jpnn.com, GIANYAR - Rektor IPB Dr. Arif Satria mendukung program pembangunan Presiden Jokowi melalui data desa presisi (DDP) yang dilaksanakan di Kabupaten Gianyar, Bali.
Arif menyampaikan hal itu untuk merespons hasil data desa presisi (DDP) Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali pada Senin (31/5/2021).
BACA JUGA: Bu Nunik Honorer K2 Terharu Menyimak Pidato Presiden Jokowi, Tetapi..
Rektor IPB memuji upaya penggagas DDP. “Pak Sofyan (Wakil Kepala LPPM Bidang Pengabdian pada Masyarakat IPB) ini luar biasa,” ujar Arif.
Dia memberikan penghargaan khusus terhadap Tim dari Unit Desa Presisi (UDP) juga para pemuda Karang Taruna Desa Tegallalang yang menjadi enumerator DDP.
BACA JUGA: Bupati Made Mahayasastra Apresiasi Akurasi Data Desa Presisi di Gianyar
Selain menyampaikan keandalan DDP, Rektor IPB University juga menunjukkan keunggulan-keunggulan IPB University lainnya, sambil menggaungkan kalimat epik yakni “Revolusi berangkat dari desa, revolusi dari bawah.”
Arif mendasarkan kalimatnya pada gagasan Presiden Jokowi tentang membangun dari pinggiran yakni pembangunan dari desa.
BACA JUGA: Respons Rektor IPB Terkait Program Data Desa Presisi
“Itu spirit yang luar biasa!” ujar dia.
Untuk makin mendukung adanya DDP di seluruh Indonesia, sebagaimana yang kini dilakukannya sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), DDP akan didiseminasi lebih luas melalui forum yang dipimpinnya tersebut.
Rektor IPB tersebut menunjukkan kemajuan Korea Selatan yang dimulai dari desa, dengan cara meningkatkan kepercayaan diri.
Park Chung Hee, Presiden Korea Selatan (Korsel) 1963-1979, berhasil membangun fondasi kemajuan negara ginseng tersebut dengan cara plasterisasi.
Presiden Park Chung Hee berhasil memodernisasi Korsel tersebut, mulai membangun desa dengan plesterisasi. Rumah yang beralas tanah diplester sehingga meningkatkan rasa kepercayaan diri.
Dia berharap dengan DPP juga bisa membangun fondasi desa yang kuat. Harapan yang tentu jauh lebih baik daripada plasterisasi.
Meski DDP juga bisa menjadi dasar rasa kepercayaan diri seluruh aparat desa hingga Bupati Gianyar sendiri untuk membawa Gianyar sebagai kabupaten terbaik se-Indonesia.
Bupati Gianyar I Made Agus Mahayasastra mengapresiasi hasil data desa presisi di daerahnya.
“Andaikan saja, sebelum saya jadi bupati tiga tahun lalu, saya punya data seperti ini, komplit di seluruh desa, mungkin Gianyar itu sudah nomor satu di Indonesia,” ujar I Made Agus Mahayasastra ketika menunjukkan apresiasinya pada hasil Data Desa Presisi (DDP) Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Kabupaten dengan luas wiayah 368 km2, tetapi jumlah penduduk nomor tiga di Bali tersebut masih menggeliat di era Pandemi Covid 19.
Bupati Gianyar berhasil membangun pasar terbesar di Bali yang kini mencapai penyelesaian 65 persen.
Dia juga berhasil membangun dua rumah sakit. Keunggulan dari salah satu rumah sakit tersebut yakni bangunannya cuma satu, sedangkan area lainnya dibiarkan menghijau.
Inisiatif untuk menghasilkan DDP yang dilakukan di Kabupaten Gianyar tersebut berasal dari studi doktoral Rieke Diah Pitaloka yang dielaborasi dan dikembangkan di Bali.
Kandidat Doktor dari Universitas Indonesia tersebut, juga menginspirasi dua desa lainnya yakni Pantai Bakti Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi dan Desa Sibandang Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara untuk mengimplementasikan DDP dalam perencanaan pembangunan pedesaan.
“Saya ingin sampaikan 2022 semua desa harus sudah seperti Desa Tegallang,” ujar Made Agus Mahayasastra.
Obsesi Bupati Gianyar tersebut kemudian dikemukakan alasannya yakni tanpa data yang akurat, tanpa data yang valid, tanpa data yang benar, tentu tak bisa menuntun bagaimana bupati membuat keputusan.
Menurut dia, bila salah dalam pengambilan keputusan, maka akan bermasalah dalam pembiayaan dan menimbulkan kerugian, jauh melebihi daripada yang diperkirakan.
Dia yakin DDP menjadi perwujudan cita-cita Bung Karno yang sudah memikirkan pembangunan berbasis data sejak 1959 atau 60-an tahun yang lalu.
Bupati Made terpesona pada aplikasi DDP yang hasil output-nya bisa lihat dalam hitungan detik.
Seperti halnya Bupati Gianyar, Wakil Kepala LPPM Bidang Pengabdian pada Masyarakat IPB Dr. Sofyan Sjaf juga mengangkat keberadaan Dewan Perancang Pembanguan Nasional (Depernas) yang beranggotakan 513 pemikir-pemikir bangsa ini yang sudah mendahulukan adanya riset dalam mencapai kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hasil kajian Bapernas memastikan, dua hal itu hanya bisa dicapai dengan dua hal pula yakni adanya democratic rural development, pembangunan pedesaan yang demokratik, sedangkan prosesnya harus dengan data yang akurat.
Dia juga menegaskan ulang pernyataan Presiden Jokowi, “Masalah akurasi data masih menjadi persoalan hari ini.”
Sofyan Sjaf memastikan masalah akurasi data yang dipersoalkan Presiden bisa diselesaikan dengan mereplikasi DDP di seluruh Indonesia.
Kepala LPPM IPB Dr. Ernan Rustiadi menegaskan salah satu kontribusi yang menjadikan IPB University sebagai kampus terbaik karena adanya penelitian-penelitian yang terbaik.
“Apa yang dilakukan Pak Sofyan merupakan salah satu contoh hasil inovasi dan penelitian yang kami hasilkan!”
Erman menyampaikan tugas LPPM University yang dipimpinnya untuk mengoordinasikan semua penelitian dan pengabdian masyarakat di IPB University.
“Setiap tahun kira-kira sebesar seribu tujuh ratus penelitian dan tahun lalu, Alhamdulillah dalam perangkingan perguruan tinggi, IPB dinyatakan perguruan tinggi terbaik. Salah satu kontribusinya, karena penelitiannya juga terbaik,” ungkap Erman.(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Friederich