jpnn.com - KTT OKI di Istanbul menghasilkan pernyataan sikap keras terkait pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sikap tersebut disepakati perwakilan 57 negara anggota OKI.
Namun sayang, beberapa pemain kunci di Timur Tengah seperti Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab sepertinya tidak ingin mengambil risiko merusak hubungan mereka dengan Washington dengan mengikuti langkah anti-Amerika.
BACA JUGA: Jokowi Minta OKI Menyulut Perdebatan Soal Palestina di PBB
Negara-negara itu hanya mengirim menteri ke KTT OKI. Padahal, negara-negara lain diwakili langsung oleh kepala negara mereka, termasuk di antaranya Presiden RI Joko Widodo.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Raja Yordania Abdullah II, dan Presiden Lebanon Michel Aoun termasuk di antara kepala negara yang hadir di pertemuan OKI. Para emir Qatar, Kuwait, Presiden Afghanistan juga hadir.
BACA JUGA: Reaksi Arogan AS dan Israel Menyikapi Hasil KTT OKI
Sementara Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis atau anaknya Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) tidak hadir. Saudi hanya mengirim seorang pejabat senior kementerian luar negeri yang berarti pertemuan ini tidak terlalu penting bagi mereka.
Saat KTT OKI berlangsung, Raja Salman dalam sebuah pidato di Riyadh mengatakan, hak bangsa Palestina untuk mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
BACA JUGA: Awas, Jangan Terkecoh Propaganda Donald Trump
"Beberapa negara di wilayah kita bekerja sama dengan Amerika Serikat dan rezim Zionis," kata Presiden Rouhani seperti dilansir Channel News Asia, Rabu, (13/12).
Presiden Sudan Omar al-Bashir juga hadir dan disambut hangat oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai tuan rumah KTT OKI.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang beraliran kiri membuat kejutan dengan menghadiri KTT OKI. Padahal negaranya tidak memiliki populasi Muslim yang signifikan. Namun Maduro sering mengkritisi kebijakan AS. (met/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarkan Ralat, Tegaskan Ibu Kota Israel Tetap Tel Aviv
Redaktur & Reporter : Adil