Rahaf Terancam Dibunuh Keluarganya, PBB Turun Tangan

Rabu, 09 Januari 2019 – 09:00 WIB
Rahaf Mohammed Al Qunun (kaus hitam), gadis 18 tahun asal Arab Saudi yang lari dari rumah lantaran diancam akan dibunuh oleh keluarganya. Foto: EPA/Imigrasi Thailand

jpnn.com, BANGKOK - . Tepatnya, organisasi yang mengurusi para pengungsi, UNHCR. Thailand pun berkomitmen untuk membantu pengajuan suaka Rahaf.

Perwakilan UNHCR di Thailand, Giuseppe de Vincentiis, mengatakan bahwa pengajuan suaka membutuhkan proses yang tidak sederhana. Saat ini Rahaf menjalani seleksi tahap awal. Yakni, wawancara.

BACA JUGA: Nyawa Terancam karena Pindah Agama, Rahaf Minggat dari Saudi

''Kami butuh waktu untuk mempertimbangkan kelayakannya sebagai pencari suaka,'' ungkapnya sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (8/1). Proses itu akan berlangsung selama beberapa hari.

Setelah Rahaf dinyatakan layak menjadi pencari suaka, UNHCR akan membantu dia mencari negara yang bersedia menampungnya. ''Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah Thailand karena tidak memaksanya pulang,'' ujar Vincentiis.

BACA JUGA: Orang Dekat Pangeran MBS Lenyap

Hingga kemarin, dukungan untuk Rahaf terus mengalir. Di Inggris ada petisi yang berisi desakan kepada pemerintah untuk menampung Rahaf.

Seperti Inggris, Australia pun memberikan sinyal positif untuk Rahaf. Tapi, The Guardian melaporkan bahwa visa Australia milik Rahaf sudah hangus.

BACA JUGA: Piala Asia 2019: Prediksi Arab Saudi Vs Korea Utara

''Saya baru mendengar kabar soal visa itu. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Mereka (pemerintah Australia, Red) belum menjelaskan kepada saya,'' ujar Sophie McNeill. Dia adalah jurnalis ABC yang menjadi salah seorang pendamping Rahaf saat mengunci diri di kamar hotelnya Senin (7/1).

Kabar itu membuat senator Australia, Sarah Hanson-Young, mendesak pemerintah segera menerbitkan dokumen perjalanan darurat untuk Rahaf.

Bersamaan dengan itu, Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa ayah dan saudara laki-laki Rahaf telah tiba di Thailand kemarin. Mereka meminta segera bertemu dengan Rahaf. Tapi, laporan Rahaf tentang perilaku buruk sang ayah membuat pemerintah Thailand enggan mempertemukan mereka.

''Tentu saja hal itu membuat kami khawatir. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan mereka perbuat kepada Rahaf jika sampai bertemu,'' ujar Wakil Direktur HRW untuk Asia Phil Robertson.

Kepala Imigrasi Thailand Surachate Hakpan mengatakan, ayah Rahaf tidak bisa sembarangan menemui putrinya. Meski berstatus keluarga, mereka tetap perlu izin.

Dalam paparan pertamanya kepada media kemarin, Rahaf mengatakan bahwa keluarganya memperlakukan dirinya dengan kasar. Yang terakhir, dia sempat dikurung enam bulan di dalam rumah gara-gara memotong pendek rambutnya.

Pelanggaran terbesar Rahaf yang lantas memicunya kabur dari keluarga adalah pindah agama. Pasalnya, dia diancam akan dibunuh. (bil/c7/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alhamdulillah, Tak Ada Lagi Mendadak Janda di Arab Saudi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler