Rano Karno Sampai Gebrak Meja

Sabtu, 01 Oktober 2016 – 17:06 WIB
Rano Karno pada pertemuan para aktivis dan relawan anti-dinasti korup di Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (1/10). Foto: ist for JPNN


 CIPUTAT – Rano Karno mengaku menghadapi banyak rintangan, bahkan ancaman, selama satu tahun menjadi gubernur Banten. 

Tantangan berat, lantaran Banten merupakan provinsi yang sejak berdirinya tak lepas dirundung isu korupsi, mesin birokrasi yang macet, dan pembangunan yang nyaris tak bergerak. 

BACA JUGA: Ridwan Saidi Sebut Ahok Bikin Sakit Telinga

"Kalau saya nggak gebrak meja, tidak mungkin pembangunan jalan Saketi-Malimping itu terlaksana. Sudah sekian tahun masyarakat selatan menderita ketertinggalan," tegas Rano Karno pada pertemuan para aktivis dan relawan anti-dinasti korup di Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (1/10).

Rano Karno dilantik menjadi Gubernur Banten pada Oktober 2015 menggantikan posisi Ratu Atut Chosiah yang dijebloskan ke dalam penjara karena terjerat kasus korupsi.

BACA JUGA: 9 Fakta Unik di Balik Kekalahan Telak Ahok-Djarot Hari Ini

Rano Karno bergerak cepat melakukan pembenahan. Tantangan terberat yang ia hadapi adalah budaya birokrasi paternalistik dan korup.

Salah satu upaya serius yang dilakukan Rano Karno untuk mempercepat kebangkitan provinsi yang lahir tahun 2000 ini adalah meningkatkan pembangunan infrastruktur. 

BACA JUGA: Adu Strategi di Tanah Betawi, Ahok-Djarot Kalah Hari Ini

Rano Karno secara langsung menyampaikan kepada Presiden Jokowi agar menempatkan pembangunan infrastruktur strategis di wilayah Banten. Hasilnya, 12 proyek insfrastruktur nasional dilakukan di Banten.

"Saya minta pada Presiden untuk memberikan 12 proyek nasional. Tahun ini tol Serang-Panimbang. 4 jalan tol, 2 bendungan, 2 bandara, Soetta dan Panimbang," jelas Rano.

Terkait dengan maraknya korupsi, Rano Karno secara khusus meminta KPK masuk ke Banten untuk mengawasi para pemangku kebijakan dan unit-unit layanan publik. Walhasil, saat ini KPK membuka kantor di Serang.

Komitmen Rano Karno melawan korupsi dan politik dinasti di wilayahnya juga dibuktikan dalam proses pencarian calon wakil gubernur yang akan mendampinginya pada Pilkada 2017. 

Secara sadar ia menyingkirkan semua calon potensial yang berasal dari kerabat dinasti ataupun mereka yang memiliki kedekatan dengannya. Rano kemudian memilih Haji Embay Mulya Syarif. Haji Embay adalah salah satu pendiri Provinsi Banten.

Rano Karno bercerita, suatu malam ada kelompok yang ingin mengajukan cawagub dari keluarga dinasti.

"Permintaan ini ditolak secara tegas oleh Rano. "Kalau harus gabung dengan mereka, lebih baik saya mundur, lebih baik saya tidak jadi gubernur. Lebih baik kembali jadi supir oplet," kenangnya.

Rano Karno mengaku sangat sadar tentang risiko yang ia hadapi. Tapi dia tak surut. "Saya wakafkan nyawa saya untuk Banten. (rl/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Bagus, Tapi Rakyat Mau Pemimpin Tak Mondar-mandir Tipikor dan KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler