jpnn.com - JAKARTA - Nama Rusdi Kirana kian dikenal publik. Keberhasilannya membawa maskapai penerbangan Lion Air di puncak kesuksesan mulai diperhitungkan di dunia bisnis dan politik.
Kepopuleran Chief Executive Officer (CEO) Lion Air itulah yang membuat Partai Demokrat (PD) mengundangnya sebagai calon peserta konvensi. Kemampuan menajemen dan kepemimpinannya diyakini bisa menjadi modal dalan penjaringan calon presiden yang akan diusung oleh partai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
BACA JUGA: Lolos jadi Peserta Konvensi, Irman Siap Turuti Majelis Tinggi
"Saya mendapatkan dua kehoramatan pada saat konvensi. Pertama, mendapat undangan dari komite konvensi dan yang kedua, ketika memutuskan tidak ikut konvensi karena memberi jalan pada figur terbaik untuk menjadi calon pemimpin bangsa," kata Rusdi di Jakarta, Jumat (30/8).
Rusdi menarik diri dari konvensi karena tahu diri. Selain mengaku belum memiliki pengetahuan yang cukup, saat ini bukanlah momen yang tetap. Baginya, politik bukanlah dunia bisnis untuk mengeruk sebanyak mungkin keuntungan. Politik punya cita-cita yang lebih mulia dan dituntut pengorbanan yang besar di dalamnya.
BACA JUGA: Gamawan: Kalau Transfer Dana ke Sekjen Itu Bukan Urusan Saya
Tapi bukan berarti dia akan menutup diri dari politik. Justru kesempatan inilah digunakan untuk menyiapkan langkah awal. "Saya akan menyiapkan diri pada saatnya nanti," tandasnya.
Masih ada lagi kehormatan ketiga yang diperoleh Rusdi. Apa itu? Saat menandatangani kontrak dengan dua perusahaan produsen pesawat ternama asal Perancis dan Amerika Serikat, yaitu Airbus dan Boeing.
BACA JUGA: Sempat Didekati, Isran Noor Tak Masuk Undangan Konvensi
Lion meneken kontrak pembelian 234 unit Airbus yang terdiri dari 109 jenis A320neo, 65 unit A321neo dan 60 unit S320ceo senilai USD 24 miliar. Pembelian ini menumbangkan rekor AirAsia membeli 100 unit A320 senilai USD 9,4 miliar. Kemudian Turkish Airlines juga mengikat kontrak pembelian 117 unit A320 dan A320neo senilai USD 9,3 miliar untuk pengiriman 2015-2020.
"Ini adalah kontrak bersejarah antara perusahaan besar di Eropa dengan perusahaan penerbangan utama di Asia. Penandatanganan kontrak ini bisa membantu mendorong penciptaan lapangan kerja, tidak hanya di Perancis tapi juga Eropa," kata Rusdi.
Saking bersejarahnya, terang Rusdi, untuk pertama kalinya penandatanganan kesepakatan bisnis dilakukan di Istana Elysee, Perancis.
Tak lupa, pada saat memberikan sambutan, kata pertama yang diucapkan Rusdi adalah terimakasih yang mendalam kepada pemerintah Republik Indonesia, terkhusus kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah memimpin bangsa Indonesia selama hampir sepuluh tahun.
"Di tengah krisis Eropa dan Amerika, Indonesia masih mampu membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen. Tentu bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini saya sampaikan dengan bangga sebagai anak bangsa," ungkapnya.
Ucapkan yang sama juga pernah dia sampaikan ketika menadatangani kesepakatan pembelian pesawat Boeing terbesar dalam sejarah transaksi perusahaan Amerika tersebut. Di hadapan Presiden Barack Obama, dia juga sampaikan terimakasih yang dalam kepada Presiden SBY.
"Saya merasa bukan sebagai CEO Lion Air, pada saat berdiri di atas podium, di hadapan bendera Merah Putih, dan di hadapan bendera Uni Eropa, Perancis dan Amerika Serikat. Tapi sebagai anak bangsa yang menyampaikan pada dunia, 'Kami, Indonesia, adalah sebuah kekuatan dunia di masa depan',” imbuh Rusdi.
Rasa terima kasih ia sampaikan dengan penuh ketulusan karena tidak mungkin mampu menjalankan bisnis hingga kini menjadi perusahaan penerbangan terbesar di ASEAN, jika tidak karena keberhasilan pemerintah menyiapkan infrstruktur fisik dan hukum yang memungkinkan hal tersebut terjadi. "Saya merasa berdaulat sebagai anak bangsa dalam menjalankan bisnis," katanya.
Menurut pria yang sudah dikaruniai tiga anak ini, Lion Air tidak akan bisa menermbangkan kurang lebih seratus ribu penumpang ke seluruh pelosok Tanah Air setiap harinya jika pemerintahan tidak berjalan dengan baik. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bos Lion Air Tersanjung Diundang Komite Konvensi
Redaktur : Tim Redaksi