Relawan Jokowi-JK Disarankan Jadi Saksi di TPS

Selasa, 17 Juni 2014 – 21:43 WIB
Relawan Jokowi-JK Disarankan Jadi Saksi di TPS. Getty Images

jpnn.com - JAKARTA -- Hasil survei Poltracking Institute yang dipimpin Hanta Yudha beberapa waktu lalu menunjukkan elektabilitas Joko Widodo-Jusuf Kalla menurun dan semakin menyempit jarak interval survei menjadi tujuh persen dengan pasangan Prabowo-Hatta.

Hal itu disebut bukan dikarenakan meredupnya Jokowi Effect, melainkan karena kerja tim sukses yang tidak maksimal mengorganisasikan tim secara efektif dan efisien untuk menentukan target kemenangan.

BACA JUGA: Kiai Kampung Siap Kawal Kemenangan Jokowi-JK

"Jokowi terlalu naif. Sebelum tren semakin menurun, Jokowi harus mengevaluasi tim suksesnya yang memberikan saran-saran yang tidak tepat, (karena) justru bisa semakin menurunkan elektabilitas Jokowi," ujar pengamat politik dari Universitas Bung Karno, Chris Nalenan, di Jakarta, Selasa (18/6).

Chris menambahkan Jokowi juga harus benar-benar memeriksa anggota-anggota  tim sukses yang baru masuk belakangan setelah dirinya resmi dicapreskan bersama Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Didukung Demokrat, Prabowo-Hatta Percaya Diri

"Karena, saat ini saya lihat banyak masuk tim sukses yang seperti pahlawan kesiangan mencoba tampil ke depan, tapi bisa jadi adalah orang-orang  yang sengaja atau tidak sengaja bisa semakin menenggelamkan elektabiltas Jokowi," ungkap Chris mengingatkan.

Chris mengungkapkan saat ini di luar berkembang rumor bahwa timses nasional "rem dan gas sama-sama diinjak” untuk kemenangan Jokowi.  

BACA JUGA: Garuda di Dada Kanan Kubu Prabowo tak Melanggar

Menurutnya, ada sebagian yang ingin Jokowi menang, tapi ada juga yang menginginkan kerja timses jalannya  tidak usah maksimal.

Ia pun mengungkapkan fakta dan rahasia publik bahwa di tubuh PDI Perjuangan ada kubu dan elit PDIP yang secara terbuka menolak pencapresan Jokowi sejak awal dibanding yang mendukung Jokowi.

Anehnya, Chris menyayangkan, kubu yang sejak awal menolak di dalam internal PDIP tersebut, oleh gabungan partai koalisi ditempatkan dalam posisi strategis dan kunci  untuk memenangkan Jokowi.  

Menurutnya, jelas semangat dan “chemistry”  timses  akan berbeda dibanding jika timses dipimpin atau dinahkodai oleh elit PDIP atau elit partai pendukung yang sudah dari awal “diehard” pada Jokowi.  

Ia juga mempertanyakan pengalaman jam terbang pimpinan timses Jokowi - JK. Apalagi, ujar dia, banyak diisi pengamat dibanding pekerja organisasi yang mengerti cara bertempur dan mengorganisasi tim. Bukan hanya sekedar menjadi pengarah gaya Jokowi dan mengiringi Jokowi blusukan.

“Jokowi harus menyiapkan “rencana  darurat” timses tanpa membuat gejolak di tim suskes nasional," tegasnya.

Pengalaman PDIP pada pileg 2014 harus menjadi catatan Jokowi. Apa gunanya relawan banyak, kata dia, tapi tak dimanfaatkan sebagai saksi.

"Sebab, ancaman terbesar dia  menghadapi kecurangan Pilpres yang mungkin melibatkan birokrasi daerah dan penyelenggara pemilu. Jika tidak dilakukan secepatnya maka Jokowi diperkirakan kalah pilpres," pungkasnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Tetapkan Bupati Biak Numfor Jadi Tersangka Suap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler