jpnn.com, TANGSEL - Era revolusi industri 4.0 yang berlangsung saat ini salah satunya ditandai dengan teknologi berbasis digital. Ciri khas revolusi industri 4.0 adalah munculnga inovasi disruptif termasuk di bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, menurut Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat, inovasi disruptif mendorong pembelajaran daring dan pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (TIK). Dengan peserta didik yang mayoritas adalah generasi digital saat ini, guru beradaptasi dengan kenyataan ini.
BACA JUGA: Prof Ojat: Guru Tidak Akan Tergantikan dengan Teknologi
"Guru sebagai poros pengembangan sumberdaya manusia, harus mampu memfasilitasi peserta didik menghadapi perubahan yang terjadi. Intinya guru harus melek dengan pembelajaran 4.0," kata Prof Ojat saat membuka Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) ke-10 yang dihelat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UT, Minggu (25/11).
Dalam menghadapi berbagai perubahan di era revolusi industri 4.0, guru maupun peserta didik harus memiliki mentalitas tangguh yang mewakili etos kerja untuk bersaing. Selain itu harus inovatif dan solutif.
BACA JUGA: Antisipasi Tantangan Ketenagakerjaan Revolusi Industri 4.0
Di samping memiliki ketrampilan kognitif berbasis digital, ditambah dengan pengembangan karakter peserta didik yang memiliki kebijaksanaan.
Prof Ojat menyoroti kinerja guru yang selama ini lebih menciptakan siswa berkemampuan tinggi di bidang akademis. Semakin banyak siswa yang menghafalkan materi ajar dan nilai akademisnya tinggi, guru dikatakan berhasil.
BACA JUGA: Dunia pendidikan dan Industri Bersinergi Hadapi Revolusi 4.0
Cara-cara itu, lanjutnya, harus diubah. Guru jangan memaksa siswa menghafal materi pelajaran tapi harus menemukan bakat terpendam anak didiknya. Dari situ baru dikembangkan soft skill-nya.
"Kalau ada siswa yang masih gagap teknologi, sudah bisa dipastikan mereka tidak akan mampu menghadapi persaingan. Nah, ini jadi tanggung jawab guru. Bagaimana menjadikan siswa akrab dengan literasi digital. Di UT kami mengajarkan itu kepada guru-guru. Nantinya apa yang diperoleh bisa diadop ke anak-anak didiknya," tuturnya.
Metode pembelajaran di sekolah juga disoroti Prof Ojat. Selama ini pembelajaran full tatap muka. Cara ini akan membuat siswa bosan karena dari pukul 08.00 sampai 15.00 dia diharuskan memerhatikan ceramah guru.
Dia menyarankan, guru-guru mengubah cara belajar dengan memasukkan unsur teknologi. Di mana guru menyediakan bahan ajar lewat online sehingga siswa bisa belajar 24 jam, sesukanya dia.
"Jadi ada tutorial tatap muka sesuai jam belajar dan online. Bagi siswa yang ingin memperdalam materi ajar di rumah bisa menemukannya di online," tutupnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pastikan Universitas Terbuka tak Terlibat Politik Praktis
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad