jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Panut Mulyono menilai penggabungan sebagian tugas dan fungsi Kemenristek ke Kemendikbud akan berdampak besar. Kemendikbudristek akan menjadi kementerian baru dan terkesan lebih gemuk.
"Tugas kementerian baru tersebut amat berat," ujar guru besar asal Kebumen ini dalam pesan singkatnya kepada media, Rabu (14/4).
BACA JUGA: Kemenristek dan Kemendikbud Digabung, Begini Nasib Vaksin Merah Putih...
Dia menjelaskan, saat ini saja Kemendikbud sudah disibukkan mengurus PAUD, pendidikan dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi. Kini, akan ditambah lagi dengan urusan riset dan teknologi
"Yang erat kaitannya dengan riset, pengembangan teknologi, dan inovasi adalah pendidikan tinggi," ucapnya.
BACA JUGA: Kemendikbud Targetkan 359 Desa Masuk Program Pemajuan Kebudayaan 2021
Jadi lanjut Prof Panut, penempatan urusan ristek di struktur kementrian baru harus tepat agar keterkaitan pengelolaan antara pendidikan, riset, pengembangan teknologi, inovasi, dan pengabdian kepada masyarakat bisa berjalan baik dan saling mendukung satu dengan lainnya.
Prof Panut membeberkan, pengelolaan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat dalam satu kementrian pasti lebih mudah dalam penentuan kebijakan dan penganggaran.
BACA JUGA: Kemendikbud Tanamkan Cinta Tanah Air dan Penguatan Kompetensi Lewat Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Hanya persoalannya adalah seberapa besar anggaran riset untuk perguruan tinggi yang bisa dialokasikan Kemendikbudristek. Sebab, akan ada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) di luar Kemendikbudristek.
"Hubungan antara perguruan tinggi dengan BRIN juga harus nyambung," ujarnya.
Mengingat, tambah Panut, perguruan tinggi merupakan motor penggerak riset dan inovasi dengan ide-ide yang begitu banyak dari para dosen yang implementasinya dilaksanakan dalam riset para mahasiswa yang tidak pernah habis. Sebab, ada mahasiswa yang lulus, ada mahasiswa baru yang masuk.
Jika hubungan kelembagaan antara Kemendikbudristek, perguruan tinggi, dan BRIN serta pembiayaan riset berjalan baik, maka akan memajukan riset dan inovasi yang mendukung Indonesia maju.
"Paling utama dalam masa transisi penggabungan itu adalah kegiatan riset dan inovasi yang saat ini sedang berjalan dan komitmen-komitmen dengan mitra luar negeri terkait riset harus tetap berjalan dan ada yang mengurus," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad