Remaja Hamil Berisiko Cacat Bawaan

Senin, 29 Juli 2013 – 08:01 WIB

jpnn.com - PERNIKAHAN usia dini membawa risiko. Ketika si istri yang masih belia hamil, bayi dalam kandungannya berisiko mengalami cacat bawaan.

Menurut dr Hermanto SpOG(K), kondisi sel telur perempuan kurang dari 20 tahun belum sempurna. Karena itu, dikhawatirkan janin mengalami kecacatan. Selain itu, mental si ibu yang belum siap ikut memengaruhi kehamilan.

BACA JUGA: Konsumsi Kopi Turunkan Risiko Bunuh Diri

"Perempuan yang masih belia cenderung belum mempersiapkan mental. Mereka belum memiliki tanggung jawab dan pengetahuan yang lebih tentang kehamilan. Sehingga, kadang sembarangan merawat kandungannya," ujar dokter spesialis kandungan RSUD dr Soetomo itu.

Pada usia belasan, memang memungkinkan hamil. Namun, pada usia tersebut, si ibu juga sedang mengalami masa pertumbuhan. Sama halnya dengan janin dalam kandungannya. Dengan demikian, pemenuhan gizi harus lebih banyak daripada perempuan hamil biasanya. Sebab, gizi pada makanan yang dikonsumsi tidak hanya dibutuhkan janin, tetapi juga tubuh ibu. Itu mengakibatkan janin tidak mendapat asupan gizi secara maksimal.

BACA JUGA: Kendalikan Shopaholic

"Karena asupan gizinya kurang, pembentukan organ-organ tubuhnya juga tidak maksimal. Ini dapat berisiko cacat bawaan pada bayi yang dikandungnya," jelasnya.

Kehamilan remaja usia 13-19 tahun meningkatkan cacat bawaan pada susunan saraf, saluran pencernaan, dan sistem musculoskeletal, yaitu penunjang bentuk tubuh dan pengatur pergerakan, termasuk tulang dan jaringan ikat. Namun, itu tidak berpotensi menimbulkan cacat bawaan pada sistem kardiovaskuler.

BACA JUGA: Kantor Ruang Terbuka, Pegawai Sulit Konsentrasi

Hermanto mengatakan, sebaiknya rencanakan kehamilan sesuai dengan usia. Usia perempuan hamil paling bagus 20-35 tahun. Usia tersebut tergolong sudah siap secara mental, pengetahuan, serta kematangan sel telur. Dengan demikian, faktor terjadinya cacat bawaan dari segi usia berisiko lebih kecil.

"Sebenarnya, hamil di usia di atas 35 tahun juga memiliki risiko bayi terlahir cacat, apalagi ibu memiliki riwayat penyakit diabetes, hipoteroid, dan infeksi. Ini harus diobati sebelum kehamilan," ujarnya.

Mengatur usia kehamilan memang sangat penting. Termasuk mengatur jarak kehamilan. Jarak kehamilan yang ideal, 2-3 tahun, agar kondisi sel telur dan rahim siap. Untuk mengurangi risiko cacat bawaan pada janin, ibu hamil perlu mengatur pemeriksaan secara rutin.

Pertama, kontrol teratur sebanyak 12 kali selama hamil. Screening risiko kehamilan setiap bulan sampai usia kehamilan 30 minggu, dua kali seminggu sampai usia 36 minggu, dan setiap minggu sesudahnya.

Kedua, lakukan pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan ultrasonografi saat hamil tiga bulan pertama. Ketiga, hindari atau atasi stres, ikuti maternal class untuk memberi stimulasi pada bayi. Keempat, berikan nutrisi terbaik, termasuk DHA, selama hamil untuk mencerdaskan bayi.

Kemudian, siapkan rencana persalinan dan lakukan persalinan di tenaga yang terlatih, seperti bidan dan dokter spesialis. "Karena cacat juga terjadi apabila mendapat penanganan yang salah. Jadi, pastikan menggunakan jasa tenaga ahlinya," ucapnya. (chu/c6/ai)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cokelat Bisa Digunakan untuk Mendeteksi Kanker


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler