Walakin, spot yang memesona di Mangunan bukan hanya sunrise. Di bawah bukit itu juga ada Kali Oya yang sering tertutup kabut tebal pada pagi hari.

Dari situlah muncul sebutan Negeri di Atas Awan yang disematkan untuk Kebun Buah Mangunan. Panorama tersebut sangat didambakan para pengunjung yang rela menembus udara pagi yang dingin.

Udara sejuk dan panorama Bukit Magir memang memikat banyak kalangan. Pengunjung pun merasa betah berlama-lama menikmati pesona Mangunan.

Rujiyatmi menjelaskan jumlah pengunjung Mangunan pada saat Natal dan tahun baru lalu 500-600 orang per hari. “Hari Minggu dan tanggal merah bisa sampai 1.000 pengunjung,” sebut perempuan berkerudung itu.

Warga Mangunan itu mengeklaim Kebun Buah Mangunan merupakan pelopor bagi destinasi lain di sekitarnya yang memanfaatkan potensi alam untuk dijadikan destinasi wisata.

Keberhasilan Kebun Buah Mangunan menggaet banyak pengunjung mendorong masyarakat di Dlingo membuka objek wisata baru.

“Kebun Buah Mangunan sudah sejak 2003, sedangkan destinasi lain di sekitarnya baru buka pada 2015-an,” katanya.

Meski demikian, masih banyak fasilitas di Mangunan yang harus ditambah maupun dibenahi. Rujiyatmi mengharapkan beberapa fasilitas yang berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan pengunjung, seperti jalan dan pagar menuju puncak, segera dibenahi.

“Sudah terpikirkan, tetapi karena anggarannya belum ada jadi belum bisa,” pungkasnya. (mcr25/jpnn)


Redaktur : Boy
Reporter : M. Syukron Fitriansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler