jpnn.com, BATAM - Polisi menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian Riski, 3, dengan menghadirkan langsung pelaku Andre Ripakarti, Selasa (5/3).
Reka ulang yang digelar di lokasi kejadian di Jalan Flamboyan, Blok VI, Lubukbaja, Batam, menampilkan 27 adegan.
BACA JUGA: Pekerja Galangan Kapal di Batam Tewas Tertimpa Mesin Pompa Minyak
Dalam reka ulang itu, terungkap cara sadis Andre menghabisi anak pacarnya tersebut. Termasuk saat dia menginjak dan memukul anak pertama Siti Margareta itu.
Dari 27 adegan yang diperagakan, sembilan adegan di antaranya merupakan adegan penganiayaan terhadap Muhammad Riski, yang dilakukan pada pagi hari dan siang hari.
BACA JUGA: Pengusaha Minta Pemerintah Pusat Kaji Ulang Penerapan KEK di Batam
Reka adegan dimulai saat Andre baru pulang mengantar Siti Margareta untuk bekerja sekitar pukul 05.00 WIB. Usai mengantar Siti, Andre kemudian menjemput Riski di rumah Jumaidah Sembiring.
Usai menjemput Riski, dia langsung membawa Riski ke kosan tempat tinggal mereka di Jalan Flamboyan Blok VI.
BACA JUGA: Pemilik Gudang Kosmetik Ilegal Ini Terancam Dihukum 15 Tahun Penjara
"Setelah di kamar kosan, korban rewel dan nangis mau bertemu mamanya. Saat itu, pelaku kesal dan menganiaya korban," ujar Kapolsek Lubukbaja Kompol Yunita Stevani di sela rekonstruksi.
Pada adegan penganiayaan pertama terjadi pada adegan ke-4. Andre sempat mencoba menenangkan Riski dengan membuka bajunya dan membaringkannya di lantai. Saat itu, Riski masih menangis hingga Andre menginjak leher Riski selama beberapa detik.
Usai menginjak leher Riski, pada adegan ke-5, Andre kembali menginjak perut Riski dengan menggunakan tumit kakinya sebanyak tiga kali, hingga Riski mengerang kesakitan. Akibat injakan di bagian perut itu, Riski mengalami muntah.
Pada adegan ke-6 dan ke-7, Andre mencoba membersihkan bekas muntahan Riski. Kemudian dilanjutkan pada adegan ke-8, Andre kembali menganiaya Riski yang saat itu sedang baring dalam keadaan terlentang. Kali ini, Andre memukul bagian mata Riski dengan tangannya. Kemudian Andre membalikkan badan Riski menjadi telungkup.
Saat telungkup itu, Andre kembali menginjak pada bagian pinggang Riski sebanyak tiga kali. Saat diinjak pada bagian pinggang itu, Riski sampai mengeluarkan kotoran (buang air besar).
Andre kembali membalikkan badan Riski dan menginjak bagian paha kiri dan kanan sebanyak tiga kali. Andre sempat melihat ke dalam celana Riski dan mengetahui sang anak BAB. Namun, Andre tidak membersihkannya dan meninggalkan Riski dalam keadaan kamar terkunci.
Sekitar pukul 12.00 WIB, Andre kembali pulang ke kosannya dan melihat Riski masih dalam keadaan tertidur. Andre kemudian membangunkan Riski untuk mengajaknya makan siang. Namun, setelah terbangun, Riski kembali merengek minta untuk bertemu dengan ibunya.
Andre pun kembali kesal dengan suara tangisan Riski. Penganiayaan kedua pun kembali terjadi. Saat itu, Andre kembali menginjak leher Riski selama beberapa detik pada adegan ke-19. Riski sempat meronta-ronta dengan menggerakkan kakinya. Namun hal itu tidak dihiraukan Andre.
Setelah itu, Andre kembali membalikkan tubuh Riski yang sudah mulai lemas. Saat dalam keadaan tertelungkup, Andre kemudian membenturkan kepala Riski ke lantai sebanyak dua kali. Penganiayaan itu pun berhenti setelah ibu korban, Siti Margareta pulang ke kosan mereka.
Saat melihat ke dalam kamar, Siti melihat anak laki-lakinya itu sudah dalam keadaan terbaring lemas di atas kasur. Kemudian, Andre meminta kepada Siti untuk membersihkan kotoran dari dalam celana Riski.
Saat itu, Riski sempat memanggil ibunya itu satu kali, tapi setelah digendong dan dibawa keluar kamar, kondisi Riski sudah mulai lemas dan nafasnya mulai satu-satu.
Siti kemudian berteriak membangunkan Riski. Teriakan itu pun mengundang tetangga kamar kosan mereka. Tetangga kosan mereka melihat kondisi Riski yang lemas selanjutnya membawa Riski ke Rumah Sakit Santa Elisabeth, Lubukbaja.
Rekonstruksi pun kemudian diakhiri dengan Andre membawa Riski ke Rumah Sakit Santa Elisabeth dengan menggunakan sepeda motor Ketua RT setempat, Lisman Siregar.
Dari hasil rekonstruksi dan pendalaman penyidik, Kapolsek memastikan tidak ada temuan baru. Motif pembunuhan yang dilakukan Andre terhadap anak pacarnya tersebut karena emosi melihat Riski yang terus menangis mencari ibunya. Sehingga membuat Andre kesal dan melakukan penganiayaan.
"Motif pelaku melakukan kekerasan terhadap korban adalah dia benci terhadap anak tersebut. Mungkin karena anak ini sering nangis cari ibunya. Dari hasil autopsi kemarin ditemukan bahwa selaput rongga perut koyak hingga terjadi pendarahan yang hebat," kata Kapolsek.
Mengenai kondisi kejiwaan tersangka, Yunita mematikan bahwa pihaknya sudah melakukan pemeriksaan di Polda Kepri. Namun, untuk hasil pemeriksaan itu pihaknya belum mendapatkan hasil pemeriksaannya dari bagian SDM Polda Kepri.
Sementara itu, ibu korban Siti Margareta tidak henti-hentinya menahan isak tangis pada saat rekonstruksi itu. Ia tidak menyangka jika Andre berbuat kejam terhadap anaknya. Siti berharap, penegak hukum bisa menjatuhi hukuman yang setimpal kepada Andre atas apa yang telah ia lakukan kepada Riski.
"Saya minta itu dihukum seberat-beratnya. Dia selama ini baik sama anak saya, selama ini biasa-biasa saja. Tidak tahu dia sama anak saya ini. Baru tahu itu lah kejadiannya," ujarnya terisak.
Di berita sebelumnya, bocah berusia 3 tahun bernama Muhammad Riski tewas setelah dianiaya pacar ibu kandungnya, Andre Ripakartini pada Kamis (21/2) lalu. Sebelum tewas, Andre sempat membawa Riski ke Rumah Sakit Santa Elisabeth, Lubukbaja. Namun nyawa Riski tidak tertolong.(egi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BP Batam Pastikan Segera Benahi Pelabuhan Batuampar
Redaktur & Reporter : Budi