Menjadi pengusaha beromzet miliaran rupiah tak harus menunggu tuaRangga Umara membuktikannya
BACA JUGA: Ingin Cetak Sejarah Baru di Thailand, Partai Thaksin Calonkan si Cantik Yingluck Shinawatra
Lelaki 31 tahun itu kini bisa mengantongi Rp 2,8 miliar per bulan dari bisnis makananAGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
Sebuah mobil Toyota Fortuner hitam berpelat nomor B 17 ELA berhenti di pelataran parkir gerai Pecel Lele Lela di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Kamis lalu (2/6)
BACA JUGA: Arsenal Didukung Imigran, Spurs Jadi Basis Suporter Yahudi
Fortuner tersebut terasa istimewa dengan nomor polisi spesialBACA JUGA: Tersinggung Solo Disebut Surga Teroris, Atilah Soeryadjaya Pentaskan Tari Kolosal
"Hampir semua mobil saya, huruf belakangnya ELAKan sesuai sama jualannya, Lela," ujar Rangga, lantas tersenyum.Pengusaha muda itu sehari-hari selalu tampil segar dan wet lookRambutnya ditata bergaya spikeDia mengenakan kemeja dengan satu kancing teratas tidak dikancingkan dan celana jinsJenggotnya pun rapi
"Penampilan juga harus diperhitungkanMasak, mentang-mentang pengusaha, terus penampilannya acak-acakanKita harus memantaskan diri kita juga," kata dia, lantas tersenyum.
Pecel Lela merupakan usaha yang dikembangkan oleh Rangga sejak 2007Saat ini dia sudah memiliki 32 cabang di Bandung dan JakartaDia menarget, sebelum bulan puasa, delapan cabang lagi akan berdiriOmzetnya kini mencapai Rp 2,8 miliar per bulan"Total akan ada 40 cabang sebelum masuk Ramadan," tutur dia
Nama Lela bukan nama kakek, orang tua, atau saudara RanggaLela adalah akronim dari lebih laku atau lebih laris"Itu bisa menjadi doa juga, kan," ucap dia.
Rangga memulai usaha tersebut saat masih berusia 27 tahunSaat itu dia menggeluti bisnis tersebut sebagai sampinganSebab, dia sudah punya pekerjaan rutin di bagian marketing communication sebuah developer apartemenKarena masih sampingan, usaha tersebut tidak terlalu optimalNamun, ayah Razan Muhammad Ichsan, 4, dan Ghanny Adzra Umara, 2, itu tetap mempunyai impian bahwa suatu saat dirinya akan berfokus di usaha tersebut.
Keinginan Rangga terjawabDeveloper tempatnya bekerja seret orderSejumlah karyawan terancam pemutusan hubungan kerja (PHK)Rangga termasuk karyawan yang berada dalam daftar PHK"Sebelum di-PHK, mending saya keluar," ungkap dia.
Rangga akhirnya keluarPadahal, saat itu dia sudah punya tanggunganYakni, istri dan anak pertamanyaNamun, dia tetap nekat membuka usahaSebab, menurut dia, usaha adalah satu-satunya jalan untuk menjadi kayaJadi karyawan apa pun, ungkap dia, tidak bisa menjadikan seseorang kaya.
Masa-masa awal membuka usaha adalah "masa-masa berdarah" bagi RanggaSebab, saat itu dia belum benar-benar memahami bisnisSemuanya dilakukan dengan belajar seadanyaMulai mendatangkan koki, menggambar logo Pecel Lele Lela, hingga mengelola keuangan.
Pada masa-masa awal, satu gerai Pecel Lele Lela menghasilkan keuntungan bersih sampai Rp 3 jutaNamun, karena banyaknya pengeluaran kecil, keuntungan itu tak terasaKeuangan keluarga justru minusSampai-sampai Rangga bersama istri, Siti Umairah, dan anaknya diusir keluar kontrakan karena tidak kuat bayar.
"Saat itu saya pulang ke rumah kontrakan malam-malamTernyata, di luar sudah banyak barangDi situ ada tulisan dari istri, katanya dia diusir dari kontrakanDia mengungsi ke rumah mertua bersama anak saya," ucap dia.
Kejadian tersebut betul-betul memukul RanggaSampai-sampai mertua menegur karena Rangga dianggap tidak mampu membahagiakan anaknya"Saya mengevaluasi total semua usaha saya," tegas lulusan STMIK Bandung tersebut.
Sejak saat itu, Rangga mengubah persepsinyaSebelumnya, dia selalu mengesampingkan urusan keluarga dengan alasan bisnisBukan hanya urusan membayar uang kontrakan, tapi juga perhatian dan waktuLogika yang dia pakai saat itu terbalik"Keluarga tetap yang pertama, setelah itu baru bisnisKalau kita sukses mengelola keluarga, bisnis akan ngikut," ucap dia.
Setelah itu, Rangga membenahi semua manajemen rumah makannyaApalagi, saat itu dia bertemu dengan salah seorang teman lama yang bekerja di sebuah waralaba internasional bidang ayam gorengDia memberikan banyak saran kepada Rangga"Dulu tidak ada biaya konsultasiDia cuma saya kasih uang transpor," ungkap dia.
Rangga kemudian belajar tentang banyak hal dari rekannya ituSecara perlahan, bisnisnya mulai tumbuhDia juga memberikan waktu lebih untuk keluargaSaat keuntungan satu cabang belum optimal, dia memberanikan diri membuka gerai-gerai lain
"Kalau satu cabang belum untung, jangan takut buka cabang lainSatu cabang tidak untung, itu bisa disebabkan lokasi, orang-orang di cabang tersebut, dan lain sebagainyaBisa jadi cabang yang rugi akan ditopang cabang lain," beber dia.
Usaha Rangga mengalami titik balikSukses membenahi manajemen, keuntungan-keuntungan mulai diraupMenurut Rangga, kunci membuka usaha adalah manajemen efektifBanyak warung atau rumah makan yang kelihatannya ramai, tapi ternyata keuntungannya sedikit, bahkan "uangnya tidak kelihatan"Mereka yang mengurusi manajemen harus orang yang paham tentang manajemen rumah makan
Karena itu, Rangga merekrut sejumlah pegawai waralaba rumah makan untuk mengelola cabang-cabangnyaDari 32 cabang yang dia miliki, 50 persen kepala cabang dijabat eks manajer waralaba terkenal tersebutGeneral manager operasional dan direktur operasional juga didatangkan dari waralaba ituMemang ongkosnya lebih mahal"Tapi, berbanding lurus dengan efisiensinya," papar dia.
Rangga menuturkan, salah satu kuncinya adalah dream bookItu adalah buku yang berisi tulisan tentang impian-impian yang dia raihDi buku tersebut, dia tuliskan obsesi, ambisi, sampai capaian-capaian yang ingin diraih"Saya menulis sejak kuliah," ungkap dia.
Di buku itu, dia sebutkan apa pun keinginannyaMulai ingin seperti apa usahanya di masa depan hingga target keuntunganDream book tersebut tidak kaku dipraktikkan, bahkan bisa selalu direvisi atau di-update sesuai dengan kondisi terkiniYang penting, dream book harus konkret dan logis"Jangan
konyol-konyolanMisalnya, ingin mobil Mercy, tapi tidak ditulis caranya bagaimanaIngin usaha kayak apa atau income berapa," ucap dia.
Rangga mengatakan, menulis dream book memang tampak sepeleNamun, itu justru sangat efektif untuk membentuk semangat dan menarik sinyal-sinyal positif di sekitarnya agar impiannya tercapai"Dalam penelitian selama sepuluh tahun di Harvard University, mereka yang menulis keinginan dalam buku memiliki penghasilan sepuluh kali lebih besar daripada yang tidak," terang dia.
Selain itu, imbuh Rangga, menulis keinginan memengaruhi otak bawah sadar untuk mewujudkannyaSyaratnya, tulisan tersebut harus tulisan tanganBukan ketikan di komputer atau laptop, kemudian dicetak"Diketik boleh, tapi setelah itu harus ditulis ulang," tegas dia(c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapten Persema Bima Sakti, Konsisten di Usia Senja
Redaktur : Tim Redaksi