Yuk, Berwisata dan Belajar Bertani di Kampung Flory

Minggu, 02 April 2017 – 11:55 WIB
Desa Wisata Kampung Flory di Dusun Jugang, Pangukan, Tridadi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Foto-foto: Kemenpar

jpnn.com, SLEMAN - Semakin banyak desa wisata dengan homestay warga yang layak dikunjungi di daerah Sleman, Yogyakarta. Atraksi wisata yang beragam dan unik dijadikan daya tarik bagi desa wisata yang baru.

Contohnya adalah Wisata Kampung Flory di Dusun Jugang, Pangukan, Tridadi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wisata itu mengandalkan budi daya sektor pertanian, perikanan dan perkebunan. 

BACA JUGA: Kemenhub Dukung Program Air Connectivity Kemenpar

Salah satu keunikannya, di tempat ini pengunjung bisa melakukan terapi ikan. Di sini tersedia kolam terapi ikan yang begitu luas. Dan tidak hanya satu lokasi. Ada sejumlah kolam disediakan untuk terapi ikan ini. Tempat untuk duduk berupa batu-batu kali yang ditata di pinggir atau tengah kolam. 

Dengan lahan seluas 4 hektare, Kampung Flory menyediakan berbàgai fasilitas homestay desa wisata yang lengkap. Layanan homestay ada dua macam. Live-in di rumah warga ada 10 unit dan homestay Ayem-Ayem yang berada di kawasan Kampung Flory ada 4 unit. 

BACA JUGA: Bangun Banyak Tol untuk Perkuat Destinasi Pariwisata

"Untuk acara pertemuan ada Limasan berkapasitas 200 orang di Sekretariat, satu unit Joglo Limasan Kembar berkapasitas 300 orang dan dua unit Omah Kampung berkapasitas 80 orang. Kemudian ada 22 unit kamar mandi," jelas Atun, petugas piket Sekretariat Kampung Flory, Sabtu (1/4).

BACA JUGA: Endank Promosi Eksotisme Bromo Lewat Film VlogFest 2016

Fasilitas parkir kendaraan juga sangat lapang. Bisa menampung 4 bus besar, 60 mobil, 100an sepeda motor. 

Lahan 4 hektare tersebut dibagi ke dalam 3 zona. Zona 1 "Taruna Tani" seluas 1 hektare bergerak di bidang usaha tanaman hias, tanaman buah dan kuliner.

Zona 2 atau "Dewi Flory" seluas 1 hektare sebagai kawasan desa wisata yang menyajikan jasa penginapan (homestay), outbond dan pelatihan kewirausahaan agrobisnis. "Zona tiga Agro Bush seluas dua hektare menyajikan wisata petik bush langsung, wisata edukasi dan pelestarian lingkungan," tambah Atun.

Menurut Bendahara Wisata Kampung Flory Sutrisno Widiyanto, wisata pertanian itu bertujuan memikat kembali generasi muda untuk tertarik ke dunia pertanian yang mampu memberikan kesejahteraan.

Menurut dia, Wisata Kampung Flory dirintis sebagai pusat pembibitan dan budi daya tanaman buah unggul dan tanaman hias untuk memasok kebutuhan tanaman di DIY. "Kampung Flory ini dirintis sejak dua tahun lalu. Karena kami ingin bisa menjadi sentra bibit tanaman hias dan buah-buahan di DIY," katanya.

Selain itu, Kampung Flory diharapkan menjadi maskot wisata unggulan baru di wilayah DIY. Upaya ini sudah mulai nampak hasilnya.

Jadwal kunjungan di bulan April ini sudah lumayan padat. Sejumlah sekolah menjadwalkan untuk outbond di Kampung Flory. Ada yang hanya 30 siswa hingga yang 200 anak.

Di Kampung Flory yang memanfaatkan tanah kas desa, pengunjung bisa belajar mengenai dunia pertanian, mengenal jenis tanaman, bagaimana perawatannya, hingga cara menata tanaman hias di pekarangan rumah. Juga ada taman edukatif, tanaman buah/bunga dalam pot (tabulampot), sayur mayur, dan tanaman obat keluarga.

"Pohon-pohon besar yang ada di sini, pun kita beri pelang jenis namanya. Kalau untuk memedi sawah itu jumlahnya 31. Untuk menonjolkan bahwa ini merupakan dunia pertanian," katanya.

Dia mengatakan, pengunjung juga tidak perlu meragukan pengetahuan para edukator di tempat ini. Semuanya masih muda dan berlatar belakang yang beragam, namun sudah mendapatkan banyak pembekalan.

"Kami sudah dapat pembekalan dari Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Serta, dapat bantuan juga dari Provinsi DIY," katanya.

Wisata Kampung Flory dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 21.00. Tanpa ada hari libur, kecuali ketika libur besar. "Pada malam hari dari pukul 18.00 sampai 21.00, masih bisa menikmati santapan kulinernya. Di sini ada masakan khas `iwak kali` (ikan sungai)," katanya.

Harga yang ditawarkan terbilang standar untuk harga makanan disebuah restoran di kawasan wisata. Secara keseluruhan Kampung Flory dapat menjadi alternatif pilihan berwisata bersama keluarga sambil melihat tanaman hias, terapi ikan atau kegiatan outbound. 

Apa kata Menpar Arief Yahya mendengar greget dan semangat warga membangun homestay, desa wisata dengan segala kreasi yang menjadi atraksi tersendiri bagi wisatawan itu? "Bagus! Kreatif! Kompak, dan membentuk ekosistem kepariwisataan yanh makin tumbuh subur," jawab Menteri Arief.

Lebih jauh Menpar Arief menyarankan agar semua homestay dan desa wisata segera bergabunh dan mendaftar ke Indonesia Tourism Xchange (ITX) untuk digitalisasi. ITX merupakan digital market place, atau pasar online yang mempertemukan supplier dan distributor atau buyers - sellers ke dalam satu platform.

"Dengan begitu, industri pariwisata, baik homestay, desa wisata, akses, atraksi dan amenitas bisa bertemu dengan global market dari mana saja di seluruh dunia secara langsung," kata Arief Yahya. 

Mereka punya akses ke pasar internasional, baik wholeseller maupun individual travellers. Mereka akan mendapatkan fasilitas website yang sudah commerce, untuk berpromosi dan menjadi etalase bagi paket-paket wisata yang dibuat.

Mereka juga sekaligus memperoleh booking system dan payment engine. "Sehingga langsung bertransaksi via online, dan fasilitas teknologinya free," sebut mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengorkestra Harmoni dan Sinergi jadi Satu Kesatuan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler