jpnn.com, JAKARTA - Ahli hukum pidana Universitas Gajah Mada (UGM) Muhammad Fatahillah Akbar menilai revisi UU KPK sebagai hal wajar dan perlu dilakukan. Pasalnya, setiap produk hukum suatu saat pasti akan tertinggal oleh perkembangan zaman.
“Maknanya apa? Berarti hukum itu selalu memang harus diperbaiki, itu sebuah naluriah hukum. Jadi memang sebenarnya KPK itu perlu diperbaiki, perlu diperkuat dengan caranya revisi UU KPK,” kata Akbar saat dihubungi wartawan, Kamis (12/9).
BACA JUGA: KPK Ternyata Keberatan dengan Capim Dari Polisi dan Jaksa
Dia mengakui ada beberapa pasal dalam draf usulan DPR yang bisa mengurangi independensi KPK. Namun, sebagian lainnya patut diapresiasi.
Salah satu usulan yang tepat, lanjut dia, adalah soal kewenangan SP3. Dengan kewenangan tersebut, KPK bisa menghentikan kasus-kasus yang memang secara hukum sudah tidak mungkin dilanjutkan.
BACA JUGA: Pansel KPK Klaim Tak Temukan Keputusan Pelanggaran Etik Irjen Firli
"Karena kan misalnya alat bukti selesai (tidak cukup) atau terdakwa meninggal dunia, kalau tersangka meninggal dunia itu dalam KUHAP polisi dan jaksa bisa menghentikan perkara. Tapi sekarang, kalau di KPK ini mau diapain? Tidak bisa diapa-apain jadi mangkrak kasusnya. Sekarang ada 18 kasus mangkrak di KPK," terang Akbar.
Akbar juga setuju adanya dewan pengawas yang berwenang menyupervisi operasi penyadapan di KPK. Menurut dia, setiap lembaga perlu diawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.
BACA JUGA: Revisi UU KPK, Nawawi Pamolango: Setuju Jika KPK Bisa Terbitkan SP3
"Sebenarnya di negara lain itu bahkan pengadilan yang berwenang memberi izin penyadapan. Tapi, di indonesia bagus nih kita coba bikin badan pengawas independen, yang penting lembaganya ini harus hati-hati," ujar dia. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil