Rektor IPB Prof Arif Satria Apresiasi Satu Tahun Kinerja Mentan SYL

Senin, 02 November 2020 – 14:12 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Rektor IPB Prof Arif Satria. Foto: Humas Kementan RI.

jpnn.com, BOGOR - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arif Satria mengapresiasi kinerja satu tahun Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL).

Berdasarkan hasil kajian dari IPB, pada 2019 sampai 2020 sektor pertanian mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor Produk Pertanian dan penyerapan tenaga kerja yang tinggi meskipun di tengah pandemi Covid 19.

BACA JUGA: Food Heroes Day, Mentan SYL Serukan Penguatan Inovasi untuk Pahlawan Pangan

Arif menjelaskan kontribusi PDB dari sektor pertanian yang semula 12,09 persen pada tahun 2019, naik menjadi menjadi 15,01 persen pada 2020. Khusus subsektor tanaman pangan semula 21,63 persen meningkat jadi 25,82 persen.

"Jika dibanding sektor lain, sektor pertanian dapat menjadi penyelamat bagi pembangunan nasional. Sesuai data BPS, mampu tumbuh sekitar 2,22 persen saat masa krisis seperti sekarang. Pertama empower of last resource dan kedua penyelamat kinerja ekspor," ucap Prof Arif pada Acara Evaluasi Kinerja Pertanian di Bogor, Minggu (1/11).  

BACA JUGA: Jakarta Kota Terbaik di Dunia, Fadli Zon Sindir Jubir Istana, Ruhut Beda dengan Fahira, Ha ha ha

Selain itu dari sisi produktivitas beras, dibandingkan negara-negara di ASEAN lainnya tidak jauh berbeda. Produktivitas beras Indonesia sebesar 5,24 ton/hektare, masih di atas Thailand sebesar 3,33 ton/hektare, dan Vietnam sedikit lebih tinggi yakni 5,42 ton/hektare.
   
Kemudian, lanjut Prof Arif, peningkatan PDB ini dikarenakan keberhasilan sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh Kementan. Dia mencatat serapan KUR tahun 2019 sebesar Rp 31 triliun, dan saat ini sudah Rp 44 triliun hingga Oktober 2020 sehingga ini prestasi yang belum pernah ada sebelumnya.

“Yang paling penting lainnya adalah dukungan kebijakan fiskal dan koordinasi secara teknis yang dibangun Kementerian Pertanian dengan kementerian lainnya. Kebijakan fiskal yang dimaksudnya adalah kebijakan rasio untuk substitusi impor. Misal, para pengimpor terigu harus menyerap bahan baku lokal,” cetusnya.

BACA JUGA: Syarat NIP PPPK, 5 Ribu Penyuluh Pertanian Uji Kompetensi Hari Ini

Pihaknya juga menuturkan bahwa Kementan memberikan hasil yang bagus terhadap kinerja ekspor pangan dalam satu tahun kinerja. Periode 2016-2018, ekspor pertanian mengalami penurunan dari 18,49 persen menjadi 16,19 persen. Namun, di era pandemi ini justru mengalami peningkatan menjadi 17,77 persen, setara dengan 20,82 miliar USD tahun 2020 (Januari September).

“Subsektor perkebunan masih merupakan andalan utama ekspor dengan nilai 19,25 milIar USD pada tahun 2020 (Januari September). Subsektor tanaman pangan pun memberikan devisa dari ekspornya dengan kecenderungan meningkat dari 170,91 juta USD pada tahun 2019 menjadi 183.53 Juta USD Tahun 2020 (Januari-September),” terangnya.

Keberhasilan berikutnya adalah sektor pertanian masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja. Di mana subsektor tanaman pangan mendominasi penyerapan tenaga kerja pertanian diikuti subsektor perkebunan. Begitu juga daya beli petani, berdasarkan data BPS, NTP periode Januari-September 2020 sebesar 101,66 atau naik 0,99 persen dan NTUP periode ini naik 0,90 persen.

“Untuk NTP, BPS perlu mengkaji ulang metode perhitungan selama ini. Walaupun angka NTP naik, angka itu masih bisa lebih tinggi karena perhitungan yang sekarang hanya digambarkan indeks yang diterima petani dibandingkan dengan indeks yang dibayarkan, hanya berkisar 98 sampai 103. Ini tidak menggambarkan kesejahteraan secara riil,” tuturnya.

Seharusnya, kata Prof Arif Satria, perhitungan dilakukan dengan mengalikan indeks produksi atau disebut Income Term of Trade. "Contoh konkretnya petani mampu membeli motor, traktor, dan memperbaiki rumah, ini artinya petani memiliki kemampuan membayar yang relatif bagus," lanjutnya.

Di tempat yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengucapkan terima kasih atas apresiasi pihak IPB atas kinerja satu tahun Kementan.

Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membantu pemerintah guna memajukan sektor pertanian, yakni pendampingan program Kementan di tingkat lapang, kajian-kajian dan inovasi yang dilakukan perguruan tinggi, khususnya IPB yang dapat dimanfaatkan Kementan.

"Kemajuan sektor pertanian ini bisa berhasil jika semua lini seperti perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah untuk turun mensukseskan program dari Kementan. Dengan diskusi seperti ini pemerintah (Kementan) mendapat masukan-masukan positif dan membangun," ucapnya.

Sebelumnya, Mentan SYL menegaskan memasuki satu tahun kinerja Kabinet Indonesia Maju, Kementan terus berupaya meningkatkan sinergitas dan kinerja sektor pertanian untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Menurutnya, momentum ini harus dijadikan pelecut untuk terus berakselerasi dan bekerja lebih keras lagi dalam memajukan sektor pertanian.

"Kita harus perkuat konsepsi dan pertajam program-program yang sudah berjalan. Apa yang kita capai satu tahun ini adalah kerja keras kita semua. Saya tidak dapat berhasil tanpa bantuan dan kerja keras dari seluruh stakeholder yang ada," tutur Komandan, sapaan akrab SYL.(*/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler