Ramalan IMF Bikin Ketar-ketir, Pemerintah Pasang Kuda-Kuda

Kamis, 14 Oktober 2021 – 16:30 WIB
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) tampak di kantor pusatnya di Washington. Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan menyatakan terus mewaspadai berbagai risiko global belakangan ini.

Pasalnya, International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dari prediksi Juli sebesar 3,9 persen menjadi 3,2 persen atau turun 0,7 persen.

BACA JUGA: Syarief Hasan: Bantuan IMF Tetap Utang yang Membebani Rakyat

Selain itu, IMF juga menurunkan proyeksi pada negara ASEAN-5 lain, yakni Thailand satu persen atau turun 1,1 persen, Malaysia 3,5 persen atau turun 1,2 persen, Filipina 3,2 persen atau turun 2,2 persen dan Vietnam 3,8 persen atau turun 2,7 persen.

IMF turut menurunkan proyeksinya terhadap ASEAN-5 dengan laju pertumbuhan pada tahun ini hanya akan mencapai 2,9 persen atau turun 1,4 persen dengan penyebaran varian Delta menjadi faktor utama.

BACA JUGA: Dana SDR dari IMF Seperti Utang Pada Krisis 1998?

Kendati demikian, koreksi pada proyeksi ekonomi Indonesia dinilai tidak terlalu dalam ketimbang negara di ASEAN lainnya.

“Pemerintah Indonesia terus mewaspadai berbagai risiko global. Pandemi menjadi fokus perhatian pemerintah hingga saat ini,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu di Jakarta, Rabu (14/10).

BACA JUGA: Cadangan Devisa Negara Agustus Menanjak, Ada Campur Tangan IMF

Menurut Febrio, risiko global yang sedang dipantau saat ini meliputi pemulihan yang tidak merata karena ketimpangan vaksin, perkembangan mutasi COVID-19, inflasi, volatilitas pasar keuangan, serta menurunnya stimulus ekonomi di berbagai negara.

"Terjadinya global supply disruption yang berpotensi mendorong stagflasi global yaitu terjadinya tekanan inflasi tinggi yang dibarengi dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi," beber dia.

Risiko-risiko ini juga membuat IMF menurunkan proyeksi ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi enam persen atau turun satu persen.

"Penurunan proyeksi AS didorong isu gangguan supply yang ditandai naiknya tekanan inflasi dengan rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir sehingga konsumsi mengalami perlambatan di triwulan III," beber Febrio.

Kemudian, ekonomi China menjadi delapan persen atau turun turun 0,1 persen.

Penurunan proyeksi pertumbuhan China disebabkan pengurangan investasi publik dan pengetatan regulasi di sektor properti.

Febrio menjabarkan pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan pada tahun ini diprediksi sebesar 5,9 persen atau turun 0,1 persen dari 6 persen yang merupakan proyeksi pada Juli.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 tidak berubah yaitu di level 4,9 persen," kata dia.

Oleh sebab itu, IMF memberikan rekomendasi penguatan kebijakan untuk kerja sama multilateral dalam upaya akselerasi dan pemerataan vaksinasi serta mitigasi perubahan iklim.

Febrio mengatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan kapabilitas dalam penanganan pandemi melalui berbagai kebijakan seperti PPKM, peningkatan 3T, akselerasi vaksinasi, serta disiplin 5M.

Realisasi akselerasi vaksinasi per 12 Oktober 2021 telah mencapai 157,93 juta dosis atau 28,87 persen terhadap populasi meliputi dosis pertama sebanyak 100,32 juta dosis atau 36,68 persen dan dosis kedua 57,61 juta dosis 21,06 persen.

Pemerintah pun meyakini momentum pemulihan ekonomi akan terus berlanjut seiring perbaikan kondisi pandemi.

"Akselerasi vaksinasi yang akan terus didorong, serta dukungan berbagai kebijakan yang supportif dan terukur,” tegas Febrio. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler