jpnn.com, SEMARANG - Raja Nusak Termanu Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Vicoas TB Amalo berterima kasih kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo karena telah menerima dan menjaga warganya dengan baik selama di perantauan.
"Terima kasih sudah menerima masyarakat kami yang ada di sini," katanya saat bertemu dengan Ganjar Pranowo di rumah dinas gubernur Jateng di Semarang, Sabtu (30/5) malam.
BACA JUGA: NasDem Tidak Punya Tokoh, Ganjar Pranowo Disarankan Menyeberang ke Sana
Vico, sapaan akrab Raja Rote, juga mempersilakan masyarakat Jateng datang ke NTT. Dia menyebut banyak tempat wisata di NTT, dan makanan yang segar.
"Kalau bisa masyarakat Jateng silakan datang ke NTT, banyak tempat wisata di sana, tempatnya alami, dan makanannya juga segar-segar, dan eksotik serta budayanya bagus," kata Vico.
BACA JUGA: Sungguh Mulia Perbuatan Pak Ganjar untuk Istri Mantan Pengawal Bung Karno Ini, Bikin Terharu
Dia mengaku berdiskusi banyak hal dengan Ganjar.
Mulai dari kebangsaan hingga isu-isu lain terkait Indonesia timur.
BACA JUGA: Tangis Haru Guru NTT Saat Menerima Bantuan dari Dirut Taspen
"Bertemu diskusi kebangsaan, diskusi tentang masyarakat kami yang ada di Semarang, diskusi tentang pandangan beliau untuk kami yang khususnya masyarakat minoritas dari Indonesia timur," katanya.
Menurut Rote, dalam diskusi itu Ganjar juga mengatakan bahwa Indonesia timur adalah bagian penting dari republik ini berdiri.
"Karena di Ende-lah tempat lahirnya Pancasila," lanjutnya.
Menurut Vico, Ganjar merupakan sosok negarawan dengan wawasan kebangsaan yang luas.
"Khususnya mengenal sekali orang Indonesia Timur, luar biasa. Beliau tadi cerita tentang pengalaman beliau waktu kunjungan ke Indonesia Timur, ke Kupang. Pernah juga ke asrama (warga) NTT di sini, asrama (warga) Papua di sini dan luar biasa,” katanya.
Dalam pertemuan selama dua jam itu, Ganjar menyinggung kisah Soekarno ketika diasingkan pada kurun waktu 1934-1939 di Ende, Flores, NTT.
Soekarno merenungkan Pancasila.
Sebelum akhirnya gagasan Pancasila disampaikan pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
Sebelum berpamitan, Vico memberikan kenangan kepada Ganjar berupa kain tenun bermotif Badongko dan topi khas Rote, Tilangga.
Selain sebagai lambang persaudaraan, desain dari topi Tilangga juga memiliki makna khusus yang disampaikannya pada Ganjar.
"Pesan dari topi itu bahwa apa pun kita harus selalu ingat dengan yang di atas," ujarnya.
Ganjar terlihat gembira mendapatkan kenangan kain tenun dan topi Tilangga.
Dia mengatakan pemberian ini menambah koleksi baju adat nusantara yang selalu dikenakan pada minggu keempat setiap bulannya.
"Dan sampaikan salam saya untuk seluruh warga Rote ya," katanya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy