jpnn.com, PALEMBANG - Sebanyak 878 ekor babi ternak mati mendadak di kawasan Talang Buruk Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Pemerintah Kota Palembang tengah menyelidiki kasus kematian babi yang diduga terserang penyakit demam babi afrika atau Africa Swine Faver (ASF) tersebut.
BACA JUGA: Virus Flu Babi Bisa Menjadi Pandemi, Benarkah?
Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palembang, drh Jafrizal di Palembang, Jumat, mengatakan telah mengirimkan sampel swab ke Balai Veteriner Lampung untuk diuji sembari menyelidiki dugaan 878 ekor babi tersebut masuk secara ilegal.
"Hari ini sampelnya baru dikirim, mungkin pekan depan hasilnya sudah keluar, di Palembang kasus kematian mendadak babi dalam jumlah banyak seperti ini baru pertama kali ini terjadi," kata Jafrizal yang juga Kepala Otoritas Veteriner Kota Palembang.
BACA JUGA: Usai Menyuruh Istri Tidur Duluan, Sang Suami Nekat Berbuat Terlarang di Teras Rumah
Dugaan penyakit Demam Babi Afrika menurutnya berdasarkan tanda fisik tubuh babi saat mati dari keterangan peternak, yakni pendarahan pada bagian telinga, bawah kulit dan kaki.
Menurut laporan peternak, semula beberapa ekor babi mati pada Maret 2020, namun peternak menganggapnya hal biasa, barulah pada akhir Mei ratusan babi mati mendadak dengan gejala serupa sehingga peternak menginformasikan ke pihak terkait.
Tetapi ratusan bangkai babi tersebut langsung dikuburkan oleh peternak agar tidak meluas, sehingga petugas tidak sempat mengambil sampel langsung dari babi, namun sampel swab kandang seperti air minum babi dan kotorannya masih dapat diambil untuk diuji.
Menurutnya, probabilitas kematian babi yang disebabkan demam babi afrika memang terbilang tinggi, namun tidak sampai menular ke manusia seperti flu babi (H1N1) dan masyarakat tidak perlu khawatir.
Selain mengirimkan sampel, pihaknya juga menyelidiki asal datangnya babi sebab peternak hanya mengambil dari pengepul dan pengepul tersebut belum bisa digali keterangannya sehingga diduga masuk secara ilegal.
"Kami tanyakan babi-babi itu ada surat izinnya atau tidak, karena kalau ada suratnya pasti Dinas Peternakan Sumsel mengizinkan dan harus lewat rekomendasi kami, tetapi selama ini kami tidak pernah terima rekomendasi untuk masuknya babi itu," jelas Jafrizal yang masih menjabat sebagai Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia Sumsel.
Ia memperkirakan babi yang mati mendadak itu berasal dari Medan atau lampung, sebab dua wilayah tersebut sudah ada temuan kematian babi akibat ASF yang lebih besar jumlahnya.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budi