Rektor UNJ: Pemikiran Soekarno 57 tahun Lebih Maju Dibanding Masyarakat Internasional

Rabu, 04 November 2020 – 16:50 WIB
Dewan Pembina Megawati Institute Hasto Kristiyanto dalam seminar bertajuk Dari Rawamangun untuk Indonesia: Menapaki Jejak Pemikiran Soekarno tentang City of Intellect (Kota Mahasiswa) pada Rabu (4/11). Screenshot Zoom

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Komarudin menilai pemikiran Proklamator RI Soekarno lebih maju dibanding dengan pemikiran masyarakat internasional dalam aspek membangun sistem pendidikan.

Menurut Komarudin, Presiden Pertama RI itu menjadikan pendidikan nasional memiliki visi jauh dan melampaui zamannya.

BACA JUGA: Bela Palestina, Jokowi Sebut Soekarno di Sidang PBB

 

Komarudin menyampaikan hal itu dalam seminar bertajuk Dari Rawamangun untuk Indonesia: Menapaki Jejak Pemikiran Soekarno tentang City of Intellect (Kota Mahasiswa) pada Rabu (4/11).

BACA JUGA: Kutip Bung Karno, Rektor Unhan: Pemilu Jangan Jadi Pertempuran Kepartaian Memecah Rakyat

Komarudin menjelaskan, pada 15 September 1953, Bung Karno meresmikan prasasti pendirian UNJ dengan kampusnya di Rawamangun, Jakarta Pusat, sebagai bagian dari Universitas Indonesia (UI).

"Presiden Soekarno meletakkan prasasti di Gedung Daksinapati yang sekarang gedung Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, yang menyatakan bahwa kawasan kampus ini sebagai Kota Mahasiswa Jakarta," kata Komarudin.

BACA JUGA: Rektor UNJ Dukung Usulan Sultan Zainal Abidin Syah jadi Pahlawan Nasional

Istilah Kota Mahasiswa belum dikenal secara meluas pada masa itu.

Menurut Komarudin, istilah itu terlihat baru populer setelah Quacquarelli Symonds (QS) bersama Times Higher Education (THE) mempublikasikan hasil studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa terbaik di dunia pada 2010.

Ada sejumlah kriteria dan persyaratan Kota Mahasiswa berdasarkan laporan QS. Ternyata kampus UNJ dan Kampus UI di Salemba, Jakarta Pusat, sejalan dengan kriteria sebagai Kota Mahasiswa itu.

"Uniknya ini baru muncul setelah 57 tahun peletakan Prasasti Soekarno di Kampus Rawamangun. Ini berarti pemikiran Soekarno 57 tahun lebih maju dibanding dengan perkembangan pemikiran masyarakat internasional," kata dia.

Karena itu, pihaknya ingin memperkuat pengenalan kepada publik mengenai jejak pemikiran Bung Karno tentang Kota Mahasiswa dan relevansinya bagi UNJ.

Pihaknya pun melakukan riset mengenai pemeringkatan Kota Mahasiswa untuk kampus-kampus di Indonesia.

"Pemenang Kota Mahasiswa ini akan mendapat penghargaan dari Ibu Megawati, yang insyaallah akan diberikan pada 10 November. Jadi enam hari lagi," kata Komarudin.

Ketua Senat dan Guru Besar UNJ Hafid Abbas mengatakan, jejak Bung Karno membuktikan visinya yang jauh ke depan.

Selain soal Kota Mahasiswa, Bung Karno tampaknya juga yang memperkenalkan sistem pengelolaan multikampus, yang sepuluh tahun kemudian diikuti oleh Meksiko dan Uni Eropa oleh University of Bologna di Italia.

Bung Karno juga yang pertama kali memperkenalkan pusat keunggulan (center of excellence) pada sejumlah kampus.

Misalnya memperkenalkan pusat keunggulan agronomi dan veterinary medicine di IPB, lalu Universitas Hasanuddin untuk hukum dan ekonomi.

Sistem ini diadopsi oleh anggota Asean hingga kini ada 26 pusat keunggulan sejenis di kawasan regional Asia Tenggara ini.

Prasasti Kota Mahasiswa memberi simbol agar universitas berperan sebagai pusat koordinasi kegiatan Tridarma perguruan tinggi di sejumlah universitas di seluruh Indonesia.

"Di kampus lah semestinya dirancang dan dikaji bangunan masa depan peradaban suatu bangsa dengan membekali generasi muda ilmu pengetahuan, keterampilan, seni dan teknologi baru," kata Abbas.

Dewan Pembina Megawati Institute Hasto Kristiyanto mengatakan, ketika Bung Karno meneken prasasti UNJ dan membubuhkan Kota Mahasiswa atau City of Intellect, sebenarnya bermuara pada falsafah bangsa dan tujuan bernegara seperti dimuat konstitusi, yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan menurut Bung Karno, adalah cermin kehidupan sebuah bangsa. Melalui pendidikan lewat sekolah, merupakan salah satu lokus untuk memulai revolusi mental.

Di masa lalu, Bung Karno berusaha untuk menumbuhkan etos warga negara melalui pendidikan di sekolah.

"Yakni melalui penerapan sistem pendidikan Panca Wardhana. Sistem pendidikan yang menekankan pada nation and character building," katanya.

Hasto lalu mengutip salah satu pernyataan Bung Karno saat penganugerahan gelar doktor kehormatan di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1951.

Bung Karno menyatakan dirinya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal, menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan. Sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.

“Kata Bung Karno, 'bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek hidup manusia, atau prakteknya bangsa, atau praktik hidupnya dunia kemanusiaan'," pungkas Hasto. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler