Putra Lembata Raih Doktor di UGM dengan Disertasi Berjudul 'Merebut Paus di Laut Sawu'

Jumat, 16 April 2021 – 17:40 WIB
Dr. Agustinus Gergorius Raja Dasion, SS. MA. Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Putra Lembata, Nusa Tenggara Timur, Dr. Agustinus Gergorius Raja Dasion meraih gelar doktor sosiologi di bawah bimbingan Promotor Prof Dr Heru Nugroho dan Ko-Promotor Dr Hakimul Ikhawan Departemen Sosiologi Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (15/4/2021).

Promorendus Raja Dasion, sapaan akrab pria kelahiran kampung nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni itu mempertahankan disertasi berjudul “Merebut” Paus di Laut Sawu: Analisa Wacana Konservasi Paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan predikat Sangat Memuaskan dalam Sidang Terbuka Ujian Terbuka Promosi Doktor di bawah tim penguji Prof Dr Suharko, Dr Sugeng Bayu Wahyono, Dr Arie Sujito, dan Dr Oki Rahadiato.

BACA JUGA: NTT Kembangkan Wisata Berburu Ikan Paus

Prof Heru dalam pertanyaan pemantik pengantarnya meminta promorendus menjelaskan apa yang menarik dari term “merebut paus di laut Sawu” dalam disertasinya. Apalagi, persoalan perburuan paus bukan hanya persoalan lokal Lamalera namun juga global.

Persoalan ini juga sudah diekspos oleh media dunia seperti British Broadcasting Channel maupun National Geographic.

BACA JUGA: Berburu Ikan Paus di Perairan Australia, Perusahaan Jepang Didenda $1 Juta

“Disertasi saya ‘Merebut” Paus di Laut Sawu. Diksi ‘merebut’ paus sesungguhnya menggambarkan keseluruhan studi saya. Yaitu bagaimana wacana konservasi direbut negara bersama aparatusnya yang dibuat di laut Sawu dengan wacana konservasi dengan masyarakat lokal yang berburuh paus secara tradisional,” kata Raja Dasion dalam keterangan tertulis Ata Lembata, komunitas Lembata Diaspora Sedunia di Jakarta, Kamis (16/4 2021).

Menurut Raja Dasion, ada dua hal penting dari term ‘merebut” paus di Laut Sawu dalam disertasi itu.

BACA JUGA: KRI Tanjung Kambani Angkut Bansos dari Masyarakat Jatim untuk Korban Bencana di NTT

Pertama, terjadi gap pengetahuan antara konservasi global dengan konservasi lokal dalam hal ini masyarakat Lamalera.

Kedua, hadirnya saat negara dan aparatusnya hadir dengan konsep konservasi global ada antagonism, penolakan masyarakat lokal Lamalera dengan wacana konservasi lokal dengan tradisi berburuh paus di laut Sawu hingga saat ini.

Dia menambahkan ada banyak subjek dalam kontestasi ‘merebut’ paus di laut Sawu. Subjek dimaksud adalah negara dan aparatusnya, juga beberapa lembaga konservasi global seperti World Wildlife for Nature (WWF) dan The Nature Concervancy (TNC).

Kemudian aparatus negara seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan dan Perikanan baik Kabuaten Lembata maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Berikut di tingkat lokal ada banyak subjek yang begitu cair seperti para tetua adat, nelayan, dan organisasi-organisasi yang mendukung upaya lefa nuang atau tradisi berburuh paus yang hingga saat ini bertahan dan dilakukan masyarakat lokal Lamalera.

Tatkala paus dilarang diburuh oleh negara karena takut terhadap tekanan global, maka posisi masyarakat lokal juga tentu berpengaruh. Namun, hal ini menurut Raja Dasion, masyarakat Lamalera menggantungkan konservasi dengan mempertahankan kearifan lokal karena sejak dulu konsep konservasi masih sama.

Perbedaannya, kata Raja Dasion, terletak pada beberapa cara. Pertama, sejak dulu masyarakat Lamalera menggunakan tombak atau peralatan tradisional, traditional tools untuk menikam paus.

Kedua, sebelum melakukan tradisi lefa nuang, ada beragam ritus yang harus dilakukan. Hal ini wajib karena paus tak sekadar urusan kepentingan ekonomi tetapi juga masalah teologis, filosofis, sosial, dan keseluruhan sistem hidup masyarakat lokal.

Ko-Promotor Hakimul Ikhawan di saat memulai bertanya lebih jauh, menyampaikan duka mendalam bagi warga Nusa Tenggara Timur, khususnya Lembata, tanah kelahiran promorendus Raja Dasion, tim penulis buku Membangun Tanpa Sekat, yang diterpa bencana banjir lahar dingin dan badai Seroja beberpa minggu belakangan.

Hakim di pengantar ujian dengan sedikit guyon mengatakan, riset promorendus barangkali terbawa mimpi.

Dia memuji promorendus yang berusaha mencari sinyal telekomuniasi dari Kupang untuk dapat mempertahankan disertasi secara daring melalui zoom meeting di hadapan tim penguji dari kampus Bulaksumur dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

“Terima kasih atas atensi, perhatian Pak Hakim atas bencana alam yang belakangan melanda NTT, khususnya Lembata,” kata Raja Dasion.

Nelayan Tangkap 5 ekor paus

Joseph Boli Batafor, seorang lamafa, juru tikam paus mengatakan, pihaknya mengapresiasi Raja Dasion, seorang putra asli Lamalera yang menulis disertasi tentang lefa nuang dalam kajian akademiknya di Departemen Sosiologi Fisipol Universitas Gajah Mada.

Jejak akademik ini mulai digeluti banyak putra-putri lokal seperti Dr Jakobus Blikololong yang menulis disertasi tentang pasar barter di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni.

“Kamis (15/4) kemarin, nelayan Lamalera berhasil menangkap lima ekor paus dari perairan laut Sawu dan langsung ditarik ke bibir pantai. Peristiwa ini dalam keyakinan kami di Lamalera adalah rekayasa Alepte teti Kova Lolo, Tuhan penguasa alam semesta karena knato, berkat lima ekor paus itu ditikam nelayan bersamaan dengan ujian disertasi promorendus Raja Dasion,” ujar Boli Batafor.

Lima ekor paus raksasa itu ditangkap nelayan dengan menggunakan perahu Teti Heri milik suku Batafor, Mula Blolo dari suku Keraf Lamalera A, Nara Tena milik suku Keraf Lamalera B, Soge Tena dari suku Tapoona, dan Java Tena dari suku Bataona.

“Rabu (15/4) sekitar jam 09.00 hingga 10.00 WITA, nelayan berteriak, Baleo.....baleo.... Nelayan rame-rame mendayung perahu dan mulai berburu. Mereka berhasil menangkap lima ekor paus berbobot besar namun ada satu ekor sangat besar dibanding empat lainnya,” kata Boli Batafor lebih lanjut.

Doktor Raja Dasion lahir di Lewoleba, Lembata, 5 April 1984. Lahir dari pasangan suami-istri guru, Fransiskus Atakebelen Dasion dan Maria Bulu Batafor.

Raja Dasion sekolah di Taman Kanak-kanak Ade Irma Suryani Nasution Lamalera, Wulandoni dan SD Inpres Labalimut (Boto), Kecamatan Nagawutun, SMP Sanctissima Trinitas Hokeng, Kabupaten Flores Timur dan SMA Seminari San Dominggo, Hokeng.

Dia menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kemudian S-2 bidang Sosiologi diraih dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Sejak 2016 menempuh studi S-3 bidang Sosiologi di Departemen Sosiologi Fisipol UGM.(fri/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler