Rancang Fly Over Lewati Kuburan

Jumat, 20 Desember 2013 – 07:41 WIB

BOGOR – Rencana penggusuran 1.700 kuburan di TPU Gununggadung Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, akibat rencana pembangunan jalan Bogor Inner Ring Road (BIRR),  dipertimbangkan kembali.
    
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor sedang membuat alternatif agar tidak menggusur kuburan para leluhur etnis Tionghoa itu. Salah satunya membuat fly over (Jalan layang,red), sehingga tidak menggusur makam secara keseluruhan.
    
Kasubid tata ruang Bappeda Kota Bogor, Sutiyoso Subarka menjelaskan, salah satu cara adalah dengan membuat jalan Fly Over diatas makam tersebut. Sehingga, hanya sebagian makam yang digusur atau dipindahkan. “Karena akan digunakan sebagai tiang pancang,” katanya kepada Radar Bogor (Grup JPNN), kemarin.
    
Berdasarkan perhitungan secara geometri, kata dia, sangat sulit jika kondisi jalan dipindahkan, atau rutenya digeser, karena akan merubah posisi geometris jalan tersebut.

“Awalnya Sekda sempat menganjurkan agar tidak melewati makam. Namun, dengan cara memutar, tapi itu sulit karena geometruinya tidak bagus,” ucapnya.
    
Dia mengakui proyek BIRR juga akan melewati mesjid dan puskesmas. “Kalau tidak salah mesjid di Kelurahan Harjasari, detailnya ada di Binamarga,” ujarnya. Menurutnya, rencanan pembangunan BIRR dibutuhkan anggaran Rp 20 miliar. “Kami selalu terkendala dengan pembiayaan, namun kami targetkan, pada 2014 sudah bisa dikerjakan,” katanya.

BACA JUGA: Ngantuk, Tiga Orang Kritis

Apalagi, kata dia, jika pembangunan frontage (jalan sambung, red) antara R3 dan BIRR bisa diselesaikan di akhir tahun ini.
    
Terpisah, Anggota  Komisi C DPRD Kota Bogor Budi Sulistio menilai,  harusnya pemkot dalam membuat jalan memilih titik efisien, yang tidak mengambil cost tinggi. Trase jalan, serta desain jalan pada pembangunan BIRR seharusnya disiapkan alternatif lainnya. “Dilihat uang paling efisien dan ekonomis serta tidak menimbulkan konflik,” katanya.
    
Secara teknis, kata dia, pemkot bisa melihat dan mengkaji kembali peta topografinya, yaitu, melihat ketinggian. Apakah jalan itu bisa  dibelokan, menembus gunung ataupun dipangkas.  “Dari itulah kemudian dipilih nilai mana yang paling ekonomis,” pungkasnya.(Ind/c)

BACA JUGA: PT KAI Abadikan Tiga Nama Pegawai Korban Tragedi Bintaro

BACA JUGA: Persoalkan Penjualan Tanah Gereja Cagar Budaya ke TNI

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswi Korban Dugaan Ulah Sitok Bakal Diperiksa di Kampus UI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler