jpnn.com, JAKARTA - Menpar Arief Yahya tidak mau kecolongan di semester awal 2017 ini.
Karena itu, fokus utama dari top tiga program kerja Kemenpar pun dijadikan tema besar dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata I, triwulan 1 2017.
BACA JUGA: Rakornas Pariwisata Fokus Bahas Problem Konektivitas
Apalagi kalau bukan konektivitas!Tema besarnya “Indonesia Incorporated: for Better Tourism Connectivity."
Menteri Arief menyadari 1000%, bahwa critical success factor untuk mengejar target 2017, dengan 15 juta wisman itu ada di air connectivity.
BACA JUGA: Kemenpar Aktifkan Pentahelix Promosikan Lombok
"Seats capacity kita masih minus 4 juta tahun ini. Karena itu, jika faktor kritis ini tidak dibereskan tahun ini juga, mustahil kita capai target itu," tegas Arief di Jakarta.
Sementara, connectivity itu bukan tidak bisa ditangani sendiri Kemenpar. Karena itu, perlu sinergi antarkementerian dan lembaga, agar program 20 juta 2019 yang sudah dicanangkan Presiden Joko Widodo bisa tercapai dengan mulus.
BACA JUGA: Yuk, Berwisata dan Belajar Bertani di Kampung Flory
"Kita perlu sinergi 3A, Airport, Airline, Authority dalam hal ini Kemenhub. Beruntung, dengan ketiganya kami bisa duduk bareng mencari solusi bersama," imbuhnya.
Rakornas dibuka sekaligus sebagai keynote speech oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Di Rakornas, bukan hanya koneksitas udara, tetapi juga darat dan laut.
Menko Maritim Luhut B.Panjaitan menegaskan pariwisata ditetapkan sebagai leading sector.
Karena itu pembangunan infrastruktur diprioritaskan untuk mendukung percepatan pembangunan destinasi pariwisata terutama 10 destinasi prioritas yang akan menjadi daya tarik baru dalam meningkatkan kedatangan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2019.
Pemerintah dalam program pembangunan lima tahun ke depan fokus pada beberapa sektor.
Yaitu infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata.
Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang terhadap pembangunan nasional.
Dari lima sektor tersebut pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang pertumbuhannya positif.
Hal ini terlihat peran pariwisata dunia dalam memberikan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 9,8%; kontribusi terhadap total ekspor dunia sebesar USD 7,58 triliun dan foreign exchange earning sektor pariwisata tumbuh 25,1%.
Termasuk pariwisata membuka lapangan kerja yang luas yakni satu dari 11 lapangan kerja ada di sektor pariwisata.
Pertumbuhan positif pariwisata dunia tersebut memberi dampak positif terhadap pariwisata Indonesia.
Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan pariwisata nasional dua kali lipat pada 2019.
Tahun 2019, pariwisata ditargetkan memberikan kontribusi pada PDB nasional sebesar 8%, devisa yang dihasilkan Rp 280 triliun, menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata sebanyak 13 juta orang.
Kmeudian jumlah kunjungan wisman 20 juta dan pergerakan wisnus 275 juta, serta indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia.
Menpar Arief Yahya mengatakan, konektivitas udara menjadi salah satu kelemahan pariwisata Indonesia.
Untuk memenangkan persaingan global kelemahan ini harus segera diperbaiki dan ditingkakan kualitasnya karena sekitar 90% kedatangan wisman ke Indonesia via udara.
“Tersedianya seat yang memadai untuk mendukung target 15 juta wisman tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2019 merupakan persoalan yang harus segera dipecahkan dengan melibatkan semua elemen (pentahelix) pariwisata,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, pariwisata ditetapkan menjadi core business Indonesia karena memiliki banyak keunggulan kompetitif dan komperatif.
Di antaranya unggul dalam menghasilkan devisa serta penciptaan lapangan kerja.
Keunggulan komperatif pariwisata Indonesia, menurut Arief Yahya, adalah yang terbaik di kawasan regional bahkan melampaui ASEAN.
“Pesaing utama pariwisata Indonesia adalah Thailand, sedangkan negara ASEAN lainnya mudah dikalahkan. Ini terlihat dari country branding Wonderful Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding dunia, sekarang berada di ranking 47 mengalahkan Truly Asia Malaysia berada di posisi 97 dan Amazing Thailand diposisi 83 sekaligus sehingga positioning dan differentiating Indonesia di tingkat dunia,” kata Arief.
Keunggulan komperatif lainnya, pariwisata Indonesia mudah menjadi destinasi utama dunia sekaligu tourism hub, sedangkan untuk menjadi trade dan investment hub akan terlalu sulit bagi Indonesia untuk mengalahkan Singapura.
“Dengan menjadi tourism hub akan menciptakan people-to-people relationship yang kemudian diikuti tumbuh pesat trade dan investment,” jelasnya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, setelah ditetapkan sebagai core business negara, maka alokasi sumber daya terutama anggaran harus diprioritaskan termasuk anggaran untuk membangun infrastruktur di destinasi pariwisata yang ada di kementerian/lembaga terkait.
“Komitmen kementerian/lembaga terkait dalam mendukung percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas (Danau Toba; Tanjung Kelayang; Tanjung Lesung; Kepulauan Seribu; Candi Borobudur; Bromo Tengger Semeru; Mandalika; Labuan Bajo; Wakatobi; dan Morotai) dan 14 destinasi unggulan kita jadikan sebagai topik bahasan dalam Rakornas Pariwisata I-2017,” kata Arief.
Dalam diskusi panel/workshop tersebut sejumlah menteri Kabinet Kerja antara lain; Menhub Budi Karya Sumadi, MenPU-Pera Mochamad Basoeki hadimoeljono, dan MenBUMN Rini Soemarno.
Mereka memaparkan program dukungan dan komitmen dalam membangun konektivitas udara, laut, dan darat pada 10 destinasi prioritas dan 14 destinasi unggulan.
Rangkaian kegiatan Rakornas Pariwisata I-2017 antara lain diisi dengan diskusi/workshop seputar upaya meningkatkan konektivitas udara, laut dan darat beserta permasalahan dan solusinya.
Itu dilakukand dengan menghadirkan nara sumber sebagai panelis dari intansi terkait, pelaku bisnis, serta otoritas bandara, pelabuhan, maupun perkeretaapian.
Diskusi untuk meningkatkan konektivitas udara dibahas sejumlah topik menarik.
Antara lain upaya meningkatkan kapasitas bandar, menambah airlines seat capacity dan program stimulus, serta kecukupan air service agreement.
Termasuk soal kecepatan izin pembukaan rute baru dengan menghadirikan para panelis.
Atara lain Dirjen Hubud KemenHUB, CEO AP1, CEO AP2, CEO Airnav Indonesia, CEO Garuda Indonesia, CEO Lion Air Group, CEO Air Asia Indonesia, dan CEO Sriwijaya Air.
Sementara itu diskusi upaya meningkatkan konektivitas jalan darat membahas sejumlah topik menarik.
Antara lain upaya percepatan pembangunan akses jalan raya dan tol, peningkatan akses melalui reaktivasi dan pengembangan jalur KA serta pembagian peran pusat dan daerah.
Di situ dengan menghadirkan para panelis antara lain Dirjen Hubdar, Dirjen Perkeretaapian, Dirjen Bina Marga, Kepala BPIW, Kepala BPJT, Dirut Jasa Marga, dan Dirut Waskita Karya, dan Dirut PT KAI.
Diskusi upaya peningkatan konektivitas laut membahas sejumlah topik menarik.
Antara lain; pembagian peran/otoritas Pelni, ASDP, Pelindo, dan Pemda; upaya percepatan pembangunan dermaga/marina, serta upaya menambah rute dan kapasitas angkut kapal wisata dengan menghadirkan para panelis antara lain; Dirjen Hubla, Dirut PELNI, Dirut ASDP, Dirut Pelindo I, Dirut Pelido II, Dirut Pelindo III, Dirut Pelindo IV.
Rakornas Pariwisata I-2017 diikuti sekitar 500 peserta terdiri dari; menko dan menteri; panelis diskusi/workshop (dirjen, CEO, dan Kepala lembaga); kepala daerah (Pemprop/kota/kabupaten) 10 destinasi prioritas dan 14 destinasi unggulan.
Kemudian SKPD Kepala Daerah terkait;.Kadispar Prop/ Kota/ Kabupaten; pejabat Internal Kemenpar (Ess.1 sd 4 , stafsus, advisor, Tim Percepatan, dan Tenaga Ahli Kemenpar); asosiasi industri pariwisata; akademisi, komunitas, dan VITO (Visit Indonesia Tourism Office), dan media. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenhub Dukung Program Air Connectivity Kemenpar
Redaktur & Reporter : Natalia