Punjer

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 27 Juni 2021 – 15:15 WIB
Ilustrasi: Google Maps

jpnn.com - Indonesia adalah punjer dunia.  Indonesia adalah pusat peradaban dunia.

Pusat peradaban Atlantis yang hilang itu ada di wilayah Indonesia. Surga Eden yang hilang itu ada di wilayah Indonesia. Indonesia adalah the center of the world.

BACA JUGA: Eropa

Orang Amerika mengeklaim diri sebagai pusat dunia. Amerika bersin, dunia akan menggigil karena ketularan flu.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa Amerika sebagai sebuah bangsa masih seumur jagung. Amerika baru lahir pada abad ke-18.

BACA JUGA: Madura

Demokrasi Amerika memang sudah berumur 200 tahun, tetapi sebagai sebuah peradaban Amerika bukan peradaban yang orisinal, karena hanya kepanjangan dari peradaban Eropa. Tradisi politik Amerika juga menjadi perpanjangan dari tradisi Eropa.

Amerika boleh menyebut diri sebagai kampiun demokrasi, tetapi Indonesia juga tidak bisa diremehkan dalam hal ini. Dalam usianya yang 200 tahun, Amerika baru punya seorang wakil presiden perempuan.

BACA JUGA: Kebal-Bebal

Indonesia sudah pernah punya presiden perempuan. Kalau partisipasi perempuan dalam demokrasi menjadi salah satu ukuran kemajuan demokrasi, Indonesia boleh menepuk dada.

Indonesia yang baru berumur 75 tahun sudah pernah punya presiden perempuan, Megawati Soekarnoputri. Masa kepresidenannya pada 2001 sampai 2004.

Dibandingkan Indonesia, sejarah Amerika masih seumur jagung. Amerika baru ditemukan secara tak sengaja oleh Christopher Columbus pada 1492.

Saat itu Amerika masih berwujud tanah gersang yang dihuni penduduk asli Indian dengan peradaban yang masih rendah. Pada masa yang sama, Majapahit sudah mulai mengalami kemunduran setelah sebelumnya menjadi penguasa regional dengan menguasai wilayah Asia Tenggara, termasuk Tumasik atau Singapura sekarang, dan wilayah Thailand modern.

Abad ke-16 dan 17 menandai kemerosotan politik wilayah Nusantara. Sebaliknya, zaman keemasan Eropa mulai muncul melalui Rennaisance yang melahirkan Revolusi Industri.

Dari Revolusi Industri itulah Eropa menjajah dan menguasai dunia. Inggris -yang merajalela menguasai Asia dan Afrika sehingga menjadi imperium raksasa- dengan bangga menggaungkan “the sun never set in in the British Empire”.

Negara Belanda yang besarnya hanya seukuran upil dibanding Indonesia menguasai keterampilan navigasi dan mempunyai teknologi senjata api yang maju sehingga bisa menguasai Indonesia sampai 350 tahun.

Kemajuan Eropa yang fenomenal hanya dalam waktu satu abad itu membuat tercengang para ahli sejarah. Sampai sekarang banyak muncul berbagai teori yang menjelaskannya, tetapi semua bersifat spekulatif dan belum ada satu teori tunggal yang meyakinkan.

Demikian halnya dengan kemerosotan peradaban Islam yang sebelumnya selama tujuh abad menjadi peradaban dominan dunia. Sejak abad ke-7 sampai abad ke-14 peradaban Islam sudah membentang dari Timur Tengah, Asia, sampai ke jantung Eropa di Cordoba, Spanyol.

Pengaruh peradaban Islam yang dibawa oleh Kekhalifahan Turki Usmani terasa sampai ke Asia Tenggara termasuk di wilayah Indonesia.

Pangeran Diponegoro yang memimpin Perang Jawa pada 1825 sampai 1830 nyaris bisa menghancurkan kekuasaan Belanda, sampai kemudian dia ditangkap dengan cara licik penuh tipu muslihat dan diasingkan. Struktur dan strategi militer Diponegoro disebut-sebut dipengaruhi oleh strategi militer Turki Usmani.

Oleh karena itu klaim bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun diperdebatkan dan digugat. Megawati Soekarnoputri dalam pidato pengukuhannya sebagai profesor kehormatan Universitas Pertahanan mengungkit kembali klaim tersebut.

Sejarah Indonesia pra-modern membentang ribuan atau malah ratusan ribu tahun. Jawa menjadi punjer atau episentrum peradaban ketika itu.

Jawa menjadi pusat peradaban dunia dan menjadi titik awal berkembangnya manusia modern homo sapiens yang sekarang menjadi penguasa tunggal dunia.

Jejak manusia pertama Homo Neanderthal yang menjadi cikal bakal manusia purba ditemukan di wilayah Jerman dan diperkirakan hidup 500 ribu tahun yang lalu. Homo Neanderthal kemudian diyakini musnah dan digantikan oleh spesies homo sapiens yang lebih modern dan berperadaban.

Jejak homo sapiens ditemukan di Afrika dan juga di Solo, yang diduga hidup kira-kira 200 ribu tahun yang lampau. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau ada klaim bahwa Jawa adalah punjer dunia, episentrum peradaban dunia, dan Center of the Universe.

Dari Jawa-lah peradaban dunia lahir dan berkembang. Dari Jawa peradaban manusia berkembang ke seluruh penjuru dunia, dari peradaban nomaden “hunter and gatherer” pemburu dan pengumpul sampai menjadi peradaban yang menetap dan mulai mengenal pertanian.

Para ahli evolusi menemukan bukti-bukti perkembangan ras manusia yang disebut mempunyai kesamaan nenek-moyang dengan simpanse. Charles Darwin dalam ekspedisinya ke Amerika Selatan pada 1831 menemukan bukti-bukti itu di Pulau Galapagos.

Di Pulau Galapagos, Darwin menemukan bahwa beberapa jenis burung gelatik mempunyai bentuk paruh yang berbeda-beda sesuai dengan jenis makanan yang tersedia. Gelatik yang memakan biji-bijian yang keras mempunyai paruh yang tebal dan kokoh, gelatik yang makan hewan-hewan kecil punya paruh yang tajam.

Dari situ Darwin menyimpulkan dalam buku masyhur The Origin of Species (1859) bahwa spesies itu muncul karena seleksi alam. Hanya spesies yang paling cocok dengan alam yang bisa bertahan dan berkembang.

Dari situ lahirlah teori “survival of the fittest” yang kontroversial, karena Darwin menyimpulkan bahwa semua spesies di muka bumi ini tidak diciptakan oleh Tuhan melainkan lahir dari proses evolusi. Bukan hanya penghuni Bumi yang lahir dari proses evolusi, bahkan Bumi dan jagat raya ini pun diyakini lahir dari proses evolusi, bukan dari penciptaan enam hari sebagaimana disebutkan dalam Kitab Suci.

Perdebatan antara penganut teori penciptaan (creationist) melawan penganut teori evolusi berlangsung sengit sampai sekarang. Iman dan ilmu pengetahuan masih saling bertolak belakang.

Temuan Darwin dianggap sebagai temuan yang paling penting dan revolusioner di seluruh dunia dan tidak ada bandingnya sampai sekarang. Namun,  nun jauh dari Inggris, diam-diam seorang peneliti bernama Alfred Russel Wallace menembus hutan-hutan Kalimantan dan Sumatera untuk melihat ribuan jenis kupu, burung, mamalia, dan bunga-bungaan.

Temuan Wallace yang dituangkan dalam buku “The Malay Archipelago” pada 1839 mencengangkan masyarakat ilmiah seluruh dunia. Meskipun The Origin of Species terbit lebih dahulu ketimbang The Malay Archipelago, Wallace sudah terlebih dahulu terjun ke lapangan dibanding Darwin.

Wallace juga sempat bersurat kepada Darwin menceritakan hasil penemuannya di Nusantara. Darwin kaget dan tercengang membaca laporan Wallace.

Seharusnya penemu teori evolusi pertama ialah Alfred Russel Wallace, bukan Charles Darwin. Dan pusat dunia, punjer dunia, center of the universe, adalah Indonesia, bukan Amerika Selatan, apalagi Amerika Serikat.

Dalam perkembangan sekarang, Indonesia terancam menjadi black spot, titik hitam, karena munculnya berbagai persoalan yang rumit yang sulit diselesaikan. Penanganan pandemi yang mendekati breakdown akan menjadikan punjer dunia ini runtuh. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Delta


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler