Reksa Dana Tertolong Banjir Likuiditas, Return Deposito Mengecil

Rabu, 10 Agustus 2016 – 13:14 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Investasi reksa dana masih menunjukkan catatan positif sejak awal tahun. Rata-rata, return reksa dana di atas indeks underlying asset-nya.

Infovesta mencatat, indeks reksa dana saham yang dihuni 188 produk pada kategori tersebut naik 13,83 persen sejak Januari sampai akhir Juli 2016. Pada periode yang sama, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan 13,56 persen.

BACA JUGA: Aliran Modal Masuk Mencapai Rp 130 Triliun

Di instrumen reksa dana saham, pertumbuhan tertinggi dicatatkan produk Sucorinvest Sharia Equity Fund 31,49 persen. Sebaliknya, di jajaran bawah ada produk Millenium Berkembang yang mencatatkan minus 17,11 persen.

Di sisi lain, rata-rata reksa dana campuran tumbuh 12,67 persen. Instrumen reksa dana pendapatan tetap tumbuh 10,17 persen. Net Dana Flexi berada di jajaran teratas produk reksa dana campuran dengan kenaikan 28,43 persen.

BACA JUGA: Semester Pertama, Premi Asuransi Pertanian Hanya Rp 300 Juta

Sebaliknya, Millenium Balance Fund kinerjanya jeblok dengan mencatatkan minus 7,96 persen. Pada produk reksa dana pendapatan tetap, Mega Dana Pendapatan Tetap menjadi yang paling moncer dengan kenaikan 22,23 persen.

Yang terendah adalah produk Mega Dana Rido Tiga dengan kenaikan hanya 0,4 persen.

BACA JUGA: Belanja Online Pun, Kini Bisa Kasbon

Head of Investment BNI Asset Management Hanif Mantiq menyatakan, pada 2016 memang tahunnya pasar modal. Termasuk di dalamnya instrumen reksa dana. Baik saham, campuran, maupun pendapatan tetap.

’’Tahun kemarin masih tahunnya deposito. Sebab, tahun lalu IHSG koreksi sekitar sembilan persen. Obligasi juga terkoreksi. Hanya deposito yang positif meskipun tidak banyak,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos kemarin (09/08).

Tahun ini pun sebenarnya kinerja deposito tetap positif. Tetapi, pertumbuhannya sangat kecil. Yaitu, sekitar empat persen dan maksimal enam persen saja. Angka tersebut jauh di bawah return investasi di berbagai instrumen pasar modal.

Deposito menciut seiring dengan kebijakan suku bunga rendah. Hal itu tecermin dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang terus dipangkas. Situasi tersebut pula yang mendorong positifnya pasar modal tahun ini.

Secara umum, kata Hanif, pasar modal sedang banjir likuiditas. Termasuk dari aliran dana investor asing.

Di pasar obligasi, awal tahun ini terdapat capital inflow sekitar 30 persen yang kemudian menjadi porsi kepemilikan di instrumen tersebut. ’’Sekarang sudah bertambah jadi 40 persen,’’ imbuhnya.

Begitu pula di pasar saham yang sempat mencapai Rp 40 triliun. Sampai dengan penutupan perdagangan saham kemarin sejak awal tahun, capital inflow berupa pembelian bersih oleh investor asing ke pasar saham tercatat Rp 34,158 triliun.

’’Memang sedang banjir likuiditas. Contohnya, dari lelang government bond baru-baru ini saya pesan Rp 30 miliar. Tapi, dapatnya hanya setengahnya. Sebab, demand-nya memang banyak,’’ katanya.

Mengenai banyaknya akselerasi produk reksa dana terutama reksa dana saham, Hanif mengingatkan bahwa tingginya return sejalan dengan tingginya risiko.

’’Investasi itu risk and return-nya seimbang. Kalau produk itu ketika bullish naik lima persen di atas indeks (IHSG), yang baik adalah ketika turun pun tidak lebih dari lima persen dari indeks,’’ paparnya. (gen/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Arief Ingin Indonesia Punya Banyak Theme Park


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler