jpnn.com, JAKARTA - Konglomerat Lippo Group Mochtar Riady membeberkan perjalanan karir dan starteginya membangun deretan bisnis dan bank yang kini meraksasa.
Namun, ternyata salah satu orang terkaya di Indonesia itu tidak lepas dari cerita yang dramatis. Moachtar punya cerita soal masa kecilnya.
BACA JUGA: 7 Tips Meningkatkan Engagement Instagram Bagi Bisnis Online
Melalui video YouTube bertajuk 'Mochtar Riady, Cerita Karir & Strateginya mendirikan 4 Perusahaan Nasional', Mochtar menceritakan perjalan hidupnya.
Menurut dia, saat usia 7 bulan, kakeknya meninggal dunia. Saat usia tujuh tahun, neneknya meninggal dunia. Saat usia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia. Dan saat usia 11 tahun, tiga adiknya secara berurutan meninggal dunia.
BACA JUGA: Bertemu 100 Pakar Ekonomi Presiden Beberkan Strategi Besar Bisnis dan Perekonomian
Mochtar pun berujar betapa sengsaranya sang ayah yang harus membesarkannya. Meski bukan orang kaya, namun ayahnya terus mendorong Mochtar untuk sekolah hingga akhirnya tamat S1.
Pada saat itu, orang yang berkuliah sudah sangat hebat karena kebanyakan dari mereka hanya tamatan SMP.
BACA JUGA: Tahu Time Jadi Peluang Bisnis Menggiurkan
Pada 1950-an, saat selesai kuliah, Mochtar pun mulai memikirkan karir yang akan dijalani.
Mochtar muda pun berkeliling Jawa naik kereta api untuk melihat bisnis apa yang bagus untuk dijalani. Akhirnya, dia pun berpikir seluruh bisnis dan uang yang beredar pada akhirnya akan berkumpul di ibu kota, Jakarta.
Pada akhirnya hal itu yang mendorongnya pindah ke Ibu Kota Jakarta.
Menurut Mochtar awalnya, sang ayah kurang setuju karena mereka hanya orang miskin yang tak memiliki uang. Namun, pelan-pelan Mochtar menjelaskan, sebuah pohon hanya akan menjadi bonsai jika tidak dibiarkan tumbuh di tempat besar.
Laki-laki kelahiran 12 Mei 1929 itu pun memberanikan diri untuk ke Jakarta, berbekal izin dari sang ayah.
Saat lulus kuliah, Mochtar merasakan masa-masa perperangan pascakemerdekaan.
Oleh karena itu pertumbuhan perusahaan-perusahaan hanya flat sehingga memberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin memulai usaha.
Mochtar memulai bisnis perbankan dengan partner-partner hebat, seperti Andi Gappa yang dulu memiliki Bank Kemakmuran.
Pria 92 tahun itu pun sukses menjadikan bank itu melaju pesat.
Kemudian pada 1966, Mochtar berhasil menyelamatkan Bank Buana dari kesulitan. Kejadian tersebut saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis akibat perubahan ekonomi secara makro.
Namun, suatu ketika, prinsip Mochtar tak sejalan lagi dengan Bank Kemakmuran. Presiden komisaris dari Lippo Group itu pun pindah ke Bank Buana dan membuat Bank Buana sehat dengan menekan suku bunga.
Setelahnya, Mochtar pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Sampai akhirnya Mochtar pada 1975 meninggalkan Bank Panin dan bergabung dengan BCA, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong.
Di BCA, dia mendapatkan saham sebesar 17,5 persen dan menjadi seorang penentu kebijakan. Ketika Mochtar bergabung aset BCA hanya Rp 12,8 miliar dan BCA masih menjadi bank kecil.
Namun, Mochtar memilih BCA karena memiliki kliring, yaitu logistik uang yang baik.
Pada 1972, Bank Negara Indonesia (BNI) harus menghabiskan 40 hari untuk mengirim uang.
Namun, Mochtar berfokus pada logistik uang agar mampu mengirim cepat.
Saat itu, transaksi rokok dan cengkeh sangat tinggi sehingga kemampuan transaksi BCA yang cepat sangat memudahkan pengusaha rokok.
Selain itu, tepung terigu Bogasari juga turut menjadi pemain besar sehingga membutuhkan transaksi besar dan cepat. Oleh karena itu, nasabah BCA dipenuhi oleh mayoritas pedagang makanan yang membutuhkan tepung terigu.
Selain rokok cengkeh dan tepung terigu, sektor besar lainnya saat itu adalah bahan bangunan dari Indocement.
Lalu tekstil, mesin-mesin motor, hingga sektor industri lainnya. Karena itulah, dalam waktu satu tahun, BCA berhasil membuka lebih dari 200 cabang.
Pada 1991, aset yang dimiliki BCA sudah mencapai USD 1 triliun, hingga kini, BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia.
Selain BCA, bank besar lainnya seperti CIMB, UoB dan Panin Bank meraksasa berkat tangan dingin Mochtar Riady. (mcr10/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Kafe Bangkrut, Ivan Banting Setir ke Jahe Merah, Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
Redaktur : Elvi Robia