jpnn.com, MOJOKERTO - Sejumlah pendaki Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng, Kabupaten Mojokerto, Jatim harus dilarikan ke UGD puskesmas setempat kemarin.
Pendaki yang datang dari berbagai daerah tersebut menjadi korban serangan sekaligus sengatan lebah jenis apis dorsata atau tawon gung saat turun dari puncak Gunung Pawitra.
BACA JUGA: Khansa Syahla, Si Cilik yang Taklukan Gunung Carstensz
Risti, 19, salah seorang korban, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 12.00.
Saat itu, dia bersama rekannya, Fata Wijaya, 25, hendak turun dari puncak Gunung Penanggungan setelah menginap semalam.
BACA JUGA: Kang HW Siap Tancapkan Merah Putih di Kutub Selatan
Apes, di tengah perjalanan, tepatnya di antara pos 5 dan 4, mereka malah menjadi korban serangan ratusan hingga ribuan lebah.
"Awalnya saya dengar suara minta tolong dari bawah, dan tidak tahu kalau ada serangan lebah. Saya mau menolong, tapi malah ikut-ikut jadi korban, " kata Risti kepada Jawa Pos Radar Mojokerto di pos 1 pendakian Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas.
Hampir semua bagian tubuh korban menjadi sasaran sengatan lebah.
Bahkan, inisiatif keduanya untuk mengusir lebah dengan menyalakan api gagal.
"Lebahnya malah makin banyak dan tak mau pergi. Pokoknya, ada sekitar sepuluh sengatan," tutur warga asal Mojoagung, Kabupaten Jombang, tersebut.
Akibat sengatan lebah beracun itu, tubuh korban bentol-bentol, nyeri, dan sedikit demam.
Kendati sudah dilakukan pertolongan pertama dengan diolesi minyak tawon, mereka masih merasakan sakit di sekujur tubuh.
Sesekali, mereka mual-mual, pusing, dan panas luar dalam.
"Banyak disengat di bagian tangan, lengan, dan punggung," ungkapnya.
Demikian halnya dengan Fata Wijaya. Dia mengalami banyak sengatan dari lebah hutan tersebut.
Sebelum dirawat medis, beberapa kali Fata mual-mual dan kesakitan di sekujur tubuh. "Dalam tubuh serasa panas semua," jelasnya.
Untung, sakit yang dialami Fata tidak separah pendaki lain yang sama-sama menjadi korban sengatan lebah.
"Saya tadi (kemarin, Red) masih bisa jalan sendiri ke bawah. Kalau lainnya ditandu," ujarnya.
Ketua LMDH Desa Tamiajeng Jamil, 64, menyatakan bahwa, dari data yang ada, setidaknya ada delapan pendaki yang menjadi korban serangan lebah di Gunung Penanggungan.
Di antara delapan korban itu, hingga pukul 17.15 kemarin, masih ada empat korban yang dievakuasi dan dilarikan ke UGD Puskesmas Trawas.
Mereka adalah Risti dan Fata Wijaya, pendaki asal Mojoagung, Jombang; Khozinul, 17, asal Malang; dan Hari, 36, asal Probolinggo.
"Empat korban lagi masih dievakuasi petugas SAR Penanggungan," ungkapnya.
Rila Dianita, perawat Puskemmas Trawas, menjelaskan bahwa empat korban tersebut sudah dirawat medis.
"Sekarang sudah bisa ditangani," ujarnya.
Namun, mereka masih merasakan sakit di seluruh tubuh akibat sengatan lebah.
Di antaranya, di bagian tangan, kepala, lengan, pinggang, dan kaki. "Korban masih pusing, mual, dan panas. Apalagi, jenis lebah ini beracun," katanya.
Sebelumnya, satu warga setempat dikabarkan meninggal setelah diserang lebah serupa di area Gunung Penanggungan.
"Untung, korban-korban ini langsung ditangani. Karena reaksi sengatan lebah ini bisa langsung bisa tidak. Korban sebelumnya juga begitu. Sempat dirawat dan dibawa pulang, tapi akhirnya meninggal dunia," pungkasnya. (ori/ris/c21/diq/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia