Ramadan, Bulan Uji Solidaritas Sosial

Sabtu, 20 Agustus 2011 – 05:05 WIB

KESEDIAAN menunaikan ibadah puasa secara simbolik mencerminkan ketakwaan seorang Muslim karena ia telah patuh kepada perintah Allah SWTSecara substantif ibadah puasa juga menuntut sang pelaku agar senantiasa mengarahkan diri pada nilai-nilai kebaikan sebagai implementasi dari takwa

BACA JUGA: Tax Holiday Terbit



Disadari atau tidak, kehadiran bulan Ramadan telah mendorong kita untuk meningkatkan pengamalan ajaran-ajaran agama
Tidak heran jika setiap kali memasuki bulan Ramadan kita merasakan adanya perubahan nuansa religius di dalam kehidupan bermasyarakat

BACA JUGA: Nilai Filosofis Ibadah Puasa

Berbagai kegiatan keagamaan, seperti buka puasa bersama, salat tarawih berjamaah, kuliah subuh, dan diskusi-diskusi keagamaan digelar di berbagai tempat
Begitu pula media massa, baik cetak maupun elektronik, tampil dengan menu sajian yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan

BACA JUGA: Menjadi Tamu Terbaik Allah

Kondisi ini tentu mendorong dan mengarahkan kita pada peningkatan ketakwaan.

Selain memberikan dorongan pada diri untuk hidup secara lebih bermartabat, ibadah puasa juga mengajarkan kita untuk meningkatkan kesalehan sosial sebagai dimensi eksternal puasaHal ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk solidaritas sosial

Pertama, memberikan ifthar (hidangan berbuka puasa) kepada mereka yang berpuasaRasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka diberikan kepadanya pahala serupa yang diberikan kepada orang yang berpuasa.” (HR Tirmidzi)

Kedua, memberikan zakat fitrahZakat yang diberikan kepada fakir miskin ini memiliki kaitan erat dengan ibadah puasa yang kita jalani, yaitu sebagai penambal dari berbagai  kesalahan selama menjalani ibadah puasaDalam hadis diceritakan, Rasulullah SAW menetapkan zakat fitrah sebagai penyuci orang berpuasa dari perbuatan dan perkataan buruk serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin(HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).  

Ketiga, memperbanyak sedekah atau pemberian bantuan kepada mereka yang membutuhkanBerbeda dengan zakat fitrah yang merupakan kewajiban, sedekah merupakan anjuran yang sangat ditekankan karena dampak sosialnya sangat kuat dan positif bagi terciptanya solidaritas.

Keempat, menyegerakan zakat maal (harta)Zakat maal pada umumnya diberikan jika menuai hasil berupa panen pertanian, gaji dan honorarium, atau telah cukup hitungan satu tahun (haul) sebagaimana di bidang perdaganganRasulullah SAW bersabda, “Peliharalah hartamu dengan zakatObati orang-orang sakitmu dengan sedekahDan hadapi datangnya gelombang bencana dengan doa dan tadharru’ (rendah diri) .” (HR Abu Dawud, Thabrani, dan Baihaqi)

Kelima, membayar fidyah bagi orang-orang yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa suatu sebab yang tidak dapat dihilangkan, seperti sakit permanenMereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak perlu mengganti pada hari  lain, tetapi cukup membayar fidyah atau memberikan makan kepada orang miskinAlllah SWT berfirman, “…Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin….” (QS Al-Baqarah: 184)

Kesalehan sosial dalam bentuk solidaritas sosial tidak dapat dilepaskan dengan kesalehan individualApabila secara spiritual ibadah puasa telah memberikan pengaruh positif bagi kita, maka rasa kemanusiaan dalam diri kita pun akan kian besarBegitu pula sebaliknya jika ibadah puasa kita tidak memberikan pengaruh apa-apa pada aspek spiritual tentu juga tidak akan membuat rasa kemanusiaan dalam diri kita menjadi besar.

Di dalam kondisi masyarakat yang tengah dihimpit berbagai kesulitan hidup, puasa memiliki pesan solidaritas sosial yang maha pentingKarena itu, ibadah puasa jangan hanya dimaknai sebagai sarana untuk meningkatkan kesalehan individu, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kesalehan sosialArtinya kesalehan diri dapat mendorong kita untuk membantu sesama

Jadi, marilah kita maksimalkan kesempatan ibadah puasa Ramadan kali ini sebagai momen untuk saling membantu sesama, terutama saudara-saudara kita yang kekurangan (mustadh’afin)Dengan modal solidaritas inilah, umat Islam akan mencapai kesejahteraan bersama tanpa terjebak pada perbedaan statusKaya dan miskin adalah suatu kemestian hidup yang seharusnya mendorong solidaritas untuk saling melengkapi dan menyantuni(*)


*Penulis adalah Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puasa dan Korupsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler