Rerie Berharap Nilai-Nilai Kebangsaan Diejawantahkan dalam Tindakan

Rabu, 02 Maret 2022 – 22:55 WIB
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat berharap generasi muda menerapkan nilai-nilai kebangsaan. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Nilai-nilai kebangsaan harus direfleksikan dalam tindakan sehari-hari.

Mengenal diri sebagai bagian dari Indonesia saja tidak cukup.

BACA JUGA: Mbak Rerie Dorong Generasi Muda Lakukan Hal Ini

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyatakan, dibutuhkan transformasi secara terus-menerus yang sejalan dengan putaran waktu.

''Upaya mengimplementasikan setiap nilai kebangsaan dalam perilaku sebagai wujud 

BACA JUGA: Rerie Minta Pemerintah Lindungi PRT di Luar Negeri lewat Realisasi UU PPRT

mengisi kemerdekaan sekaligus memperkokoh persatuan," katanya saat membuka diskusi daring bertema Menggali Nilai Kemerdekaan, Keberagaman, dan Persatuan Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/3).

Menurut Lestari, Indonesia adalah negara besar yang terdiri atas 17 ribu pulau, beragam suku bangsa, bahasa, agama, kepercayaan, serta adat istiadat yang melekat.

BACA JUGA: Mbak Rerie Berharap Kemandirian Masyarakat Dibangun untuk Hadapi Kenormalan Baru

Kesadaran akan keragaman itu, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, ada sejak zaman dahulu hingga semangat nasionalisme digaungkan sekelompok pemuda yang kemudian bersumpah demi persatuan dan kesatuan dalam Sumpah Pemuda.

Namun, Rerie menuturkan, realitas dunia kini dengan kemajuan peradaban manusia memungkinkan terjadinya ragam peristiwa seperti perang, konflik ideologi, dan tantangan lain.

Paradoks kehidupan modern itu harus disikapi dengan memperkuat pemahaman sebagai bagian dari Indonesia yang beragam.

Dalam realitas keberagaman, tambah Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, kesadaran akan kesatuan harus menjadi sebuah keniscayaan.

Kesadaran tersebut, tegas Rerie, menjadi landasan untuk menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan.

Director Dayalima Abisatya salah satu penggagas Nenilai, Meike Malaon mengungkapkan hasil survei Nenilai pada 2020 terhadap 50.452 responden.

Mayoritas responden mengharapkan nilai-nilai yang mengarah pada kepentingan bersama seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, gotong royong, dan demokrasi.

Nenilai merupakan sebuah gerakan inisiatif untuk membangun Indonesia maju dan dewasa yang digagas Bappenas, Indika Energy, Dayalima Abisatya, Pantarei, dan Stoik Trisula.

Namun, ujar Mieke, nilai-nilai yang dirasakan para responden saat ini bukan seperti apa yang diharapkan, seperti birokrasi yang berbelit-belit, korupsi, dan sejumlah nilai yang memicu energi negatif di masyarakat.

Temuan tersebut, menurut Mieke, harus menjadi perhatian bersama agar nilai-nilai yang diharapkan masyarakat dapat direalisasikan.

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengungkapkan, berdirinya bangsa Indonesia banyak diwarnai dengan sikap legawa dari para pendiri bangsa saat menentukan nilai-nilai yang menjadi dasar pembangunan bangsa ketika menetapkan ideologi negara.

Namun, saat ini, kondisi keberagaman yang kita miliki, ujar Cak Nanto, sapaan akrab Sunanto, sering dibenturkan pada aktivitas politik.

Terutama saat masuk agenda politik lima tahunan.

"Masih banyak pekerjaan rumah untuk merealisasikan Indonesia Emas 2045," ujar Cak Nanto.

Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI Willy Aditya mengungkapkan, Indonesia terbentuk dari kumpulan bangsa-bangsa yang menjadi satu negara.

Kondisi tersebut, ujar Willy, sangat rentan sehingga tidak mudah menghadapi realita yang ada seperti saat ini.

Founder & CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali mengungkapkan hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik pada 2020.

Populasi penduduk Indonesia saat ini didominasi generasi muda, generasi Z, dan milenial.

Potensi terjadinya gap antargenerasi terhadap sejumlah isu sangat besar.

''Akibatnya, keberagaman yang dimiliki saat ini bukan hanya dari sisi etnik dan agama, tetapi juga gap antargenerasi,'' ujarnya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Hasanuddin menyarankan untuk dimulai dari sektor pendidikan dengan menghidupkan kembali forum-forum diskusi lintas keilmuan dan menghadirkan literasi keagamaan yang lebih beragam.

''Manajemen lembaga pendidikan harus menunjukkan kepedulian dan keberpihakan dalam mengatasi intoleransi''' tandasnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler