jpnn.com - BARUSAN berlalu sebuah event, inovasi pelayanan publik tingkat nasional.
Itu adalah sebuah simposium dan pameran yang menampilkan inovasi para pelaku penyedia layanan masyarakat yang digelar di Sidoarjo, Jawa Timur sebuah kabupaten yang disebut sebagai Window of the East Java Province.
BACA JUGA: Perdebatan Atribut Islam Nusantara ala Jokowi
Pada pameran tersebut, berbagai instansi pusat, daerah, maupun badan usaha berlomba untuk menampilkan berbagai inovasi yang telah dilakukan demi peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam sambutannya, seperti biasa dengan ciri khasnya yang bergaya Jawa Timuran, menyampaikan bahwa inovasi layanan publik menunjukkan peningkatan kualitas layanan masyarakat dan merupakan upaya pencegahan perbuatan korupsi bila dilaksanakan.
BACA JUGA: Penentuan Awal Ramadan Kamis, 18 Juni 2015 Berpotensi Bersamaan
Itu merupakan perwujudan clean government.
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi juga menekankan, saban tahun setiap instansi harus punya inovasi.
BACA JUGA: Dari Bekasi Jam 8 Malam, Jam 7 Pagi Masih di Cikampek
Dia juga mengamini hal yang disampaikan Pakde Karwo.
Para pelaku layanan masyarakat kini saling berkompetisi dengan berbagai inovasi guna memberikan berbagai kemudahan kepada masyarakat dalam mewujudkan kebutuhan masyarakat memperoleh hak layanan dengan mudah, cepat, tidak bertele-tele, dan yang murah tanpa embel-embel biaya lain-lain.
Selayaknya hal seperti itu diapresiasi untuk mendorong semakin tumbuhnya inovasi dalam pelayanan masyarakat.
Mereka berupaya untuk melepaskan diri dari rutinitas dan menumbuhkan kreativitas. Sudahkah berbagai inovasi tersebut memberikan kepuasan kepada masyarakat?
Penilaian kualitas layanan bergantung pada tiga hal. Yakni, institusi penyedia layanan, sistem layanan, dan masyarakat pengguna layanan.
Ketiganya harus terpadu sehingga sistemnya berjalan sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan. Masyarakat tinggal menunggu kesungguhan penyedia layanan dalam memanfaatkan sistem yang dibuat sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pengguna layanan.
Itulah hakikat inovasi layanan publik. Kita sudah memasuki Ramadan lagi.
Masyarakat menyambutnya dengan semangat yang kurang lebih sama seperti Ramadan lalu. TV juga sama seperti tahun lalu. Banyak ditawarkan barang yang belum tentu dibutuhkan, namun oleh produsen dibuat agar masyarakat menjadi ingin membeli barang tersebut.
Percakapan dan perdebatan yang sering muncul di layar kaca maupun di media cetak berkutat pada masalah yang juga tidak jauh berbeda dari tahun lalu.
Masalah naiknya harga telur, gula, beras, dan kebutuhan pokok lainnya juga menjadi sesuatu yang rutin terjadi pada Ramadan.
Instansi pemerintah dan perusahaan swasta mengagendakan banyak kegiatan yang bertajuk buka puasa bersama. Khas Ramadan.
Tidak berbeda Ramadan tahun lalu. Seolah Ramadan merupakan rutinitas yang hambar dan tanpa inovasi. Mampukah kita pada Ramadan ini menumbuhkan inovasi dengan kreativitas ibadah kita?
Ramadan merupakan kesempatan bagi kita untuk melepaskan rutinitas dan menumbuhkan inovasi dalam beribadah.
Saatnya menumbuhkan inovasi dan meningkatkan kreativitas guna meningkatkan kualitas layanan ibadah.
Jika rutinitas kita pada Ramadan sekadar tidak makan tidak minum pada siang serta menggantinya dengan sahur dan berbuka, dalam Ramadan ini seharusnya ditingkatkan dengan menghindari kesombongan, menganggap diri lebih tinggi daripada orang lain, menghindari kebohongan, serta menghindari gibah dan menyakiti sesama.
Dalam Hadis Qudsi disebutkan bahwa Allah menisbatkan ibadah saum kepada diri-Nya, ”Sesungguhnya, ia adalah untuk-Ku.”
Balasan ibadah saum merupakan rahasia Allah dengan hamba-Nya. Bila diibaratkan puasa Ramadan sebagai sebuah layanan (baca layanan ibadah), bukankah
keberhasilan sebuah layanan bergantung pada tiga hal, penyedia layanan, sistem layanan, dan pengguna layanan.
Allah SWT merupakan pengguna layanan yang menilai kualitas layanan ibadah kita.
Sistem layanan ibadah juga sudah baku karena sudah diatur dalam Alquran Surat Al Baqarah 183–185 dengan berbagai hadis yang menguraikan tentang saum.
Kita diposisikan sebagai penyedia layanan yang harus terus melakukan inovasi dan menumbuhkan kreativitas dalam ibadah Ramadan. (awa/opi/jpnn)
Sigit Setyawan
Kepala Dinas PU Bina Marga Sidoarjo
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiket KA Online Dinilai Efektif
Redaktur : Tim Redaksi