jpnn.com - Studi baru yang dilakukan oleh National Institute on Aging (NIA) menyatakan bahwa puasa intermiten bisa menjadi kunci untuk umur panjang.
Sekelompok ilmuwan dari NIA, University of Wisconsin-Madison dan Pennington Biomedical Research Center di Louisiana menemukan bahwa peningkatan waktu antara makan bisa meningkatkan kesehatan keseluruhan tikus jantan dan memperpanjang hidup mereka dibandingkan dengan tikus yang makan lebih sering.
BACA JUGA: Bakar Kalori Setelah Lebaran dengan 6 Olahraga Ini
Mungkin lebih mengejutkan lagi, manfaat kesehatan terlihat terlepas dari apa yang tikus makan atau berapa banyak kalori yang mereka konsumsi.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa tikus yang makan satu kali sehari dengan demikian memiliki periode puasa terpanjang, tampaknya memiliki jangka hidup yang lebih panjang dan hasil yang lebih baik untuk penyakit hati yang umum terkait dengan usia dan gangguan metabolisme," kata Direktur NIA, Richard Hodes, M.D, seperti dilansir laman MSN.
BACA JUGA: Puasa Bisa Turunkan Kolesterol Tinggi?
Hodes mengatakan bahwa hasil yang menarik dalam model hewan layak untuk dilihat lebih dekat.
Para peneliti menyarankan bahwa temuan itu bisa diterjemahkan menjadi hidup yang lebih lama dan lebih sehat bagi orang-orang.
BACA JUGA: 7 Cara Menjaga Stamina saat Berpuasa
"Waktu puasa harian yang panjang bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bagi manusia," kata penulis utama studi tersebut, Rafael de Cabo, Ph.D.
"Tapi para ilmuwan sedang bekerja untuk mencari tahu berapa lama Anda harus berpuasa setiap hari untuk melihat beberapa manfaat yang terlihat pada hewan. Itulah pertanyaan besar berikutnya yang harus dijawab," jelas de Cabo.
Untuk mencapai kesimpulan mereka, para ahli mempelajari sebanyak 292 tikus, memisahkan mereka menjadi dua kelompok dan memantau ketat diet tikus. Satu batch diberi diet rendah lemak dan alami. Diet kelompok lain lebih tinggi dalam protein dan serat.
Masing-masing dari kedua kelompok itu kemudian dibagi menjadi tiga sub-kelompok, yakni satu dengan akses ke makanan 24 jam sehari dan satu lagi dengan 30 persen lebih sedikit kalori per hari. Kelompok ketiga hanya memiliki akses ke makanan sekali sehari.
"Kami pikir apa yang terjadi adalah ketika Anda berhenti makan selama X-jumlah jam, metabolisme Anda masuk ke mode siaga. Tubuh Anda memperbaiki dan menghapus semua sampah selama ini," kata de Cabo.
"Ketika makan berikutnya datang, Anda lebih siap untuk energi yang akan Anda konsumsi," pungkas de Cabo.
De Cabo mengatakan bahwa ketika terus makan atau mengemil secara berkala sepanjang hari, metabolisme Anda tidak punya waktu untuk menyesuaikan atau beristirahat.
Menurutnya, tidak ada efek samping negatif terhadap puasa hewan pengerat dan tikus yang diburu sekali sehari hidup hingga 40 persen lebih lama daripada yang memiliki akses ke makanan sepanjang waktu.
Menurut de Cabo, langkah berikutnya untuk penelitian ini termasuk memperluas temuan ini ke jenis tikus lain dan spesies hewan laboratorium lainnya menggunakan kedua jenis kelamin untuk mengidentifikasi terjemahan yang tepat pada manusia.(fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Kiat Mencegah Anak Kekurangan Nutrisi Saat Berpuasa
Redaktur : Fany
Reporter : Fany, Yessy